Pagi harinya Morgan turun dari kamarnya yang berada di lantai tiga. Dia mendapati orang tua nya sudah duduk di meja makan.
"Pagi Ma, Pa." Sapa Morgan cuek.
"Bisa-bisanya anak kita yang satu ini tidak merasa punya masalah Pa." Sindir Wenda sebagai Mamanya Morgan.
"Morgan, setelah sarapan Papa mau bicara sama kamu!" Ucap Sandi dengan nada dinginnya.
Buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnya. Sikap Morgan memang keturunan dari Papanya.
Morgan dengan cuek hanya mengambil selembar roti tawar dan selai srikaya di atas meja makan. "Aku ada meeting jam 8 Pa. Bicaranya nanti malam saja." Kilah Morgan, karena ia tahu Papa dan Mama nya akan membahas tentang berita yang ia anggap murahan.
"Soal berita itu, Papa tidak mau kedepannya ada berita seperti itu lagi. Ini sudah ketiga kalinya berita sampah itu muncul di media. Membuat Sempurna Hotel menjadi banyak perbincangan orang. Apa lagi para pemegang saham dan kolega lainnya." Jelas Sandi dengan panjang lebar.
Morgan masih santai dengan melahap sarapan rotinya. Wenda kesal dengan tingkah putranya yang seperti itu.
"Morgan, kenapa sih kamu bisa santai seperti itu? Ini berita sangat mempengaruhi bisnis keluarga." Cecar Wenda yang menjadi ikutan kesal.
"Ada apa sih, pagi-pagi begini sudah ribut di meja makan." Ucap Aura yang baru saja bergabung di meja makan.
Aura adalah Adik Morgan, dia adik perempuan satu-satunya di keluarga Pranata. Usianya baru 19 tahun.
"Tanya saja sama Mama dan Papa Ra. Pagi-pagi gini sudah ribut saja" Jawab Morgan malah membuat Sandi dan Wenda menghela nafasnya dengan kesal.
"Morgan berhenti bermain-bermain dengan nama perusahaan. Papa minta kamu segera secepatnya menikah, agar berita itu tidak pernah terbit lagi di media" pinta Sandi dengan serius dan nada penekanan.
Berita yang menghebohkan seluruh kaum hawa dan dunia pebisnis yang mempunyai kerja sama dengan Hotel Sempurna.
Isi dalam berita itu menyatakan bahwa Morgan pemilik Hotel Sempurna telah mengencani beberapa anak konglomerat dan tidak pernah ada satu pun yang bertahan padanya. Dan berita itu menggiring diri Morgan menyukai sesama jenis. Dan hanya mencari keuntungan dalam mengencani anak dari konglomerat.
"Aku tidak tertarik dengan yang namanya pernikahan Pa. Soal berita itu kan memang ada benarnya juga. Aku memang mengencani mereka untuk urusan bisnis. Tapi bukan berarti aku harus menikahi mereka kan?" Jelas Morgan yang tidak ingin pusing.
"Morgan!" Tegur Wenda dengan nada yang sedikit tinggi.
"Mama, kok bentak Kak Morgan sih" Aura sangat perhatian dengan Morgan. Ia tidak rela jika kedua orang tuanya memarahi Morgan yang selalu bekerja keras dan selalu menuruti keinginannya.
"Lagi pula media saja yang kehabisan berita. Itu cara mereka kerja untuk membuat keuntungan. Maka nya menerbitkan berita tentangku. Aku terlalu populer di Negara ini. Papa dan Mama tenang saja, aku sudah suruh Jihan untuk membereskan berita itu"
Morgan sudah selesai sarapan, pagi ini selera makannya hilang karena perdebatan antara ia dengan orang tuanya.
"Aku berangkat dulu"
"Pokoknya Mama tidak mau tahu, kamu tetap harus segera menikah Morgan!" Cecar Wenda terus menerus.
"Ma.. Jangan kayak gitu sama Kak Morgan, kasihan Kakak." Wajah Aura berubah cemberut. Sepertinya kali ini kedua orang tuanya memang benar marah dengan Morgan.
"Kakak berangkat dulu" Morgan mencium pucuk rambut Aura dan pergi dari ruang makan.
"Kok Mama sama Papa menyuruh Kak Morgan menikah cepat. Apa nggak kasihan sama Kakak? Aura belum pernah mendengar Kak Morgan menyukai wanita. Dia pernah bilang kalau wanita-wanita yang di kencani Kakak hanya sebatas bisnis dan tidak pernah menyukainya."
Aura bercerita tentang sedikit banyaknya yang ia ketahui tentang Morgan yang super sibuk itu.
"Justru itu Aura sayang. Mama sama Papa menyarankan Kakak kamu untuk segera menikah." Jawab Wenda.
"Kakakmu juga sudah bukan anak remaja lagi. Usia nya sudah matang untuk menikah" Timpal Sandi yang memang benar adanya.
Sesampainya di Hotel Sempurna, Morgan memasuki lift dan menuju lantai 39. Di mana lantai 38 dan 39 merupakan office dari Hotel Sempurna. Di lantai 39 terdapat 4 kamar president suite yang bersebrangan lorong dengan ruangan kerja Morgan.
Hanya beberapa orang tertentu saja yang bisa menginap di kamar lantai 39 itu. Biasanya tamu-tamu dari luar Negeri. Terakhir seperti raja Inggris yang datang ke Negaranya menginap di Hotel Sempurna.
Jihan datang setelah mengetahui Morgan sudah ada di ruangannya. "Selamat pagi Pak Morgan, ini agenda Bapak hari ini. Dan untuk berita kemarin, sudah saya bersihkan sesuai harapan Pak Morgan"
Sekretaris itu memberikan jadwal yang sudah ia susun pada Morgan. "Kerja bagus Jihan, aku akan mentransfer bonus ke rekeningmu"
"Terima kasih Pak"
Morgan selalu mengapresiasi karyawannya yang bekerja dengan bagus dan maksimal seperti Jihan.
"Minggu depan acara pernikahan yang di gelar di aula lantai 35 Pak, seluruh tim yang ikut melaksanakan tugas sudah saya pastikan lagi persiapannya. Dan pagi ini Bapak ada meeting bersama kepala bagian yang memegang acara itu." Jelas Jihan yang selalu menjalankan tugasnya seperti itu, selalu lapor pada Morgan.
"Baiklah, kau bisa kembali ke ruangan mu."
"Baik Pak, saya permisi" Jihan membungkukkan sedikit badannya memberi hormat pada Morgan, ia langsung keluar dari ruang kerja pria tampan itu.
Ya, Morgan memiliki paras yang tampan. Hidung yang mancung, wajah yang mulus dan putih. Alis yang tebal dan aksen rahang yang tegas. Melengkapi ketampanan dan tubuhnya yang tegap dan berotot.
Di Universitas ternama, Clara menghadiri kelas pagi di mata kuliahnya. Satu jam kemudian pembahasan teori mata kuliahnya itu selesai. Gadis itu membawa tasnya keluar kelas.
"Clara.."
"Zain,ada apa?"
Ternyata yang memanggil Clara adalah Zain, pria tampan di kampusnya. "Kamu mau kemana Ra?" Tanya Zain dengan wajah berbinarnya.
"Aku mau ke perpustakaan Zain. Ada buku yang mau aku cari" Jawab Clara sambil berjalan di lorong.
"Oh gitu, aku bantu cari ya" Tawar Zain dengan penuh harap.
"Memangnya kamu nggak ada kelas? Aku bisa sendiri kok Zain" Jawab Clara yang memang terkenal ramah.
Dari kejauhan sepasang mata memperhatikan Zain dan Clara yang berjalan bersama di lorong. Terlihat gadis itu kesal karena pria yang ia sukai berjalan dengan cewek lain.
"Aku kosong kok sampai jam 11. Sekalian mau cari buku juga di perpus" Zain buru-buru berkilah. Agar Clara tetap merasa nyaman di dekatnya.
"Ya sudah kalau gitu." Clara pun mengiyakannya.
Di sebuah ruangan meeting, Morgan sedang melakukan rapat bersama rekan kerjanya.
"Semuanya sudah siap Pak. Tapi klien kita satu ini meminta restoran Xiaojun sebagai daftar menu di acara pernikahannya. Karena calon mempelai wanitanya sangat menyukai masakan resto itu. Dia ingin para tamu juga ikut mencicipinya" Ujar salah satu pria dalam ruang meeting.
"Kamu sudah merekomendasikan masakkan dari Chef Hotel kita?"
"Sudah Pak Morgan, dia juga memilih beberapa menu dari Chef Hotel kita. Dan permintaan tambahan darinya adalah restoran Xiaojun juga, Pak."
"Ya sudah, Pak Hadi coba kamu ke restoran itu. Minta mereka untuk hadir di acara pernikahan klien kita. Tapi ingat, pastikan resto Xiaojun menyanggupinya. Karena saya tidak ingin mengecewakan klien."
"Baik Pak, akan saya lakukan." Jawab Hadi.
"Jihan, jangan lupa kamu hubungi klien kita lagi. Bilang bahwa kita menyanggupi permintaannya."
"Baik Pak."
"Okay, kalau sudah clear. Meeting selesai, kirim ke email saya jika semua laporannya sudah siap"
"Baik Pak" Jawab mereka semua secara bersamaan. Tentu saja semua rekan kerja dalam ruang meeting.
Siang harinya Morgan pergi ke sebuah Cafe di dekat jalan raya Subroto. Di sana ia akan menemui Klien nya. Mobilnya terparkir di pinggir jalan, karena tidak ada parkiran luas dari Cafe tersebut.
Pria itu masuk ke dalam Cafe. Seorang gadis berjalan membawa buku di tangannya sambil menunggu ojek online yang sudah ia pesan. Satu tangannya membawa keranjang berlapis alumunium berisi udang segar.
Ya, dia adalah Clara. Setelah selesai kuliah, ia mengambil pesanan udang segar di jalan Subroto milik Juan. Lalu menunggu ojek online untuk pergi bekerja ke Resto Xiaojun.
"Hei... Minggir lah, oh tidak!!"
"Aaa..."
Brukkh...
Tubuh Clara terjatuh di samping mobil mahal milik Morgan. Keranjang aluminium nya menggoreskan jejak di mobil itu. Buku-bukunya pun berserakan.
Sebuah sepeda melaju kencang menyerempet dirinya.
"Maaf Kak, saya nggak sengaja. Saya buru-buru. Sekali lagi maaf Kak." ujar anak laki-laki yang mengendarai sepeda itu.
"Aduh, tangan aku sakit sekali." keluh Clara, namun anak laki-laki itu sudah lebih dulu pergi.
"Astaga.."
Clara menutup mulutnya tak percaya, melihat sebuah mobil mahal tergores panjang karena dirinya. Sebagian udang segarnya tumpah di atas kaca depan mobil.
"Ya ampun Clara apa yang kamu lakukan?" buru-buru ia membersihkan udang-udang itu dan memasukkan nya lagi ke dalam keranjang.
Tak lama ojek online yang ia pesan datang, Clara pergi menaiki motor ojek ke resto Xiajun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments