“Aku akan menunggumu, sampai Allah berkata kamu jodohku.”
Happy Reading❤
*****
Pagi ini tidak seperti pagi biasanya. Suasana yang suram mencekam membuat siapapun ingin kembali bergelut dengan alam bawah sadarnya. Mendung hitam menghiasi langit disertai dengan angin kencang. Sepertinya ia akan segera menumpahkan isinya.
Tok tok tok
Syafiq mengetuk pintu kamar Syafira seraya memanggil-manggil gadis itu.
“Ra, kamu belum bangun ya? Ra?” terdengar suara Syafiq menggema tengah membangunkan Syafira yang masih bergelut di alam mimpinya.
Syafiq yang tak kunjung mendapat jawaban dari Syafira pun merasa khawatir, tidak biasanya gadis itu belum terbangun dari tidurnya. Syafira sebelum subuh pun biasanya sudah bangun.
“Ra, kakak masuk ya?” tukasnya. Namun masih tidak ada jawaban dari Syafira.
Ceklek
Syafiq memutar knop pintu dan langsung masuk kekamar Syafira. Ia melangkah dengan sangat hati-hati. Langkah kaki jenjangnya nyaris tak mengeluarkan bunyi.
Ia duduk dibibir kasur milik Syafira, ia melihat Syafira masih tertidur pulas dan menyelimuti seluruh tubuhnya sampai sebatas leher dengan selimut tebal. Syafiq ingin membangunkan Syafira namun tidak tega. Melihat kondisi sang adik yang seperti itu membuat Syafiq mendadak sendu. Ia masih merasa bersalah pada Syafira.
Syafiq memegang bahu Syafira pelan, dan menggoyang-goyangkan bahu itu.
“Ra, bangun udah pagi,” tuturnya lembut. Masih tidak ada jawaban dari Syafira. Syafira tidak bereaksi sama sekali.
Syafiq mulai khawatir dengan keadaan Syafira. Ia panik, ia kemudian menempelkan punggung tangannya ke dahi Syafira.
“Panas banget,” gumam Syafiq pelan, nyaris tak terdengar.
Syafiq yang panik pun langsung berlari keluar kamar untuk mengambil kain handuk kecil dan wadah yang berisi air dingin didapur. Ia berniat untuk mengompres Syafira.
Syafiq kembali ke kamar Syafira dengan membawa wadah berisi air dingin dan handuk kecil. Ia mendudukkan dirinya dibibir kasur disebelah Syafira. Ia kemudian langsung mengompres gadis itu hati-hati.
Setelah selesai mengompres Syafira, ia kembali keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju dapur. Syafiq berniat memasak bubur untuk Syafira. Ia hari ini tidak akan berangkat ke kampus, ia lebih memilih menjaga adiknya dirumah.
“Ra, bangun. Makan dulu. Ini kakak udah masakin bubur buat kamu,” tutur Syafiq lembut seraya membangunkan Syafira.
“Ekkhh...” erang Syafira yang merasa terusik.
Syafira mulai membuka matanya yang masih setengah terbuka itu. Ia terkejut saat melihat cahaya matahari sudah menyusup masuk ke kamarnya. Baru saja ia ingin bangun, tiba-tiba kepalanya terasa sangat pusing dan ia merasakan dingin luar biasa di sekujur tubuhnya.
“Kakak, kok dingin banget?” tanya Syafira dengan suara paraunya. Ia mengucek-ngucek matanya yang masih enggan untuk terbuka. Badan gadis itu terasa remuk akibat ulah bejat Natasya kemarin.
“Kamu demam, Ra. Udah duduk dulu. Kamu harus makan habis itu minum obat. Kakak udah bikinin bubur. Nggak tau deh enak apa nggak pokoknya kamu harus makan biar cepet sembuh. Jangan protes!” titah Syafiq. Ia tidak menerima penolakan sedikit pun dari Syafira.
“Kakak kan jarang ngomong ya, eh sekali ngomong panjang banget kayak emak-emak komplek,” cibir Syafira seraya memutar-mutar bola matanya ke sembarangan arah.
“Berisik.”
Syafiq segera membantu Syafira bangun dan bersandar di ranjangnya, Syafiq meletakkan bantal di punggung mungil Syafira agar lebih memudahkan gadis itu untuk duduk. Setelah itu baru ia menyuapi Syafira.
“Aaak...” instruksi Syafiq sambil mengarahkan satu sendok bubur ke mulut Syafira.
Syafira pun langsung melahap bubur buatan Syafiq. Tak lama kemudian, bubur itu habis tak bersisa. Syafira memang sangat mudah diurus ketika sedang sakit seperti ini. Ia hanya menurut, ia tidak ingin menyusahkan orang yang sudah merawatnya.
“Minum dulu,” titah Syafiq sambil menyodorkan segelas air putih ke arah Syafira.
Syafira hanya mengangguk patuh dan meneguk habis air putih tersebut. Setelah itu baru ia meminum obat yang diberikan Syafiq.
“Habis ini kita ke dokter,” tutur Syafiq singkat dan datar. Sifat pemuda belum bisa berubah seratus persen. Ia masih saja ketus dan dingin.
Syafira menggeleng pelan. “Fira udah nggak pa—” Belum selesai Syafira bicara, omongannya sudah dipotong oleh Syafiq.
“Jangan protes atau aku aduin ke Abi sekarang juga!” ancam Syafiq dengan tatapan tajamnya dan seketika membuat nyali Syafira menciut.
*****
Sepanjang perjalanan pulang dari Rumah Sakit, Syafiq terus menerus mengoceh dan membuat Syafira jengah sendiri. Semenjak kejadian kemarin, Syafiq jadi lebih posesif dari sebelumnya. Sungguh menyebalkan bukan?
Syafira hanya diam membisu mendengar ocehan Syafiq yang tidak ada ujung sambil menatap ke luar jalanan dari jendela mobil Syafiq. Syafira sangat malas meladeni kakak semata wayangnya itu.
Sesampainya dirumah, Syafiq lagi-lagi mengoceh mengingatkan Syafira ini-itu. Tidak boleh begini tidak boleh begitu. Syafiq melarang semua yang ingin Syafira lakukan. Syafira sudah sangat kesal setengah mati dengan Syafiq.
“Ra, habis ini kamu langsung istirahat di kamar.”
“Jangan ngapa-ngapain. Pokoknya diem aja di kamar.”
“Kamu harus makan yang banyak terus minum obat yang dikasih sama dokter tadi. Tenang aja ntar kakak yang masakin buat kamu.”
“Pokoknya kamu nggak boleh sekolah, nggak boleh keluar rumah dulu. Sampai kamu benar-benar sembuh.”
“Kalo ada yang ngebuli kamu lagi bilang sama kakak. Nanti kakak patahin lehernya.”
“Astagfirullah, Kak Syafiq mulutnya udah di ganti sama mesin kali ya? Nyerocos mulu, mana nggak berenti-berenti lagi.”
Syafiq yang sekarang lebih banyak bicara daripada diam, tapi jelas itu hanya berlaku untuk Syafira, hanya untuk Syafira. Oke? Kalau sama orang lain ya pasti dingin lagi kayak bongkahan es batu.
Mereka berdua saat ini tengah duduk diruang keluarga. Syafira jengah, ia sudah tidak peduli lagi pada ocehan Syafiq. Fokus Syafira kini beralih pada benda pipih yang ada dilayarnya. Ia menatap layar ponsel itu tanpa memperdulikan Syafiq.
“Kamu dengerin kakak nggak sih!” pekik Syafiq yang merasa diacuhkan sejak tadi.
“Iya denger,” jawab Syafira datar. Ah, telinganya sudah panas mendengar penuturan Syafiq yang tiada ujung. Ia mematikan ponselnya dan mencoba bertanya pada Syafiq. Ia ingin izin masuk sekolah besok.
“Kak, besok Fira boleh masuk sekolah, ya, ya, ya?” rengek Syafira seraya menunjukkan puppy eyes andalannya. Tatapan Syafiq berubah tajam menembus manik mata Syafira dan membuat nyali Syafira ciut seketika.
“Fira salah ngomong keknya.”
Syafira kemudian menunduk takut tidak berani menatap mata elang Syafiq yang sangat menyeramkan.
“Nggak! Diam dirumah atau nggak usah pulang sekalian!” pekik Syafiq tegas menusuk ke dalam hati Syafira.
Syafira yang mendengar ucapan Syafiq barusan pun langsung mendongakkan kepalanya dan menatap cemas pada pemuda itu.
“Jangan dong, Kak. Fira kan cuma bercanda,” rengeknya seraya menggoyang-goyangkan pergelangan tangan Syafiq seraya memanyunkan bibir bawahnya.
“Awas aja kalau kamu nekad buat sekolah!” peringat Syafiq tegas.
“Ihh... iya iya.”
*****
Malam yang tenang, desiran angin menyapa lembut menusuk ke dalam tulang. Embun malam mulai mengecup bumi. Di rumah asri itu terlihat seorang pemuda yang tengah berdiri di balkon rumahnya sambil menikmati indahnya malam.
Di belakang pemuda itu kini sudah ada gadis mungil yang tengah melangkah mendekatinya.
“Assalamualaikum, kakak,” ucapnya lembut.
“Waalaikumsalam.” Pemuda itu membalikkan badan dan melihat sang adik sudah berada disitu.
“Kamu ngapain kesini? Masuk sana nanti kamu masuk angin,” peringat Syafiq dengan memasang wajah cemas dan datar khas pemuda itu.
Sudah tiga hari ini Syafira tidak diperbolehkan bersekolah oleh Syafiq. Rasa bosan pun mulai merasuk kedalam dirinya. Ia mencoba untuk membujuk Syafiq sekali lagi agar membiarkannya untuk pergi ke sekolah.
“Kak, besok Fira boleh ke sekolah ya? Fira bosen kak,” rengeknya.
“Kamu harus bener-bener sembuh dulu Fira,” sergah Syafiq.
“Fira udah sembuh kak! Nih pegang.” Syafira pun menuntun tangan Syafiq ke dahinya yang sudah tidak panas. Gadis itu memang sudah benar-benar sembuh.
“Nggak panas kan? Ayolah kak, bolehin Fira! Fira udah ketinggalan banyak pelajaran!”
Syafiq berpikir sejenak. Ia mempertimbangkan keputusan apa yang harus ia ambil. Membiarkan Syafira masuk sekolah atau tetap melarangnya.
“Kak? Boleh ya please...” Syafira mulai memasang puppy eyes andalannya.
Syafiq menghela nafas panjang. “Hm.”
Hanya deheman namun mampu membuat mata Syafira berbinar. “Beneran kak?” tanya Syafira memastikan.
“Iya.”
“Makasih kakak!” Syafira bersorak bahagia dan langsung memeluk Syafiq sejenak dan segera berlari masuk menuju ke kamarnya.
Syafiq menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya yang satu ini. Ternyata Syafira bisa bisa menjadi semanja itu. Mengapa Syafiq baru menyadari?
*****
Hari ini Syafira sudah diperbolehkan untuk bersekolah lagi. Gadis mungil itu sedang bersiap-siap dengan peralatan sekolahnya. Ia mulai mengemasi buku, memakai seragam dan tidak lupa dengan hijab lebarnya. Kini ia mulai menuruni anak tangga satu persatu dengan wajah yang berbinar.
Disisi dapur terlihat seorang pemuda yang sedang sibuk dengan masakannya. Entah apa yang ia masak pagi ini untuk adiknya.
“Assalamualaikum, kak!” ucap Syafira sumringah.
“Waalaikumsalam, Ra. Kamu duduk dulu sana. ini udah mau selesai kok sarapannya,” jawab Syafiq sambil menata makanannya di atas piring.
“Kak, nanti kakak anterin Fira kesekolah kan?” tanya Syafira penasaran. Padahal dia pasti sudah tau jawaban Syafiq.
“Iya, Ra. Sekarang makan dulu.”
*****
Kini Syafira sudah sampai disekolahnya. Ia mulai melewati koridor sekolahan dengan penuh semangat. Senyum manis itu tidak pernah hilang dari wajah cantik Syafira.
Di kelasnya terlihat sudah ada beberapa siswa termasuk Elma dan Feli.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!” ucapnya bersemangat.
“Waalaikumsalam,” jawab seisi kelas ramah.
“Syafira! Aku kangen...” Feli langsung menarik Syafira ke pelukannya dan Elma pun ikut berpelukan. Udah kayak Teletubbies aja.
“Woi woi! Gausah drama deh kalian bertiga!” sinis Aldi seraya menggebrak meja sambil memutar bola matanya malas.
“Yee... sirik aja lu kudet!” jawab Feli sembari melonggarkan pelukannya dan Syafira pun langsung duduk dikursinya yang berada didepan Feli.
“Apa lo bilang?!”
“Udah-udah kalian ini ribut terus deh. Jangan-jangan kalian jodoh ya...” tutur Syafira sambil tersenyum geli melihat ekspresi temannya itu.
“Gak mungkin!”
“Gak mungkin!”
“Cie... bareng.” Elma pun nimbrung.
Aldi dan Feli saling menatap satu sama lain dan sedetik kemudian mereka membuang muka masing-masing.
“Najis!”
“Najis!”
“Yaelah bareng lagi. Fix jodoh nih!” goda Elma sambil tertawa kecil. Sedangkan Aldi dan Feli memutar bola matanya malas mendengar ocehan Elma yang unfaedah menurut mereka.
Syafira terkekeh pelan melihat tingkah konyol sahabat-sahabatnya itu. Namun satu hal yang mengganjal dihatinya, apa yang terjadi pada Natasya setelah kejadian 4 hari yang lalu.
“Kak Natasya gimana?” tanya Syafira penasaran.
“Si Natasya And The Geng udah dikeluarin Ra dari sekolah ini. Kamu tenang aja dia nggak akan berani gangguin kamu lagi kok,” tutur Feli menjelaskan.
“Oh syukur deh kalo gitu. Semoga kak Natasya bisa berubah ya. Tapi kasian juga sih...”
“Fira.. Fira.. Lo udah di jahatin sama Natasya, tapi lo masih aja kasian sama dia. Aneh deh lo!” sinis Aldi yang merasa kesal dengan tingkah Syafira yang terlalu polos.
“Kan kasian, Al. Gara-gara Fira, kak Natasya jadi dikeluarin dari sekolah ini.”
“Itukan emang bukan salah lo, Fira,” tutur Aldi yang tak ingin kalah.
“Udah-udah ribut mulu. Belnya bentar lagi bunyi tuh.” peringat Elma pada Aldi dan Syafira.
*****
Maafkan jika alurnya rada gaje dan banyak typo. Tandai yang perlu diperbaiki ya❤
Sampai ketemu lagi di part selanjutnya❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Rita Riau
Aldi kok rusuh bgt sama Feli jgn* mang mereka di jodohin sama author 🤔🤭😁🥰🥰
2024-01-16
0