Part 5

This is just fiction

•••••••••••••••••••••••••

    Derap Navian tegas mendekati posisi istrinya yang tengah berada di samping sang putra yang baru berusia satu bulan, tetapi sebelum hal itu, Navian terlebih dulu menghubungi sekretaris pribadinya untuk mengurus suatu hal terlebih dulu.

    Jiwanya yang membara tak ingin dia tumpahkan semuanya pada sang istri, dia takut kala kemarahannya menumpat, hal itu akan mengundang sebuah tindakan yang akan membuatnya menyesal di kemudian hari.

    Di batas undakan yang membawanya ke tepian lantai dua rumahnya, Navian melakukan panggilan telepon dengan sekretaris pribadinya itu, sekretarisnya adalah seorang pria, seorang pria yang berumur di bawahnya, dia telah bekerja bertahun-tahun sebagai sekretaris Navian.

    "Cepat blokir semua kartu yang digunakan oleh istri saya, secepatnya," titah Navian membuat sang sekretaris kebingungan.

    Tak biasanya Navian melakukan hal demikian, se-marah apapun atasannya itu, tak pernah sekalipun Navian menghentikan keuangannya untuk sang istri.

    "Baik Pak Navian, akan segera saya hubungi pihak bank," ucap pria itu nampak limpung dengan permintaan Navian kali ini.

    "Bagus," sahut Navian yang segera menghentikan panggilan teleponnya.

    Beberapa menit Navian terhenti di sana, pria itu masih menunggu notifikasi dari sekretarisnya atas perintah yang diberikannya. Navian adalah sosok pebisnis yang keras dan berjiwa gigih, tetapi kelemahannya adalah kesabaran, ya! Navian bukanlah orang yang bisa bersabar dalam jangka waktu yang lama.

    Mengenai sang istri, Vianna. Mengapa dia begitu sabar dengan tingkah Vianna yang kekanak-kanakan, kasar dan terkadang membuat jiwanya tersakiti, itu hanya perputaran hati yang selalu mendorongnya untuk selalu memaafkan dan menerima semua perlakuan Vianna.

    Walau buruk atau menikam harga dirinya berulang kali, Navian selalu menerimanya dengan dalih rasa cinta yang terajut di dalam batinnya. Saban perlakuan buruk Vianna padanya, Navian akan menganggap hal itu adalah sebuah hal wajar, mungkin dirinya melakukan kesalahan sehingga Vianna melabuhkan amarahnya pada Navian.

    Navian terhenti di ambang pintu yang sedikit terbuka, pria itu mendengar desis dari Vianna yang tengah berbincang dengan ibunya, Viara. Sudah lama sekali Navian ingin mengetahui perbincangan antara ibu dan anak itu.

    "Iya mam, kenapa lagi sih? Aku lagi chatingan sama managerku," ucap Vianna setelah dia terlihat menempelkan ponselnya ke telinga.

    "Sayang ... Kapan kita shopping lagi nih, Navian sudah memberikan uang kan? Mama mau shopping-shopping nih, tahu sendiri kan papa kamu itu pelit, katanya uang perusahaan tidak bisa dipakai untuk foya-foya, tapi untuk membiayai kuliah Tiara sialan itu bisa," gerutu Viara yang terdengar lantang di telinga Navian.

    "Tiara, Tiara, Tiara aja terus, hebatnya apa sih itu babu sialan! Tiara lagi aku suruh-suruh di sini, mama tenang aja, si Tiara itu akan menjadi budakku selamanya," jawab Vianna puas, bahkan dia terkekeh di atas sofa panjang yang dia duduki.

    "Bagus, Tiara sialan itu emang harus diberi pelajaran, papa kamu itu bener-bener pilih kasih, kalau soal Tiara pasti diutamakan."

    "Udahlah mam, tidak usah dipedulikan, selama si Tiara sialan itu bisa dimanfaatkan, kenapa enggak, besok kita shopping mam," seru Vianna masih angkuh dengan tindakan buruknya.

    "Makasih sayang, love you ...."

    Navian yang sedari tadi menyaksikan perbincangan kejam dari istri dan mertuanya lekas mengerang, rahangnya mengeras, dia cengkeram botol susu yang ada dalam genggamannya, Lantas dia memeriksa ponsel untuk memastikan jika perintahnya telah dilaksanakan oleh sekretaris pribadinya itu.

    Rabzy S.P :

    Semuanya sudah selesai Pak presdir, pihak bank telah memblokir semua kartu yang dipegang oleh Nyonya Vianna.

    Tulis pesan yang dikirim oleh sekretaris pribadi kepercayaannya, Rabzy. Sosok pria muda yang gigih dan selalu mematuhi apapun yang diperintah oleh Navian, dan pria itu tidak pernah sekalipun menerima perintah dari siapapun, hanya Navian yang bisa menggerakkan Rabzy untuk bekerja.

    Kerja bagus Rabzy. Aku ingin mendidik istriku untuk menjadi lebih baik lagi, dan Ibu Viara harus tahu jika aku tidak selemah itu yang akan selalu menuruti kemauan putrinya.

    Jika Vianna marah dan memilih untuk pergi ya silakan saja, mulai sekarang aku harus tegas.

    Batin Navian bertekad, ia berdenyut perih.

    Perbincangan batinnya dengan sang hati yang selalu rapuh kala bertemu dengan Vianna. Walau harus melawan hatinya yang selalu bersikap sesuai keinginannya, Navian mengokohkan tekadnya untuk melawan Vianna dan bersiap jika sang istri mungkin saja akan memilih untuk pergi.

    Begitulah perbincangan hati Navian, netranya masih menyaksikan betapa sang istri berbahagia tengah mencibir adiknya sendiri.

    "Tiara ... Kamu ini bodoh dan lambat! Cepat! Anak ini sangat berisik! Sebelum aku cekik dia, Tiara ...!" teriak Vianna lagi kasar sembari dia kembali bersandar pada sofa panjang yang ada di dalam kamarnya.

    Cepat-cepat Navian menjawab ucapan kasar istrinya. "Tiara sudah aku suruh pulang," ketus Navian mendekati box bayinya, putra pertama yang Navian beri nama dengan Ansel Bastian Devandra.

    Ansel Bastian Devandra, cucu pertama keluarga Devandra berartikan bangsawan yang mulia, Navian berharap jika putranya akan selalu menjadi manusia yang mulia dengan kemurahan hati dan kebaikannya.

    Degh!

    Jantung Vianna terhantam benda tajam, tubuhnya mengerjap dengan bola mata yang melebar, dia tak menyangka jika sang suami sudah pulang dari pekerjaannya, pikir wanita itu mungkin saja Navian masih berada di kantor, sehingga dia memekik suaranya sampai memecah keheningan dan menggetarkan lampu gantung di atas.

    "Kenapa kamu suruh pulang, dia tidak ada kerjaan di rumah, makanya aku minta dia ke sini untuk bantu aku ngurus anak kita," kilah Vianna, netranya berdenyut menyembunyikan kebusukan yang telah di ketahui oleh Navian.

    Navian bergeming sejenak, lalu dia menggendong bayi laki-lakinya yang sedari tadi menangis sampai wajahnya merah dan sesegukan, air mata bayi laki-lakinya pun hampir habis, suara parau sang bayi berkulai.

    Suara tangisan sang bayi benar-benar memilukan, dia tidurkan bayinya di salah satu tangan kekarnya, kemudian dia berikan susu putih yang sudah dia pastikan suhu susu itu dalam keadaan hangat.

    Seketika sang bayi terdiam dan meminum susu yang ada di dalam botol itu, wajahnya tersenyum, terlebih di area matanya yang berbinar-binar, seolah dia mengatakan kata terima kasih, karena dia sudah kehausan.

    "Anak ganteng haus ya Nak, maaf ya Nak, Papa baru pulang, cup cup sayang ... Minum yang banyak terus tidur ya sayang ...," ucap Navian mengabaikan Vianna, Navian menyeringai memasati paras tampan putranya sembari dia membelai rambut tipis sang putra.

    Vianna terdiam, wanita itu tidak berani untuk menegur sang suami, dia memicingkan matanya, lalu melipat kedua tangannya di depan, ponselnya yang terus bergetar dia abaikan begitu saja.

    Navian menimang-nimang sang putra sampai bayinya tertidur dan melepaskan botol yang telah kosong dari mulutnya, lalu dia kembali menidurkan bayinya ke dalam box bayinya lagi.

    Saat hening telah membawa Ansel masuk ke dalam alam bawah sadarnya, Vianna mendekat dengan langkahnya yang menghentak membuat Navian mengeras, matanya menajam hanya pada sang istri.

    "Kamu apa-apaan sih, menurut kamu bagus begitu mengabaikan aku, jadi sekarang kamu lebih peduli dengan bayi itu dibanding aku," cecar Vianna tidak memedulikan bayi yang dia lahirkan akan terbangun lagi mendengar suara kerasnya.

    "Ssstt! Kamu ini memang sudah gila." Navian beranjak dari dalam kamar melipir keluar dari kamarnya, dengan harap jika Vianna akan mengikutinya.

    Sesuai harapan Navian, dengan dekapan amarahnya Vianna mengejar Navian keluar dari kamarnya, pria bertubuh tinggi itu terus berayun ke ujung koridor rumahnya untuk menjauhi area kamar pribadinya.

    Dia tak ingin membangunkan putranya yang baru saja tertidur, maka dari itu Navian membawa Vianna ke ujung koridor lantai dua rumahnya, tepat di depan ruangan gym pribadinya.

    Punggungnya bergetar menahan amarah yang selama ini berkumpul di dalam benaknya, Vianna menarik lengan sang suami sehingga Navian berputar dan menghadap pada Vianna.

    "Jawab dulu!" pekik Vianna dahinya mengkerut. "Maksud kamu apa nyuruh Tiara pulang, dia adik aku, dan kamu tidak berhak memerintahnya tanpa izin dariku," keras Vianna, wajahnya memerah padam.

    "Tiara punya kerjaan, dia adik kamu! Bukan babu, atau asisten rumah tanggamu Vianna ... Dia seorang guru, dia harus mengajar di pagi hari, sadar Vianna ... Jangan membebani Tiara dengan kewajiban yang harus kamu lakukan," bentak Navian yang tidak lagi merasa kasihan dengan Vianna.

    Durja Vianna melembut, sorotnya melemah mendengar semua perkataan suaminya, dia melakukan hal itu karena berharap suaminya akan memberikannya pengasihan atau membujuknya agar tidak marah seperti yang dilakukan Navian seperti biasa.

    Namun, kali ini berbeda, Navian tidak lagi memberikan pengampunan dari kesalahan Vianna.Wajah Navian semakin mengerang, amarahnya sudah tak mampu diredam lagi, seluruh energi dingin di dalam rumah itu rasanya terserap habis oleh jiwa Navian yang meregang.

   "Tiara cuman guru TK, tidak ada yang istimewa, toh dia mau melakukannya," ujar Vianna dengan enteng.

    "Kamu dan ibu kamu memang gila! Guru TK atau apapun pekerjaan Tiara, tetaplah pekerjaan itu mulia dan dia melakukan kewajibannya dengan benar, sedangkan kamu hanya asyik bermain ponsel dan mengurus diri kamu tanpa memedulikan anak kamu kehausan atau kelaparan, bahkan mungkin putra kita mati sekalipun kamu tidak peduli!" Nada suara Navian menghumbalang.

    Vianna mengerjap mendengar pekikan sang suami, ini kali pertama Vianna mendengar nada suara Navian setinggi ini, tak pernah dia bayangkan jika laki-laki yang selalu dia rendahkan karena rasa cinta untuknya lebih besar bisa membentaknya sampai wajahnya mengeras seperti itu.

    Hal itu membuat Vianna marah, tidak! Tidak hanya marah, jiwa Vianna yang angkuh seperti dicabik-cabik serigala buas kelaparan. Kedua tangan yang menggantung di bawah gegas mengepal, buku-buku tangannya memerah.

    "Diam ...!" Vianna berteriak sampai dinging-dinding di sana mengerjap terkesiap, kaca-kaca yang membisu ikut bergetar, wanita itu berteriak sambil dia mencengkeram rambutnya.

    Navian mencengkeram kedua pundak, sorotnya memerah, tatapannya getir dengan sekujur tubuhnya yang bergetar. "Stop!"

    Vianna menepis tangan Navian darinya dengan kasar. "Kamu yang diam Navian!" bentak Vianna membalas sang suami dengan kasar. "Aku muak dengan kamu yang selalu memerintahku menjadi istri yang baik dan ibu yang baik, ngurus ini dan itu, ingat Navian! Aku ini istri kamu bukan babu yang harus melakukan banyak hal!"

    "Kamu hanya perlu mengurus putra kita! Apa salahnya, ini kewajiban kamu sebagai ibu," balas Navian keras.

    "Stop! Aku muak! Aku mau cerai! Cerai! Cerai!" ucap Vianna mengulang kata cerai beberapa kali.

...See you next part....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Pengumuman—Terima kasih
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Pengumuman—Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!