"Mama tidak mau dengar alasan kamu, Jar! dalam minggu ini kamu pindah ke rumah Oma. Kan kamu tinggal bimbingan saja tidak ada mata kuliah lagi." pinta mama Dira melalui sambungan telepon.
Fajar mengerutkan dahinya. Pasalnya, di rumah Oma nya sudah terlalu ramai. Sudah ada Andara, adik sepupunya yang kerjanya dandan serta modis. Padahal usianya sudah 17 tahun, sama dengan Angkasa. Mereka lahir cuma kelang lima menit.
Katanya dia ( Fajar ) dan si kembar Harry- Hermina juga bareng kelang beberapa menit. Hermina sudah selesai S1 di Bali. Sedangkan Harry sudah di DO karena jarang masuk kuliah. Kerjanya keluyuran tidak jelas.
"Oma kesepian, kamu tahu kalau Mimi mau berangkat S2 di Belanda. Sedangkan Andara mau ambil kuliah di Paris. Makanya mama minta kamu yang pindah kesini." kata mama Dira.
"Nantilah, Ma. Fajar mau ke ruang pak Viktor dulu." elak Fajar.
"Kamu masih asdos? Ya ampun, Nak! Skripsi kamu kelarkan dulu. Ini sudah semester berapa. Dulu mama sudah bilang sama kamu jangan ikut BEM. Sekarang apa yang mama takutkan terjadi. Tari aja sudah lebih dulu selesai. Nah kamu ..." Fajar menjauhkan telinganya dari jangkauan handphone.
Rasanya mendengar ocehan mama sudah jadi makanan buat Fajar. Dari saat Mimi selesai S1, di tambah Mentari lulus cepat cuma 3 tahun 7 bulan. Itu sudah jadi barometer buat perbandingan. Padahal dari kecil Fajar dan Mentari di sekolahkan serempak. Karena jarak usia mereka cuma kelang 9 bulan. Katanya waktu Fajar baru MPASI, mama Dira hamil Mentari.
Di rasa wajar kalau seorang ibu ingin anaknya cepat selesai kuliah. Fajar yang di gadang-gadangkan sebagai penerus PT. Bramantyo. Namun, itu tak membuat dia merasa tinggi. Kalaupun dia tidak meneruskan pabrik milik opa nya. Masih ada Angkasa dan Devano yang bisa jadi penerus. Dia malah ingin menetap di Jakarta, bekerja di sebuah perusahaan besar.
Oma Dewi Savitri juga punya Perusahaan yang mengelola limbah daur ulang. Perusahaan yang sudah turun temurun dari keluarga mereka.
"Fajar, Saya sepertinya akan terlambat datang. Sopir saya demam, saya pasti datang untuk mengajar. Sementara kamu yang menggantikan saya. Bisa?" pesan singkat dari pak Viktor.
"Bisa pak!" balas Fajar.
...*****...
"Bun," sapa gadis manis dari kejauhan.
Embun menoleh saat namanya di panggil. Membalas sapaan temannya dengan senyuman. Sesaat dia membenarkan tata letak bawaannya. Di rasa sedikit risih karena juga menenteng laptop.
"Kinar, kamu sendirian?" Tanya Embun.
"Iya, emang sama siapa lagi. Sekarang aku tidak sendirian. Kan sama kamu. Yuk masuk ke kelas jangan sampai kamu bermasalah lagi sama pak Viktor." Kinar menarik Embun menelusuri lorong kampus.
"Selama aku kuliah di sini aku belum pernah lihat sosok pak Viktor. pasti di ganti lagi sama asdosnya." Sahut Embun.
"kata kak Fajar, pak Viktor itu jam terbang tinggi. dia sering seminar di berbagai tempat. Punya banyak permintaan bimbingan skripsi. Terus apalagi ya, dalam satu bulan biasanya dia masuk cuma dua kali. Selebihnya kak Fajar yang mengajar, kamu tahu kan kak Fajar itu mandiri. Dia bantu pak Viktor di gaji juga."
Embun mendelik ke arah Kinar. Sepertinya temannya tahu banyak soal Fajar. Embun memilih duduk di bagian belakang. Padahal Kinar mengajak dirinya duduk di bagian depan pintu masuk.
Kebetulan Embun duduk di kursi dekat jendela. pemandangan di sampingnya ada sebuah taman kecil berupa gazebo kecil menyerupai payung. Banyak mahasiswa yang duduk di sana. ada yang sedang makan, ada yang sedang mengerjakan tugas. Meskipun itu taman kampus tak pernah luput dari yang namanya sampah berserakan.
"Pagi," suara bariton menyapa kelas mereka. Embun menoleh kearah sang pemilik suara. Ternyata yang masuk masih Fajar bukan pak Viktor.
Fajar langsung masuk ke kelas. Tampak semua mahasiswa sudah duduk rapi menyambut kedatangannya. Pandangannya beralih pada gadis yang tengah duduk di belakang. Gadis itu hanya menatap jendela di sampingnya. Padahal sudah di kasih tanda kalau dia ada di dalam kelas.
"Saya masih mengajar disini atas permintaan pak Viktor. Bisa kita mulai untuk mata kuliah pengantar manajemennya."
"Bisa!" Seru para mahasiswa.
Fajar memulai aktivitas mengajarnya. Tetap profesional walaupun dia sesekali melirik kearah Embun. Gadis itu pun sesekali membalas tatapan Fajar, lalu kembali fokus dengan catatannya. Beberapa saat kemudian Fajar mengumumkan kalau pak Viktor sedang perjalanan ke kelas.
"Saya hanya mengajar sebentar, pak Viktor sebentar lagi akan berjalan ke kelas. Ada yang mau bertanya silahkan?"
Dari sudut dekat pintu Kinara menaikkan tangannya.
"Iya, Kinara?"
"Pak bagaimana dengan konsep manajemen cinta?"
Pertanyaan Kinara mendapat seruan dari para mahasiswa yang lain.
"Manajemen cinta?" Fajar tanya balik.
"Iya, manajemen cinta antara dua anak manusia. Bagaimana menata hati dengan wanita yang sudah menolak seorang lelaki?"
Fajar mengangguk kecil. Dia mencoba menjawab pertanyaan mahasiswanya.
"Kalian tahu arti manajamen kan? Mengatur suatu kegiatan atau hal yang lainnya agar tidak berantakan. Pertama manajemen pada diri sendiri, bagaimana kita mempersiapkan diri untuk hari ini esok dan seterusnya. Rencana mau kemana, budgetnya berapa. Itu masih termasuk manajemen fisik. Terus ada lagi manajemen diri atau self manajemennya, tentu yang pertama adalah pondasi kuat adalah agama.
Kemampuan dalam diri seseorang untuk mengendalikan berbagai unsur dalam diri seperti fisik, emosi, perasaan, pikiran dan perilaku untuk mencapai hal-hal yang baik dan terarah.
Mengatur waktu dengan baik untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memenuhi tenggat waktu, Menjaga emosi tetap terkendali dalam situasi yang menantang atau stres, Mengambil inisiatif untuk belajar dan mengembangkan diri secara mandiri.
Manajemen cinta di mulai dengan diri sendiri saja dulu. menjauhkan dari berbagai penyakit salah satunya penyakit hati. kalau kita di tolak sama lawan jenis, tidak apa-apa, toh kalau jodoh tidak akan kemana-mana.benarkan, Kinara?"
"Oh, jadi Kinara di tolak cowok, ya? Kasihan sampai curhat ke pak Fajar segala," sahut teman yang lain.
Kinara hanya cuek bebek ketika di tertawakan dalam satu kelas. Gadis itu melemparkan pandangan ke arah Embun yang sedang asyik mencatat. Lalu dia kembali melemparkan pandangan ke arah Fajar.
Tak berapa lama pak Viktor sudah memasuki ruang kelas. Fajar tadi nya mau pamit di tahan sama pak Viktor.
Dosen usia 60 tahun itu meminta Fajar memantau dari kursi belakang. Fajar memilih duduk di sebelah kursi Embun.
Ya ampun kenapa dia harus duduk di situ sih? Batin Embun.
Ting!
"Jangan di pandang terus nanti tidak bisa tidur." pesan singkat dari Kinara membuat Embun melototkan matanya. Kinara menoleh ke belakang sambil cekikikan.
Kinara baru saja menoleh ke depan sudah ada. pelototan di hadapannya.
Embun hanya bisa tertawa dalam hati.
"Emang enak! Rasain!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
dia lagi dia lagi 😀
2024-08-13
0
Kak Dsh 14
lanjut gays
2024-07-07
0
piyo lika pelicia
semangat kak mampir yuk ☺️
2024-06-15
0