Fajar Untuk Embun

Fajar Untuk Embun

Pertemuan Pertama

Di sebuah universitas ternama di Jakarta

Langkah kaki seorang gadis muda plus atribut ospek nya. Suara kaki yang terburu-buru akibat dia kesiangan. Rentetan suara kaleng saling bersenggolan di pinggangnya. Tentu saja semua yang ada di sana mengalihkan atensinya ke arah suara.

.“Sebening Embun!” Pekik suara lantang yang di seberang sana.

Sang pemilik nama pun menghentikan aktivitasnya. Dia pun menoleh kearah hentakan kaki di hadapannya.

“Ini hari ketiga ospek kamu masih terlambat? Apa lagi alasannya? Kesiangan? Tidak dapat angkot? Alasan klasik!”

“Darren kita kasih hukuman apa?” tanya teman yang lain.

“Hmmm apa ya?” mata Darren mengarah ke seorang lelaki yang duduk sambil mengaktifkan laptopnya.

“Kamu lihat cowok baju kuning itu. Nyatakan cinta sama dia dan cium dia!” Embun menoleh kearah sosok yang di tunjuk. Sialnya ada dua pemuda yang memakai kemeja senada. Tentu saja dia pilih yang paling tampan di matanya.

“Apa tidak ada option lain? Masa saya harus menyatakan cinta pada lelaki yang tidak di kenal?” Darren menggelengkan kepalanya. Pemuda itu tetap kekeuh dengan hukuman yang sudah dia berikan.

“Saya tidak....” nyalinya sedikit menciut melihat tatapan tajam dari para senior.

Langkah kaki Embun seperti terseok-seok. Bagaimana mungkin dia harus menyatakan cinta pada orang asing. Lagi-lagi dia bingung lelaki mana yang di tunjuk. Embun memilih lelaki kedua yang sedang asyik pada tumpukan bahan.

“Assalamualaikum, Kak. Maaf mengganggu sebentar.” Sapa embun malu-malu.

“Maaf, saya lagi banyak kerjaan. Jadi saya tidak bisa di ganggu. Kamu mahasiswa baru kan?” Embun mengangguk-anggukkan kepalanya.

Embun menoleh kearah Darren cs. Seakan memberi kode pada dirinya untuk terus melanjutkan rencana. Tangannya menggenggam erat ujung bajunya. Rasa canggung dan grogi menyapa dirinya. Lama dia terdiam. Menarik nafas dalam-dalam.

“Maaf saya banyak pekerjaan...” Pemuda itu berdiri hendak meninggalkan bangku.

Melihat hal itu, Embun buru-buru menyelesaikan tugasnya. Dia tahu dari ujung sana gerak-geriknya di pantau kakak tingkatnya.

“Kak, saya cinta sama kakak. Sejak pertama kali melihat kakak disini jantung saya sudah berdebar. Kakak tahu nama saya Embun, memberikan kedamaian pada setiap orang yang di dekatnya.” Embun melirik nama yang tertengger di kantong jas pemuda.

“Kakak tahu kan, Di mana ada Fajar pasti ada Embun. Nama kita di pertemukan seakan memberi tanda semesta merestui kita.” Darren mendengar ucapan embun hanya bisa melongo.

Pemuda itu terdiam mendengar pernyataan cinta gadis asing di depannya.

Entah magnet apa yang membuatnya mengikuti permainan gadis itu. Tubuhnya yang tegap dan tinggi pun kembali melabuhkan ke tempat duduk semula. Bak terkena sihir yang kuat, dia menopang dagunya hanya untuk mendengar gadis itu bicara.

“Bro, bagaimana ini? Masa dia malah nembak asdos. Padahal yang kita suruh bukan kak Fajar. Gawat salah sasaran ini namanya.” Bisik Adol.

“Kayaknya ini seru, Dol.” Kata Darren penuh semangat.

“Seru apanya?”

“Bukankah dia beberapa kali menolak perempuan? Nah kita lihat saja apa si Bening Embun ini bisa menggaet asdos kita. Kalau di tolak kan dia yang malu sama satu kampus.”

“Nama kamu siapa?” tanya pemuda itu.

“Embun. Sebening embun, panggil saja aku Embun.” Gadis itu memberikan secarik kertas pada pemuda di hadapannya.

Kakak saya minta maaf. Saya di minta kakak senior untuk menyatakan cinta sama kakak. Tolong jangan di permalukan depan umum. Anggap saja tidak terjadi apa-apa.

Fajar tersenyum kecil membaca surat dari Embun lalu mengembalikan kertas pada gadis itu.

Ada tulisan balasan di belakang kertas yang dia pegang.

“Mulai sekarang kamu jadi pacarku yang sebenarnya. Ucapan itu janji dan janji adalah hutang.”

Embun membulatkan matanya.

...****...

Jam istirahat telah tiba. Embun mencari tempat duduk untuk melepas rasa lelahnya. Kejadian tadi dia anggap angin lalu. Toh lelaki yang mengaku pacarnya sudah kembali ke aktivitas semula.

Tas berbahan karung berisi beberapa minuman mineral. Sengaja dia bawa lebih dari satu. Takutnya dia susah mendapati kantin. Nyatanya ekspetasinya salah, kantin tetap beroperasi walaupun sedang masa ospek.

Beberapa mahasiswa senior sudah memenuhi area kantin. Embun merasa sungkan di dekat mereka. Tak lama ada memegang pundaknya, menuntunnya duduk diantara beberapa senior.

Dia adalah Darren. Lelaki yang sudah membuat dia malu di depan banyak orang. Hanya karena terlambat datang harus menyatakan cinta pada lelaki asing.

“Aku minta maaf soal tadi, Bun. Sebenarnya kamu tadi salah nembak orang. Yang aku suruh itu Yosep bukan kak Fajar. Tapi Kenapa kamu malah pilih kak Fajar. Dia itu dingin sama semua perempuan. Aku rasa dia suka sesama jenis, buktinya sepanjang dia jadi mahasiswa disini tidak pernah dekat dengan perempuan. Apa dia tadi menolak mu juga?” kata Darren.

Embun melahap satu sendok batagor. Setelah meneguk satu botol air mineral baru menjawab ucapan kakak tingkatnya.

“Enggak. Dia tidak menerima ku dan juga tidak menolak ku.” Kata Embun sekenanya.

“Benar kan dugaanku. Itu kak Thalia.” Darren menunjuk gadis yang duduk di seberang mereka.

“Kak Thalia banyak di bantu sama kak Fajar. Sikap kak Fajar seakan kasih harapan gitu. Tapi nyatanya dia di tolak sama kak Fajar. Alasannya satu, dia merasa tidak ada feeling sama kak Thalia. Padahal kurang apa kak Thalia.”

“Tapi benar yang di bilang kak Fajar, hati itu tidak bisa di paksakan. Kalau tetap di jalani yang tersiksa si cewek.” Jawab Embun.

“Oh, kalau dari pikiran cewek mah selalu begitu. By the way pulang nanti boleh kan aku antar. Untuk perkenalan awal kita.”

Embun menggeleng, sudah pasti anak buah papanya yang akan menjemput. Sudah sejak zaman SMP dia di tunggu sama papanya. Kadang papanya menyuruh asisten menjemput dirinya. Sudah hapal di luar kepala sikap papanya yang protektif. Anehnya adiknya lintang tidak pernah di kekang seperti itu. Apa mungkin mereka tidak sedarah. Entahlah Embun enggan berspekulasi.

“ Nanti malam ada acara penutupan ospek. Jadi semua mahasiswa dan mahasiswi baru harus ikut berpartisipasi. Kamu ikut kan?”

“Aku bilang sama papa dulu.” Embun meraih teleponnya mengabari terkait acara di kampusnya.

“Papa tidak akan izinkan kamu ikut. Suka tidak suka kamu tetap pulang ke rumah, nanti papa suruh David buat jemput.”

“Pa, kalau aku tidak ikut nanti bermasalah di akademik kampus. Aku juga tidak enak sama teman yang lain.” Rengek Embun.

“Pokoknya kamu tidak boleh ikut. Mana panitia kampus kamu biar papa yang bicara.” kata Trias sang papa di sambungan telepon. "Kalau perlu papa bilang sama dekan kamu. Papa kenal sama petinggi kampus kamu." sambung Trias.

Embun enggan menyerahkan teleponnya pada Darren cs. Yang ada dia di tertawakan sama orang-orang di kampus. Dia kembali menyelesaikan bekalnya dan juga makanan pesanannya.

Selesai istirahat mereka pun kembali berkumpul di lapangan. Embun dan beberapa teman seangkatannya sudah berada dalam barisan. Mata Embun menangkap sosok lelaki yang berjalan bersama beberapa mahasiswi. Mereka terlihat akrab, pemuda itu tetap fokus berbicara tanpa melempar pandangan lain.

“Kenapa aku harus peduli sama tuh cowok? Mau dia sama siapa juga bukan urusan aku.” Keluh Embun.

"Ya ampun, ingat, Bun. Ucapan dia tadi cuma sekedar basa-basi doang. Belum tentu juga dia mau jadi pacarku. Ingat Bun! Ingat! Papa melarang kamu dekat dengan lelaki manapun." kata Embun tentu saja dalam hati.

Setelah dia kembali fokus pada kegiatan di lapangan. Mata pemuda itu memandang ke arah gadis yang berada di barisan paling belakang. Senyumnya mengembang lalu masuk dalam ruangan kelas.

"Dia cantik sekali" puji nya dalam hati.

Terpopuler

Comments

♀️Mari_Mar🍀

♀️Mari_Mar🍀

banyak yang baper sama fajar/Slight/

2024-08-24

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

like plus favorit untuk karya keren ini 😍

2024-08-08

0

𓆏 Nori 😂⃤ Fai 𓆏

𓆏 Nori 😂⃤ Fai 𓆏

aku mampir kak 😹😹

2024-08-06

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Pertama
2 Tentang keluarga Embun
3 Jangan kasih Harapan
4 Dia lagi ... dia lagi
5 Si centil Andara
6 Cerita dua sahabat
7 Bukan pelarian
8 Harus di uji
9 Den Aak
10 Pantang Menyerah
11 Bekal penuh cinta
12 Ancaman dua papa
13 Di rumah Fajar
14 Harus bagaimana lagi?
15 Menjelang pertunangan
16 Hasutan
17 Video Call Penuh Rindu
18 Kinara yang sebenarnya
19 Bulan di kekang Malam
20 Keluarga Bramantyo
21 Keputusan Embun
22 Masih Berjuang
23 Bertemu Oma Dewi
24 Di rumah Oma Dewi
25 Titik terang
26 Permintaan maaf Andara
27 Mau di bawa kemana?
28 Brian Suryanegara
29 Di kantor polisi
30 Papa bebas
31 Gadis idaman Angkasa
32 Seminggu tanpa kabar
33 Ancaman Darren
34 Jika Fajar tanpa Embun
35 Hutan kenangan
36 Bukit bintang ala Lembang
37 Cara Angkasa
38 Tinjauan kasus
39 Nyonya Darren
40 Itu Aku Bukan Dia
41 Cerita Panca
42 Karma untuk Kinara
43 Sebuah kekecewaan dari seorang ayah
44 Masih ada Rahasia diantara kita
45 Rencana Trias
46 Terimalah cintaku, Bening.
47 Progres pengobatan Fajar
48 cerita di rumah sakit
49 Sayembara jodoh dari Oma
50 Lamaran Kasa
51 Yang di takutkan angkasa
52 Senandung hujan
53 Sepanjang jalan kenangan
54 Terkuak
55 Cerita Reva
56 cerita Reva 2
57 Menjelang lamaran
58 Menjelang lamaran 2
59 Acara lamaran
60 Acara lamaran 2
61 Setelah acara lamaran
62 Apa kamu mencintainya?
63 Trauma mama Dira
64 Tentang Arya
65 obrolan ibu dan anak
66 Panic attack disorder
67 Part 67
68 Ayo kita putus!
69 Cerita di Lembang
70 Kemunculan Ridho
71 Ada sebab ada akibat
72 Tentang Bening
73 Tes DNA
74 Setelah tes DNA
75 Untuk hari ini
76 Sisi vs Sarah
77 Pengakuan Fajar
78 Part 78
79 Panca -Dara
80 Tanyakan pada hatimu
81 Demi Dia
82 Sidang skripsi dadakan
83 Tetap dalam rasa
84 Kepo nya Rosa.
85 Kehidupan baru Embun
86 Kediaman keluarga Suryanegara
87 Jadi simalakama
88 Lamaran Panca
89 Cinta itu butuh alasan.
90 Part 90
91 Penangkapan
92 Secret of Ayla
93 Selamat dari maut
94 Memori Penuh Kerinduan
95 Valid, Dia orangnya
96 Fajar untuk Embun
97 Masih di rumah sakit
98 Kemarahan Angkasa
99 Di labrak Kinara
100 Tolong tinggalkan anak saya
101 Rencana Kinara
102 Momen yang mendebarkan
103 Ultimatum Dari Fajar
104 Akad
105 Terimakasih sudah jadi istriku
106 Risalah hati
107 Di rumah mertua
108 Aku hanya mencintaimu, Dara
109 Menantu Bramantyo
110 Mengalah
111 Bulan madu di rumah pohon
112 Saling memaafkan
113 Adakah kesempatan kedua?
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Pertemuan Pertama
2
Tentang keluarga Embun
3
Jangan kasih Harapan
4
Dia lagi ... dia lagi
5
Si centil Andara
6
Cerita dua sahabat
7
Bukan pelarian
8
Harus di uji
9
Den Aak
10
Pantang Menyerah
11
Bekal penuh cinta
12
Ancaman dua papa
13
Di rumah Fajar
14
Harus bagaimana lagi?
15
Menjelang pertunangan
16
Hasutan
17
Video Call Penuh Rindu
18
Kinara yang sebenarnya
19
Bulan di kekang Malam
20
Keluarga Bramantyo
21
Keputusan Embun
22
Masih Berjuang
23
Bertemu Oma Dewi
24
Di rumah Oma Dewi
25
Titik terang
26
Permintaan maaf Andara
27
Mau di bawa kemana?
28
Brian Suryanegara
29
Di kantor polisi
30
Papa bebas
31
Gadis idaman Angkasa
32
Seminggu tanpa kabar
33
Ancaman Darren
34
Jika Fajar tanpa Embun
35
Hutan kenangan
36
Bukit bintang ala Lembang
37
Cara Angkasa
38
Tinjauan kasus
39
Nyonya Darren
40
Itu Aku Bukan Dia
41
Cerita Panca
42
Karma untuk Kinara
43
Sebuah kekecewaan dari seorang ayah
44
Masih ada Rahasia diantara kita
45
Rencana Trias
46
Terimalah cintaku, Bening.
47
Progres pengobatan Fajar
48
cerita di rumah sakit
49
Sayembara jodoh dari Oma
50
Lamaran Kasa
51
Yang di takutkan angkasa
52
Senandung hujan
53
Sepanjang jalan kenangan
54
Terkuak
55
Cerita Reva
56
cerita Reva 2
57
Menjelang lamaran
58
Menjelang lamaran 2
59
Acara lamaran
60
Acara lamaran 2
61
Setelah acara lamaran
62
Apa kamu mencintainya?
63
Trauma mama Dira
64
Tentang Arya
65
obrolan ibu dan anak
66
Panic attack disorder
67
Part 67
68
Ayo kita putus!
69
Cerita di Lembang
70
Kemunculan Ridho
71
Ada sebab ada akibat
72
Tentang Bening
73
Tes DNA
74
Setelah tes DNA
75
Untuk hari ini
76
Sisi vs Sarah
77
Pengakuan Fajar
78
Part 78
79
Panca -Dara
80
Tanyakan pada hatimu
81
Demi Dia
82
Sidang skripsi dadakan
83
Tetap dalam rasa
84
Kepo nya Rosa.
85
Kehidupan baru Embun
86
Kediaman keluarga Suryanegara
87
Jadi simalakama
88
Lamaran Panca
89
Cinta itu butuh alasan.
90
Part 90
91
Penangkapan
92
Secret of Ayla
93
Selamat dari maut
94
Memori Penuh Kerinduan
95
Valid, Dia orangnya
96
Fajar untuk Embun
97
Masih di rumah sakit
98
Kemarahan Angkasa
99
Di labrak Kinara
100
Tolong tinggalkan anak saya
101
Rencana Kinara
102
Momen yang mendebarkan
103
Ultimatum Dari Fajar
104
Akad
105
Terimakasih sudah jadi istriku
106
Risalah hati
107
Di rumah mertua
108
Aku hanya mencintaimu, Dara
109
Menantu Bramantyo
110
Mengalah
111
Bulan madu di rumah pohon
112
Saling memaafkan
113
Adakah kesempatan kedua?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!