Part 2

This is just fiction.

••••••••••••••••••••••••••

    Vianna tidak gentar, paras cantik wanita itu mengeras, matanya memerah, bibir tipis itu pun bergetar, dia cengkeram selimut yang sedang melindunginya dari hunjaman dinginnya pendingin ruangan yang ada di ruangan itu.

    "Salah! Karena aku harus melahirkan anak dan menghancurkan tubuhku yang indah, aku menikah denganmu karena cinta, tetapi bukan berarti aku ingin melahirkan anakmu," sungut Vianna geram.

    "Jika klienmu itu tidak menginginkanmu lagi ya sudah, lepaskan saja dan kamu bisa fokus mengurus anak dan keluargamu," sahut Navian berdiri tak jauh dari keberadaan sang istri.

    "Jaga mulutmu ya! Kamu tidak berhak mengatur hidupku, jangan lancang kamu menyuruhku untuk meninggalkan pekerjaanku!" berang Vianna, hidungnya mengerut dengan tatapan tajam yang menghunus.

    "Aku suamimu!" Navian terpancing emosinya, nada suaranya memuncak menggetarkan dinding rumah sakit yang membisu.

    Getaran di kaca membuat semua yang menunggu di luar menyadari jika ada pertengkaran yang terjadi di dalam ruangan itu, Viara bersama sang istri gegas masuk ke dalam ruangan di mana putrinya dirawat.

    Begitupun dengan Meriza dengan sang suami mengekor di belakang besannya, deru jantung keduanya berdebaran, ada ketakutan yang tak diinginkan dalam diri Meriza. Dia genggam dadanya.

    "Ada apa? Jangan bertengkar di rumah sakit, malu sama pasien lain dan suster, dokter di sini," tegur Viara, wanita berpenampilan modis itu bergerak ke samping Vianna, dia mengelus punggung sang putri dengan lembut.

    Navian di depan menyugar wajahnya dengan kasar, lantas dia menghela napasnya panjang nan berat, embusannya terdengar sangat kasar, dia mendelik, kedua tangannya menggantung di pinggang.

    Meriza dan Marwan melekatkan langkahnya dengan sang putra yang ketara tak senang, wajah merahnya menandakan kemarahan tengah mendekap pria berahang tegas itu, Meriza berusaha mendekatkan dirinya dengan menggenggam tangan putranya.

    "Tenang Nak, jangan emosi. Kenapa? Istrimu baru saja melahirkan putramu, salah besar kamu memarahi istrimu," bujuk Meriza.

    Walau dia tidak tahu pokok permasalahan yang tengah merundung putranya, tetapi wanita itu ingin mendidik putranya agar tetap berlaku baik dan meredam emosinya dalam menghadapi sang istri.

"Mama ...," rengek Vianna menoleh pada sang ibu dan melabuhkan dirinya dalam pelukan Viara. "Navian menghancurkan masa depanku." Vianna menangis di dalam pelukan sang ibu.

    Mendengar penuturan sang istri Navian semakin berang, embusan napasnya kembali kasar terburai keluar. "Ya! Salahkan saja saya, kalian yang menginginkan cucu dan saya yang salah! Terserah! Saya capek!" Navian beranjak dari sana berlari keluar dari ruangan itu dan membanting pintu ruangan itu dengan kasar, kaca yang menempel di pintu itu bergetar begar.

    "Navian ... Nak, kamu mau ke mana?" panggil Meriza berayun untuk menyusul putranya.

    "Sudah biarkan saja dulu, Navian tidak bisa dibujuk, kalau dia marah terus dibujuk jadinya malah makin marah dia," tahan Marwan.

    Tatapan Meriza meleleh, dia menoleh ke arah Vianna yang masih terisak dalam pelukan ibunya, lantas dia mengangguk. Meriza tentu tahu pokok permasalahan antara putra semata wayangnya dengan sang istri.

    Itu adalah anak, Vianna memang sudah sering bermanuver jika dia tidak ingin melahirkan karena takut tubuhnya yang indah akan menurun. Vianna adalah seorang top model yang tengah naik daun, pernikahannya dengan Navian sangat diagung-agungkan oleh semua pihak.

    Hanya saja manager wanita itu mewanti-wanti untuk tidak melahirkan terlebih dulu, setidaknya sampai Vianna siap untuk pensiun dari dunia modeling, dengan pemikiran itu Vianna meracuni pikirannya sendiri untuk menentang tentang kelahiran seorang putra.

    "Jika tidak menginginkannya kenapa dia selalu meminta untuk berhubungan, dia yang selalu meminta jatah berhubungan intim, bahkan saat aku dalam keadaan lelah pun dia selalu memaksa, ahh ...," gerutu Navian di lorong putih menuju lokasi di mana putranya berada.

    Vianna melahirkan bayi laki-laki dalam keadaan sehat berparas tampan layak sang papa, Navian. Vianna melahirkan secara normal, bayi itu di bawa ke ruangan khusus untuk dimandikan dan dibersihkan.

    Navian hendak mengunjungi ruangan itu untuk melihat putranya yang baru saja lahir beberapa jam yang lalu, dia seret langkahnya dengan gerakan cepat sampai dia menyaksikan sosok gadis muda yang hanya terpaut umur dua tahun saja sedang menuliskan sesuatu di kaca ruangan para bayi.

    "Tiara?" serunya menyebutkan nama seseorang.

    Tangannya dia bawa ke dalam saku, tertidur di sana adalah kebiasaannya, sudah terlalu sering dia memerintah kedua tangannya untuk tertidur di dalam saku tanpa melakukan apapun, tetapi hal itu membuatnya nyaman, terkadang membantunya meredam emosi yang tengah membuncah.

    "Duh tampannya ponakan ateu, anak ganteng yang sehat ya ... Ateu gak bisa kunjungi kamu sering-sering ya, nanti oma marah, nanti ateu ke sini lagi," urai Tiara, matanya mengembun, dia memerah membendung air mata yang bertumpukan di kelopak matanya.

    Punggung tangannya dia seret di antara pipinya, menyeka tetesan bening yang hangat yang mulai mengunjungi pipi tirusnya, dia tempelkan kedua tangannya di depan kaca di mana bayi tampan milik Vianna dan Navian tertidur di sana.

    Sebenarnya bayi itu tidak tertidur, matanya terbuka sedikit, bibirnya tersenyum tipis, membayangi Tiara yang merekamnya dan menyimpan sang bayi dalam bola mata pipihnya.

    "Anak pinter ... Ateu pergi ya, mungkin kalau kamu udah pulang, ateu gak bisa lihat kamu lagi, oma kamu sangat membenci ateu, tapi ateu yakin kalau sama anak ganteng pasti sayang banget deh, percaya sama ateu," papar Tiara sendu, suara paraunya menjaring tetesan bening Tiara untuk berhamburan.

    Dari kejauhan Navian menyaksikan perbincangan pilu Tiara dengan putranya, tetapi dia sengaja tidak medekati Tiara, karena dia tahu, jika gadis itu akan segera berlari dan menghindarinya.

    Tiara kerap kali berlari kala Navian berada di dekatnya, entah saat sekarang di mana mereka sudah terjalin ikatan ipar, atau kala beberapa tahun yang lalu saat status mereka hanya sebagai orang lain.

    Denting jarum jam tiba-tiba saja berdering memisahkan pertemuan Navian dan Tiara, lagi dan lagi, denting itu menunjukan pukul 23.00 wib, dan benar saja Tiara segera berlari. Gadis berambut panjang lurus hitam legam itu mengayuh kakinya hingga tembus ke lorong di ujung sana.

    "Ada apa dengan adiknya Vianna, kenapa kayaknya dia selalu menghindari siapapun, bahkan saat ada acara keluarga pun dia selalu tidak ada, aneh," ujar Navian menyadari suatu hal setelah beberapa kejadian terjadi.

    Navian berayun, berjalan sampai dia menepi di depan kaca yang semulanya ditempati oleh Tiara, netranya terus menangkap angin di depan, memasati lorong putih di ujung sana, lorong yang telah menelan Tiara hingga lenyap.

    "Jika dia ingin melihat keponakannya kenapa harus sembunyi-sembunyi seperti itu." Navian heran dengan tingkah adik iparnya itu.

    Berulang kali dia menyaksikan Tiara yang selalu bersembunyi dari siapapun tentang apapun yang dia lakukan, dan ini adalah kesekian kalinya Navian menyaksikan Tiara menangis sambil berbicara dengan bayinya.

    "Ada yang aneh dengan keluarga istriku, tapi apa? Tanya Vianna pun dia selalu menghindar dan aku tidak pernah mendapatkan jawaban apapun," ujar Navian lagi sembari dia melepaskan kancing lengan kemejanya dari lubangnya, lalu dia melingkisnya.

    "Navian ...," panggil seseorang dari arah yang berlawanan dengan sorotnya yang kini masih terhipnotis oleh lorong itu.

    Mertua dan kedua orangtuanya datang menghampiri, bisikan angin mendorong Navian untuk menoleh, memutar tubuhnya sampai dia mendapati ke-empat orangtuanya tengah mendekat padanya.

    "Kamu lagi lihat apa Nak?" tanya Meriza sesaat dia tiba di depan Navian.

    "Euum ...," gumam Navian menolehkan kembali kepalanya ke arah yang tadi, dia terdiam beberapa saat.

    Tiara ... Dia baik-baik aja kan?

    Batin Navian mengkhawatirkan adik iparnya itu.

    Navian kembali menoleh.

    "Tidak ada, aku hanya ingin melihat bayiku," kilah Navian.

    Entah mengapa hatinya mengatakan Tiara dalam masalah jika dia mengatakan jika gadis itu mengunjungi bayinya tadi, untuk itu dia terdiam dan tidak mengatakan apapun, pria bertubuh kekar itu sengaja menutupi semua hal yang dia lihat tadi.

    "Maafkan Vianna ya sayang, dia masih terlalu kecil untuk melahirkan seorang putra, jadi emosinya sangat tidak terkendali, tetapi sepertinya Vianna membutuhkan baby sitter dan asisten pribadi untuknya selama masa pemulihan pasca melahirkan," urai Viara yang membuat Navian semakin berang.

    Hah?! Wanita berumur 25 tahun? Masih kecil untuk melahirkan seorang anak, kocak.

    Sepertinya Vianna mendapatkan hasutan dari ibunya ini, sialan!

    Aku harus menyelamatkan rumah tanggaku tanpa campur tangan siapapun termasuk orangtua kita.

    Batin Navian geram.

    "Jika Vianna belum siap melahirkan putra, kenapa dia bersedia untuk menikah denganku?" tanya Navian menekan ibu mertuanya itu.

...See you next part....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

mampir kk

2024-03-13

0

marrydiana

marrydiana

yaampun kalau ada didunia nyata wanita kayak vianna ini bener-bener deh😡

2024-01-24

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Pengumuman—Terima kasih
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Pengumuman—Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!