Jangan kasih Harapan

Pukul 14.00

"Kak Fajar!" sapa gadis manis berlesung pipi.

"Kak Fajar suka sama Embun, Ya?" goda gadis itu.

"Menurut kamu?"

"Yah, gagal dong jadi mantunya papa." kata gadis itu dengan ekspresi menggemaskan. Lalu ekspresi berubah jadi ceria.

"Heleh! kamu bukannya lagi di dekati sama Vano. Aku nggak mau saingan sama adik sendiri." kata Fajar.

Vano adalah adik sepupu Fajar. Anak kedua dari Tante Ayu.

"Yaelah, di masukin ke hati. Siapa juga yang mau sama manusia kulkas seperti kakak. Sama kayak Embun rada kulkas juga. kalian cocok." gadis itu mengacungkan jempol.

"Adek Kinara, bantu kakakmu ini. Nanti kakak bantu kamu sama Vano."

"Yang lain deh jangan Vano." sungut Kinara.

Kinara adalah anak teman Papanya Fajar. Mereka sudah saling kenal sejak kecil. Marcelino yang merupakan pengusaha teh sama dengan keluarga Fajar. Memang Kinara sangat di sayang sama keluarga Fajar, setara dengan Mentari, anak perempuan di keluarga Fajar.

"Ya deh, nanti aku bantu. Tapi kakak juga harus banyak bantu aku kalau ada tugas dari kampus. Kan kakak mahasiswa sini."

"Nggak janji, ya" Fajar melengos pergi meninggalkan Kinara.

"Eh, kakak mau kemana?"

"Bimbingan skripsi." kata Fajar dari jauh.

Selesai mata kuliah Embun pun pergi ke kantin kampus. Dengan alasan menumpang cuci piring. Tentu saja yang dia bersihkan tempat makan dua tingkat milik Fajar. Tidak enak mengembalikan barang dalam keadaan kotor.

Setelah cuci piring embun pun meninggalkan kantin. Berjalan menuju area gedung belajar. Dia masih buta akses sekitar kampus. Pada akhirnya dia bertanya pada salah satu mahasiswi.

“Kak maaf mau tanya ruangan pak Fajar di mana, ya?” Tanya Embun.

“Owh, Fajar asdos. Kayaknya dia sering di aula kampus. Kan dia juga lagi bimbingan skripsi.” Jelas mahasiswa yang bernama Arif.

“Aula ya? Terimakasih, kak.” Embun pun berjalan menuju aula kampus. Suasana kampus terlihat sepi, masih ada sebagian mahasiswa beraktivitas. Kebanyakan sudah memasuki kuliah sore. Embun mendapati papan nama bertuliskan aula serbaguna. Kepalanya menyembul untuk melihat apa ada kehidupan disana.

“Ramai juga di sini. Baru tahu gedung seperti ini boleh di jadikan tempat nongkrong mahasiswa.” Kata Embun dalam hati.

Langkah kakinya mengitari sekitar aula. Matanya menangkap sebuah taman di belakang aula. Banyak tanaman yang menurutnya unik dan cantik. Dia sudah memasuki area taman, di mana banyak bunga warna-warni. Di tambah ada banyak spot selfie. 

“Kamu harus lebih giat lagi, Nak.  Kamu sudah masuk semester sembilan artinya sudah terlalu tua disini.”  Suara lelaki dewasa terdengar paruh baya.

“Terimakasih atas semangatnya,Pak.”  Fajar dan dosennya berbalik arah. Sesuai tujuan masing-masing.

Fajar melihat embun sedang memandang ke arah taman belakang aula. Perlahan langkah mendekati gadis itu. Kapan lagi bisa bicara sedekat ini.

“Cantik ya, tapi aku merasa lebih indah bidadari di sampingku.”  Embun tersentak mendengar ada bicara kepadanya.

Kini keduanya saling bertatapan. Embun merasa jantungnya berdetak lebih kencang. Apalagi saat Fajar memegang kedua tangannya. Kini jarak mereka sangat dekat. Pesona lelaki itu sangat kuat. Embun memilih membuang muka.

“Papa tidak akan mentolerir siapapun yang melangggar. Kamu dan Lintang tidak boleh mendekat pada pria manapun. Karena hanya papa yang boleh menentukan pasangan kalian.”

Embun segera melepaskan tangan Fajar dengan kasar. Segera dia ingat tujuan utamanya menemui pemuda itu.

“Ini saya mau  mengembalikan tempat makanan anda. Terimakasih atas perhatian dan maaf jangan lagi memberikan saya harapan. Karena saya tidak akan pernah membuka hati untuk anda.” Embun langsung berlari meninggalkan fajar sendirian.

“Tunggu!”Fajar berusaha mengejar Embun.  Mereka sudah berdiri di depan gerbang. Fajar berusaha menahan Embun, sayangnya Embun mengelak.

"Ada apa lagi kak? Saya tidak punya banyak waktu dengan anda." Embun menghempaskan tangan Fajar dengan kasar. Bagai angin berhembus cepat embun segera berlari meninggalkan area kampus.

Embun bersembunyi di balik dinding teras gerbang kampus.  Nafasnya terputus-putus, merebahkan punggungnya di dinding.

“kamu kenapa, Embun?”

“Papa!”

...*****...

Embun baru saja duduk di kursi mobil. Meletakkan barang bawaan kuliahnya di sebelahnya. Seperti biasa ada Lintang yang dengan segala celotehan, menceritakan permasalahan di sekolah nya. Saat ini Lintang sudah kelas tiga. Adiknya lebih tertarik dengan dunia fashion ketimbang kuliah di universitas akademik.

Akan tetapi Lintang pasti sudah diatur papanya untuk tempat kuliah. Sama seperti dirinya yang mau ambil jurusan psikologi tapi diminta kuliah jurusan manajemen.  Katanya biar ada yang bantu atau gantikan perkejaannya. Papanya sekarang menjabat sebagai general manajer di perusahaan property. Papa punya cita-cita mau buka usaha property setelah pensiun. Dia bahkan bilang mau cari menantu yang bisa jadi asistennya untuk menggantikan di usahanya nanti. Tapi bagi Embun obsesi papanya berlebihan. Masa usaha sendiri suruh menantu yang pegang. Kenapa bukan dia dan Lintang saja? Kalaupun bukan anak tehnik sipil paling tidak dia paham manajemennya.

“Lintang mana, Pa? Belum di jemput ya? Bukannya sekolah Lintang searah sama kantor papa?” tanya Embun.

“Lintang pergi tugas belajar di tempat Rina. Tadi papa yang antar ke rumah Rina. Kamu di depan, Bun. Papa pengen ngobrol tidak enak kalau ngobrol sementara kamu di belakang.”

Embun pun akhirnya pindah ke depan. Sudah duduk manis di samping papanya. Trias menghidupkan mobilnya meninggalkan area kampus. Embun hanya memandang kearah parkiran motor. Memperhatikan sosok yang berjalan kearah parkiran. Ada Kinar teman baiknya berjalan bersama dengan Fajar.

Kinara munafik! Dia yang kemarin mendukung aku membuka hatinya pada kak Fajar. Ternyata dia juga suka sama kak Fajar.

Aduh kenapa juga aku pikirin soal mereka. Lagian juga kak Fajar bukan siapa-siapa aku.

Mobil yang di kendarai Trias dan Embun sudah jauh meninggalkan kampus. Mencoba menghempas pikiran soal Kinara dan Fajar. Toh itu bukan urusan dia. Pandangannya menoleh kearah papa Trias. Lelaki itu masih bungkam padahal tadi bilang ada yang mau di bahas.

“Tadi katanya ada yang mau di bahas? Ada apa, Pa?”

Trias menghentikan laju mobilnya. Mereka berhenti di daerah yang sepi penduduk. Embun masih menunggu. Kalau sampai sejauh ini perjalanannya Embun yakin ada yang sangat penting untuk di bahas.

“Perusahaan tempat papa bekerja sedang ada masalah. Mereka berseteru dengan salah satu pabrik teh di Lembang. Kalau seandainya papa salah satu orang yang mereka PHK kita pindah ke Salatiga, kota kelahiran papa. Seperti janji papa mau buka usaha property mandiri.”

“Aku tidak ikut ya, Pa.  Sudah terlanjur nyaman kuliah di sini. Papa tidak lupa kan? Aku dan Lintang sudah beberapa kali pindah sekolah, Karena dinas papa yang terus berpindah-pindah. Kami  capek, Pa. Biarkan aku dan lintang menyelesaikan sekolah disini saja. Jakarta juga tempat kelahiran aku dan Lintang, Pa."

“Papa tidak mau tahu, selesai Lintang ujian akhir kita pindah! Papa akan ajukan pensiun lebih cepat. Kalau kamu dan Lintang disini siapa yang menjaga kalian? Nanti kalian malah dekat dekat sama laki-laki sembarangan.”

“Bisakah Papa percaya pada kami. Okelah kalau soal Lintang. Tapi aku sudah besar, Pa.  Aku juga ingin sama seperti anak yang lain. Punya teman bisa jalan-jalan.  Lintang saja Papa masih percaya untuk ke rumah temannya.  Sementara aku mau keluar rumah saja harus di kawal.”

“Siapa bilang? Lintang juga papa utuskan orang mengawalnya.  Jadi kalau memang dia belajar pasti akan ada laporannya.” kata Trias sambil menyunggingkan senyuman.

Embun mendengus kesal.  Dia capek di kuntit orang orang papanya. 

Ting!

"Kakak tolong bilang sama papa suruh anak buahnya pulang saja. Mereka malah bikin rusuh rumah temanku. Keluarga Rina risih sama anak buah papa." pesan singkat dari Lintang.

"Papa lihat kan apa yang di lakukan anak buah papa. Mereka malah buat keluarga Rina resah. Aku mohon sama papa suruh mereka pulang." Embun memperlihatkan pesan yang di kirim sama Lintang.

"Oke, mereka papa suruh pulang. Tapi Lintang tidak usah dekat lagi sama Rina." kata Trias tegas.

"Capek aku ngomong sama papa." Embun masuk ke mobil duduk di kursi belakang.

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

maaf baru sempat mampir lagi di kaya keren ini 👍🤗❤️

2024-08-13

0

Kak Dsh 14

Kak Dsh 14

papanya protektif bgt🥲

2024-07-07

0

piyo lika pelicia

piyo lika pelicia

Hem semangat kak ☺️

2024-06-15

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Pertama
2 Tentang keluarga Embun
3 Jangan kasih Harapan
4 Dia lagi ... dia lagi
5 Si centil Andara
6 Cerita dua sahabat
7 Bukan pelarian
8 Harus di uji
9 Den Aak
10 Pantang Menyerah
11 Bekal penuh cinta
12 Ancaman dua papa
13 Di rumah Fajar
14 Harus bagaimana lagi?
15 Menjelang pertunangan
16 Hasutan
17 Video Call Penuh Rindu
18 Kinara yang sebenarnya
19 Bulan di kekang Malam
20 Keluarga Bramantyo
21 Keputusan Embun
22 Masih Berjuang
23 Bertemu Oma Dewi
24 Di rumah Oma Dewi
25 Titik terang
26 Permintaan maaf Andara
27 Mau di bawa kemana?
28 Brian Suryanegara
29 Di kantor polisi
30 Papa bebas
31 Gadis idaman Angkasa
32 Seminggu tanpa kabar
33 Ancaman Darren
34 Jika Fajar tanpa Embun
35 Hutan kenangan
36 Bukit bintang ala Lembang
37 Cara Angkasa
38 Tinjauan kasus
39 Nyonya Darren
40 Itu Aku Bukan Dia
41 Cerita Panca
42 Karma untuk Kinara
43 Sebuah kekecewaan dari seorang ayah
44 Masih ada Rahasia diantara kita
45 Rencana Trias
46 Terimalah cintaku, Bening.
47 Progres pengobatan Fajar
48 cerita di rumah sakit
49 Sayembara jodoh dari Oma
50 Lamaran Kasa
51 Yang di takutkan angkasa
52 Senandung hujan
53 Sepanjang jalan kenangan
54 Terkuak
55 Cerita Reva
56 cerita Reva 2
57 Menjelang lamaran
58 Menjelang lamaran 2
59 Acara lamaran
60 Acara lamaran 2
61 Setelah acara lamaran
62 Apa kamu mencintainya?
63 Trauma mama Dira
64 Tentang Arya
65 obrolan ibu dan anak
66 Panic attack disorder
67 Part 67
68 Ayo kita putus!
69 Cerita di Lembang
70 Kemunculan Ridho
71 Ada sebab ada akibat
72 Tentang Bening
73 Tes DNA
74 Setelah tes DNA
75 Untuk hari ini
76 Sisi vs Sarah
77 Pengakuan Fajar
78 Part 78
79 Panca -Dara
80 Tanyakan pada hatimu
81 Demi Dia
82 Sidang skripsi dadakan
83 Tetap dalam rasa
84 Kepo nya Rosa.
85 Kehidupan baru Embun
86 Kediaman keluarga Suryanegara
87 Jadi simalakama
88 Lamaran Panca
89 Cinta itu butuh alasan.
90 Part 90
91 Penangkapan
92 Secret of Ayla
93 Selamat dari maut
94 Memori Penuh Kerinduan
95 Valid, Dia orangnya
96 Fajar untuk Embun
97 Masih di rumah sakit
98 Kemarahan Angkasa
99 Di labrak Kinara
100 Tolong tinggalkan anak saya
101 Rencana Kinara
102 Momen yang mendebarkan
103 Ultimatum Dari Fajar
104 Akad
105 Terimakasih sudah jadi istriku
106 Risalah hati
107 Di rumah mertua
108 Aku hanya mencintaimu, Dara
109 Menantu Bramantyo
110 Mengalah
111 Bulan madu di rumah pohon
112 Saling memaafkan
113 Adakah kesempatan kedua?
114 final part : Still love you
115 Radar cinta Andara
116 karya Baru
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Pertemuan Pertama
2
Tentang keluarga Embun
3
Jangan kasih Harapan
4
Dia lagi ... dia lagi
5
Si centil Andara
6
Cerita dua sahabat
7
Bukan pelarian
8
Harus di uji
9
Den Aak
10
Pantang Menyerah
11
Bekal penuh cinta
12
Ancaman dua papa
13
Di rumah Fajar
14
Harus bagaimana lagi?
15
Menjelang pertunangan
16
Hasutan
17
Video Call Penuh Rindu
18
Kinara yang sebenarnya
19
Bulan di kekang Malam
20
Keluarga Bramantyo
21
Keputusan Embun
22
Masih Berjuang
23
Bertemu Oma Dewi
24
Di rumah Oma Dewi
25
Titik terang
26
Permintaan maaf Andara
27
Mau di bawa kemana?
28
Brian Suryanegara
29
Di kantor polisi
30
Papa bebas
31
Gadis idaman Angkasa
32
Seminggu tanpa kabar
33
Ancaman Darren
34
Jika Fajar tanpa Embun
35
Hutan kenangan
36
Bukit bintang ala Lembang
37
Cara Angkasa
38
Tinjauan kasus
39
Nyonya Darren
40
Itu Aku Bukan Dia
41
Cerita Panca
42
Karma untuk Kinara
43
Sebuah kekecewaan dari seorang ayah
44
Masih ada Rahasia diantara kita
45
Rencana Trias
46
Terimalah cintaku, Bening.
47
Progres pengobatan Fajar
48
cerita di rumah sakit
49
Sayembara jodoh dari Oma
50
Lamaran Kasa
51
Yang di takutkan angkasa
52
Senandung hujan
53
Sepanjang jalan kenangan
54
Terkuak
55
Cerita Reva
56
cerita Reva 2
57
Menjelang lamaran
58
Menjelang lamaran 2
59
Acara lamaran
60
Acara lamaran 2
61
Setelah acara lamaran
62
Apa kamu mencintainya?
63
Trauma mama Dira
64
Tentang Arya
65
obrolan ibu dan anak
66
Panic attack disorder
67
Part 67
68
Ayo kita putus!
69
Cerita di Lembang
70
Kemunculan Ridho
71
Ada sebab ada akibat
72
Tentang Bening
73
Tes DNA
74
Setelah tes DNA
75
Untuk hari ini
76
Sisi vs Sarah
77
Pengakuan Fajar
78
Part 78
79
Panca -Dara
80
Tanyakan pada hatimu
81
Demi Dia
82
Sidang skripsi dadakan
83
Tetap dalam rasa
84
Kepo nya Rosa.
85
Kehidupan baru Embun
86
Kediaman keluarga Suryanegara
87
Jadi simalakama
88
Lamaran Panca
89
Cinta itu butuh alasan.
90
Part 90
91
Penangkapan
92
Secret of Ayla
93
Selamat dari maut
94
Memori Penuh Kerinduan
95
Valid, Dia orangnya
96
Fajar untuk Embun
97
Masih di rumah sakit
98
Kemarahan Angkasa
99
Di labrak Kinara
100
Tolong tinggalkan anak saya
101
Rencana Kinara
102
Momen yang mendebarkan
103
Ultimatum Dari Fajar
104
Akad
105
Terimakasih sudah jadi istriku
106
Risalah hati
107
Di rumah mertua
108
Aku hanya mencintaimu, Dara
109
Menantu Bramantyo
110
Mengalah
111
Bulan madu di rumah pohon
112
Saling memaafkan
113
Adakah kesempatan kedua?
114
final part : Still love you
115
Radar cinta Andara
116
karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!