BRAK!!
"Haish! Bajingan! " Umpat Elora menaruh kaleng sodanya kasar sambil meremas kaleng itu hingga penyok.
"Udahlah, kenapa lo semarah itu? Bukannya lo belum suka banget sama dia. " Ucap Lily meneguk kopi kalengnya sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi yang tersedia di depan supermarket.
"Hah~ iya sih, tapi tetep aja. Tuh cowok berani selingkuh dari gue? Masalahnya tuh selingkuhan dia gak ada bandingannya sama gue. Setidaknya kalau dia mau selingkuh, minimal level selingkuhan nya di atas gue lah bukannya di bawah gue. " Sebal Elora membuat Lily memutar matanya malas.
"El, mau cari cewek yang selevel lo aja itu susah apalagi di atas lo, " Jengah Lily membuat Elora terkekeh pelan mendengarnya.
"Btw, Senna kemana ya? Tadi pas sampe rumah gue chat dia tapi belum di bales juga sampai sekarang, dia gak kenapa-napa 'kan? " Elora mengganti percakapan mereka seraya membuka kaleng soda baru.
"Entah, gue harap dia gak kenapa-napa. " Lily menanggapi seadanya karena ia juga sempat mengirimkan pesan kepada sahabat satunya itu, sebelum pergi cari angin dari rumahnya yang sepi.
.
.
.
Aiden menghisap rokoknya pelan lalu menghembuskan asapnya melalui mulut dan hidungnya, dengan kepala yang menengadah keatas menatap plafon apartemen Rayan, iya saat ini Aiden bersama kedua sahabatnya tengah berkumpul di apartemennya Rayan.
Rayan yang duduk di karpet bulu di ruang tamu apartemennya itu melirik kearah Aiden yang nampak melamun. "Kenapa lo? Ada masalah?" Tanya Rayan tanpa mengalihkan tatapannya dari layar televisi PS ya, karena saat ini ia tengah main PS bersama Haider.
"Gak, gue cuma bosen. " Balas Aiden berucap acuh lalu kembali menghisap putung rokoknya.
"Lah, kalau bosen makanya sini ikut maen PS! " Celetuk Haider.
"Males." Ucap Aiden kemudian menegakkan tubuhnya dan mematikan ujung rokoknya di asbak atas meja. "Gue pulang aja lah, mau gangguin si Marvel aja di rumah." Ucap Aiden bangun dari duduknya lalu memakai jaketnya.
"Dih gak ada kerjaan banget lo gangguin si Marvel ntar gelut terus kena omel sama Bunda lagi lo. "Ucap Rayan membuat Aiden terkekeh.
"Gapapa lah udah biasa juga. Gue duluan ya, bro! " Pamit Aiden melambaikan tangannya sekilas lalu pergi dari apartemen Rayan dan menyisakan si pemilik apartemen beserta Haider.
"Tuh anak kenapa dah? Padahal baru jam 9 malem tapi udah balik aja, gak kek biasanya." Heran Haider dan di tanggapi gidikan bahu tak peduli dari Rayan, pemuda itu tak ingin terlalu pusing memikirkan sikap Aiden kali ini.
.
.
.
Saat di perjalanan pulang Aiden menghentikan motornya ketika lampu lalu lintas berubah merah. Malam ini. Ibukota Jakarta ramai seperti biasanya banyak pedang kaki lima di pinggir-pinggir jalan dan ada juga beberapa anak punk yang nongkrong tak jauh dari sana.
Ketika Aiden tengah asik memperhatikan suasana jalanan di ibukota sebuah motor besar dengan warna yang biru tua berhenti di samping motornya. Dari suara knalpot motor di sebelahnya seperti ia seperti mengenalnya membuat Aiden menolehkan kepalanya kesamping dan melihat bahwa si pengendara motor itu ternyata adalah orang yang di kenalnya.
Senyum tipis tercetak di balik helm full face nya, saat mengetahui seseorang di sampingnya itu. "Oy!! " Panggil Aiden membuat seseorang di sampingnya itu menoleh karena merasa terpanggil.
Seseorang yang berada di balik motor biru tuanya itu membelalakkan matanya, saat matanya bersibobrok dengan sepasang mata hazel di balik helm full face di sebelahnya. Sebelum kemudian berdecak pelan sambil memalingkan wajahnya saat tau siapa orang yang memanggilnya tadi.
"Gue punya nama ya, sat! " Ketus Elora menatap lurus ke depan tak memperdulikan Aiden.
"Emang nama lo siapa? Gue lupa, " Ucap Aiden masih mempertahankan senyumannya. Tapi tak mendapatkan respon apapun dari Elora.
"Gue gabut nih, balapan yok! Yang kalah bakal nurutin apapun keinginan yang menang, gimana?" Ucap Aiden lagi tapi kembali tak mendapat respon apapun dari Elora.
Membuat Aiden yang merasa dirinya di abaikan akhirnya berdecak sebal. "Kalau lo gak mau berati, lo takut!" Ejek Aiden mengompori dan tak lama setelahnya lampu merah berubah menjadi hijau dan Elora kembali menjalankan motornya seraya berteriak, "JADI GAK?! " Mendengar teriakan itu Aiden langsung mengulum senyumnya lalu melajukan motornya untuk menyusul Elora.
Kini keduanya sudah berada di jalanan yang jarang ada polisi berpatroli sebagai tempat mereka balapan, keduanya sudah berada di garis stars lalu pada hitungan ketiga mereka melepaskan pegangan pada rem mereka dan menarik pedal gas sekencang mungkin.
Melajukan motor mereka dengan kecepatan diatas rata-rata dan saling menyalip satu sama lain tak mau kalah.
Sampai akhirnya motor Elora menyalip motor Aiden dan tiba di garis finish terlebih dahulu membuat Aiden berdecak kesal karena ia kalah dalam balapan kali ini.
"Kali ini lo beruntung karena bisa ngalahin gue, tapi lain kali gue pasti bakal ngalahin lo seperti biasanya! " Ucap Aiden membuka helmnya dan menatap sengit Elora yang juga membuka helmnya dengan senyum penuh keangkuhan dan ejekan kepada Aiden.
"Coba aja, karena lain kali juga gue bakal tetap kalahin lo." Ujar Elora dengan senyum mengejeknya.
"Dalam mimpi lo! Cepet apa yang lo mau?! " Ketus Aiden menatap sebal Elora.
Seringai jahil tercetak di bibir tipis Elora membuat Aiden yang melihatnya merasakan hawa tak baik akan menerpa dirinya.
"Turutin semua perintah gue selama seminggu dan gue gak nerima bantahan! Kalau lo gak nurutin setiap perintah gue lo bakal jadi babu gue sampai kita lulus sekolah. "Perkataan Elora sukses membuat Aiden mengumpat tak terima.
"Sialan lo!-"
"Et! Kalau lo protes berati lo jadi babu gue selama setahun kedepan, " Ancam Elora memotong ucapan Aiden yang hendak protes.
"Ck! Awas aja lo kalau nyuruh hal yang aneh-aneh, gue tebas leher lo! " Aiden balik mengancam seraya membuat gerakan menebas lehernya dengan tangan, kemudian memakai helmnya kembali.
Elora makin mengulum senyum jahilnya, "Gak aneh-aneh kok, tenang aja. Besok lo udah mulai jadi babu gue, ya. Jangan lupa!" Ucap Elora memakai helmnya kemudian menyalakan mesin motornya sebelum menjalankan motornya meninggalkan Aiden yang menatap kepergiannya.
"Sial, niat hati gue yang pengen memperbudak si El, eh ini malah gue yang kena. " Gerutu Aiden dalam hati mencak-mencak, sebelum akhirnya menjalankan motornya untuk pulang.
,
.
.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Aiden yang masih berlabuh di pulau kapuknya terpaksa bangun karena suara berisik dari ponselnya. Dengan geraman kesal Aiden meraih ponselnya untuk melihat siapa gerangan yang mengganggu tidur nyenyak nya pagi ini.
"Demit" Nama yang tertulis di layar ponselnya itu membuat kekesalan Aiden bertambah. Lalu dengan kesal ia menggeser ikon hijau keatas guna mengangkatnya.
"APA!? " Sentak Aiden pada seseorang di sebrang sana.
" .... "
Tut!
Seseorang di sebrang sana langsung mematikan sambungan telponnya sesudah mengatakan urusannya. Membuat Aiden seketika mengumpat kesal sambil membanting ponselnya ke kasur.
"Njing?! Sialan tuh cewek spam chat sama telpon habis di angkat cuma ngomong hal yang gak penting habis tuh matiin telpon seenak jidat! Ganggu orang tidur aja. " Gerutu Aiden menarik selimut tebalnya dan kembali memejamkan matanya hendak kembali tidur, namun sebelum itu terjadi dering ponselnya kembali menyala dan menampilkan nama penelpon yang sama dengan sebelumnya.
Membuat Aiden mengerang sambil menyibak selimutnya. "Iya anjing gue bangun gak usah nelpon terus! " Maki Aiden setelah menjawab telpon itu lalu kembali mematikannya, kemudian melemparnya kembali keatas kasur, sementara dirinya masuk ke kamar mandi guna membersihkan dirinya.
Aiden membuka pintu kamarnya setelah ia selesai bersiap-siap dan mengenakan seragam sekolahnya. Saat ia keluar kamar ia berpapasan dengan sang adik yang juga baru saja keluar dari kamarnya yang berada di kamar sebelahnya.
"Loh lo udah siap aja, Bang? Tumben. Lo gak lagi kesambet kan? " Sang adik bertanya terheran-heran dengan Sang Kakak yang tumben-tumbenan sepagi ini sudah bangun dan sudah siap dengan seragam sekolahnya
Aiden memutar matanya malas, "Terserah gue lah, lagian serba salah banget gue bangun siang lo ngomong, gue bangun pagi lo ngomong juga. Heran gue," Jengah Aiden seraya melangkah untuk pergi ke lantai bawah guna sarapan bersama.
Marvel Zeinar Rasendriya, Adik tunggal Aiden itu nampak cengengesan saat mendengar ucapan sang Kakak lalu ia pun menyusul Aiden dan merangkul bahu sang Kakak dengan kesusahan akibat perbedaan tinggi badan mereka dengan senyum lebar.
"Habisnya ini kejadian langka sih, makanya gue ngomong. Oh iya, muka lo kenapa dah, Bang? Masih pagi udah kusut aja. "
"Di gangguin demit, " Balas Aiden dengan asal yang mana justru membuat Marvel malah berteriak panik memanggil Bunda juga Ayahnya serta langsung menarik lengan Aiden agar mempercepat langkahnya.
"AYAH! BUNDA! AYO BAWA ABANG KEK TEMPAT PAK USTADZ, ABANG ABIS DI GANGGU DEMIT KATANYA!! " Teriakan Marvel memenuhi seisi rumah besar itu membuat Jefri yang tengah menikmati kopi paginya tersedak seketika dan Tiara menghentikan kegiatannya.
"APA?! Abang di ganggu demit?! Serius kamu, Dek? " Kata sang Bunda menyahuti dengan polosnya dengan raut khawatir panggil saja ia Tiara Ramadhani.
Aiden melepaskan genggaman tangan Marvel di lengannya kemudian menggeleng kearah sang Bunda. "Engga, Bun! Mana ada Aiden di gangguin demit. Marvel salah paham, "
Marvel menoleh pada sang Kakak, "Lah tadi' kan Abang sendiri yang bilang di ganggu demit, kok jadi salah paham sih? "
"Gue cuma asal ngomong, lo nya aja gampang percayaan. Makanya jangan kebanyakan gaul sama Haider, " Ucap Aiden membuat Marvel menjatuhkan rahangnya tak habis pikir.
Dia dipermainkan oleh kakaknya........ Lagi.
Sementara Haider yang masih tidur di atas kasurnya sambil memeluk gulingnya tiba-tiba saja bersin, membuat pemuda itu terpaksa bangun dari tidurnya.
"Hachim! Kok hidung gue tiba-tiba gatel, ya? " Igau Haider linglung sebelum kemudian kembali terlelap tidur.
.
.
.
Thank you for reading
Don't forget to vote, like and comment!
^^^Bersambung...... ^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments