Part 3

This is just fiction.

••••••••••••••••••••••••••

    Viara mengeras, dia tak terima jika menantunya itu berani menentang argumennya, hidungnya mengkerut, dadanya berguruh, hanya saja dia tidak berani untuk menghakimi atau memaki Navian di hadapan semua orang.

    Tentu saja tidak, Viara mendapatkan banyak uang dari Navian berkat putri kesayangannya itu, Navian tidak pernah membatasi kartu kredit ATM Vianna—sang istri, bahkan pria itu tidak pernah memedulikan berapa banyak uang yang sudah keluar dari rekeningnya yang digunakan oleh Vianna.

    "Ya sudah, lebih baik Mama tolong beri pengertian pada Vianna tentang situasi ini, kita melakukannya dalam keadaan suka sama suka, jadi di sini bukan hanya aku yang salah," papar Navian menautkan kedua alisnya. "Ah tidak, ini bukan kesalahan, sudah sepantasnya seorang wanita yang menikah itu melahirkan, bahkan Mama pun melahirkan bukan?" sambung Navian.

    Semua orang yang ada di sana terdiam, satu pun dari mereka tidak ada yang berani membuka mulutnya untuk menimpali perkataan Navian, Meriza, Marwan, Viara dan Ridzwan seketika membisu.

    Dari saat-saat bisunya waktu itu, Navian beringsut dari hadapan semua orang, meninggalkan atmosfer sunyi yang ada di sana, dinding-dinding rumah sakit yang meluruh mendorong Navian untuk melompat dari situasi tidak mengenakkan ini.

    Pria berambut mullet itu berayun ke arah yang tak menentu, dia tertadah menyaksikan langit yang berderai biru, warna birunya yang pekat membuat Navian silau, tatapannya terjatuh dengan penglihatan samar-samar.

    Navian menghela napasnya di hadapan jalan raya yang tak lagi ramai, seluruh kendaraan entah ditelan apa, sehingga keadaan jalanan begitu tampak sangat sunyi, pria itu terus berjalan sampai menemukan sebuah pohon besar yang berserat kasar.

    "Vianna!" pekik Navian geram, buku-buku tangannya mengeras, ia pun memerah.

    Punggungnya berputar dan bersandar pada pohon besar di belakangnya, dia merosot ke bawah dan akhirnya terjatuh terbaring lemah di bawah. Satu kakinya dia tekuk, tangannya tergolek di atas lututnya, lantas dia tekuk lagi kakinya yang lain, wajahnya terbenam di sana.

    Vianna ... Apa yang sebenarnya dia pikirkan?

    Kenapa dia semarah ini?

    Hari ini adalah hari kelahiran putra kita, tetapi dia menghancurkan hari yang seharusnya membahagiakan menjadi hari yang mengerikan.

    Keegoisannya tidak pernah berubah.

    "Sepenting itukah pekerjaannya? Sehingga dia berani membentak dan memaki suaminya sendiri hanya karena pekerjaannya," gerutu Navian berbicara pada rombongan pawana yang bersibak ke sisinya.

    Navian memancang, punggung gagahnya mengeras, dia berputar kembali menghadap pada pohon besar itu, dia berkacak pinggang dengan pernapasan yang melurut deras, rahangnya kembali menguat.

    Tangannya berayun dan menghantam pohon di depannya, seluruh kemarahannya terpecah bersamaan dengan pukulannya, pohon besar itu bereaksi, daun-daun kering yang menggantung di dahan yang lemah berjatuhan menghujani Navian yang meregang di bawah.

    "Aaargh ...." Suara pekikan Navian mengguncang para burung-burung yang tengah bertinggung di antara pepohonan.

    Dia ayunkan tangan yang sama sekali lagi menggocoh pohon besar di hadapannya dengan satu tangannya yang lain berpegangan pada sang pohon, dedaunan kembali berjatuhan ke bawah, mereka terbawa angin menerjang paras Navian yang sendu.

    "Sialan! Kenapa semuanya seolah salah gua!" hardik Navian geram, berulang kali dia meninju pohon itu hingga melukis luka di buku-buku tangannya.

    Tatapannya memerah dan mengembun, ia getir menatap setiap serat pohon besar itu yang gagah, sorot sang baskara di langit meredup terbungkam oleh awan yang ingin melindungi Navian dari panasnya sang mentari.

    Tangannya berayun ke bawah, terkelepai rengsa. Dadanya berguruh, mengabaikan luka yang menorehkan nyeri yang berdenyut di tangannya, ia tidak mengeluarkan darah, hanya saja kulit tangan dia area buku-buku tangannya tampak nyata terkelupas.

    Dari jarak lima meter dari keberadaan Navian, sosok gadis cantik berambut panjang lurus berwarna hitam legam seperti tengah menyaksikan kemarahan Navian di sana, dia meringis, wajahnya mengkerut.

    "Kak Navian kenapa ada di situ, kenapa enggak di rumah sakit, ada apa ya di rumah sakit?" ujar gadis itu sembari menggenggam tali tas kecil yang tersampir di tubuhnya.

    Gadis berparas elok itu mengayunkan kedua kakinya ke dekat Navian berada, langkah bokoh gadis itu tampak terbata-bata, dia gelagapan membaca setiap langkahnya, seolah darah yang merabas terhenti beberapa saat dan terjadi secara berulang kali.

    K-kak Navian? Aku selalu menatap punggungnya, dari sejak dulu hal itu selalu aku lakukan. Bahkan saat ini pun aku hanya mampu menatapnya dari kejauhan, sungguh aku tidak sanggup.

    Batin gadis itu mengurai perasaan yang tak pernah dia gerai, pertemuannya dengan Navian selalu berulang kali pada rasa sakit yang membuatnya lemah.

    Dia mengurungkan niatnya untuk mendekati Navian, kata-kata yang menghunus jantungnya kembali masuk dan merobek keberaniannya, gadis itu lemah, dia mengendur dan berputar membelakangi Navian.

    Jangan! Kamu jangan berani mendekati Navian, dia suami Kak Vianna, jangan Tiara ...

    Namun, langkahnya kembali terhenti ketika mendengar embusan napas Navian memberat dia kembali berputar menghadap pada Navian, bukan pada Navian, melainkan pada satu tangan pria itu yang terjuntai ke bawah.

    Tiara melihat luka yang menghiasi tangan pria itu, kulit punggung tangan Navian terkelupas di antaranya ada darah yang keluar dari sana, tetapi darah tidak mengalir. Gadis bermata pipih itu meringis, seolah dia ikut merasakan nyeri yang mencangkum tangan pria bertubuh tegap itu.

    "Kak Navian, kenapa dengan tangan Kakak?" Secara impulsif gadis itu mendekati Navian, sorotnya tidak melepaskan diri dari tangan Navian.

    Pria berparas rupawan itu menoleh dan mengangkat tangan yang sudah mengirim rasa nyeri, dia awasi tangan yang dipenuhi dengan bercak-bercak darah dan kulit yang terkelupas itu.

    "Bukan apa-apa, tidak usah khawatir, ini akan sembuh dengan cepat, tapi hati tidak akan sembuh begitu saja," jawab Navian mendelik ke arah lain, dia lemparkan tangannya ke bawah.

    "Tidak apa-apa apanya sih, itu tangan Kak Navian luka, habis ngapain sih?" tepis Tiara tak percaya dengan semua ucapan Navian.

    Tiara memikat tangan Navian yang terluka dan menariknya untuk terduduk di atas rerumputan hijau di bawah, Navian terdiam, pria itu tampak pasrah menerima perlakuan dari adik iparnya ini.

    "Kak Navian kenapa sih? Kenapa bisa terluka seperti ini, kalau Kak Vianna tahu pasti dia khawatir banget, Kak Navian hati-hati dong, Kakak sekarang sudah menjadi ayah," celoteh Tiara yang tidak pernah berani menatap Navian secara nyata, gadis itu sibuk mencuci tangan Navian dengan air mineral botol kemasan yang ada di dalam tasnya.

    "Tidak, Vianna tidak pernah mengkhawatirkanku, dia hanya mengkhawatirkan karirnya, bahkan dia tidak menginginkan putranya," jawab Navian membuat Tiara mengkerut tidak mengerti.

    Tiara tertadah sejenak, tatapannya kembali pada tangan Navian yang berusaha dia obati, gadis itu menyeka tangan Navian dengan tisu yang selalu dia bawa kemana pun dia melangkah, Navian mengernyit dan meringis menahan perih yang menerjang tangannya.

    "Mungkin Kak Vianna cuman terkejut pasca melahirkan, Kak Navian sabar aja dulu, dekati Kak Vianna secara perlahan," saran Tiara sembari dia merekatkan plester luka ke atas luka yang tergolek di atas buku-buku tangan Navian.

    Navian terdiam mendengar penuturan Tiara, lantas dia mengangguk menyetujui apa yang dikatakan oleh Tiara. Rumput kuning di depannya menari-nari bersama angin dan sorot Navian mengarah pada mereka yang terus menggodanya.

    "Mungkin saja, tapi ...," sahut Navian yang tiba-tiba saja terhenti.

    Pria dengan hidung lancip itu mendadak terbenam pada pikirannya, dia terantuk pada ingatan yang belum lama ini terjadi, saat malam Navian pulang terlambat karena kecelakaan kecil.

    Navian tersandung akar yang menjorok ke tangah jalan, dia tersandung dan akhirnya terjatuh, mengakibatkannya harus mendapatkan luka parut di area siku dan kedua kakinya, bahkan celana yang dia kenakan saat mengendarai motor itu robek.

    "Kamu dari mana aja sih, udah malam ini, ngapain aja sih di luar, kerja itu ada waktunya Navian," gerutu Vianna yang tidak peduli sang suami telah dipenuhi balutan luka di area tangan dan kakinya, wanita itu masih saja sibuk dengan ponselnya sembari dia menyerana di atas sofa saat kandungannya masih berusia empat bulan.

    "Kamu gak lihat aku kecelekaan, harusnya kamu tanya kenapa aku bisa pulang penuh luka seperti ini, bukannya malah marah-marah gak jelas," tangkis Navian geram melepaskan jas hitam yang menempel di tubuhnya lantas dia lempar ke sembarang tempat.

    "Heh!" timpal Vianna melempar ponselnya ke sofa di samping kanannya, tatapannya mengeras, melucuti sang suami berpenampilan lusuh dengan luka di area siku, lutut dan bagian betisnya masih basah. "Siapa yang suruh kamu pakai motor murahan itu hah?! Salah sendiri, punya mobil bagus malah pake motor murahan," sergah Vianna masih tidak peduli walau dia sudah tahu betapa berantakannya penampilan Navian.

    "Ah sudahlah, kamu emang egois, aku mati sekalipun sepertinya kamu tidak akan peduli."

    Pertengkaran yang selalu terjadi itu terus menikam Navian, tetapi entah mengapa pria itu masih saja bertahan dalam pernikahannya ini, rasa cinta yang dia miliki untuk Vianna terlalu besar, sehingga dia tidak memedulikan perlakuan buruk Vianna padanya.

    "Kak Navian lebih baik kembali ke rumah sakit, nanti banyak yang nyari," saran Tiara setelah dia selesai mengobati luka Navian.

    Navian mengerjap, terbangun dari abun-abunnya yang baru saja terantuk pada ingatan tentang pertengkaran itu dengan Vianna, walau hal itu sering terjadi, tetapi Navian selalu kembali untuk mencintai Vianna dengan tulus.

    "Terima kasih, kenapa kamu baik sekali, berbeda dengan Kakakmu?" tanya Navian, pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutnya tanpa pria itu sadari.

...See you next part....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

aku mampir lagi kaak
mampir juga di karyaku yaa

2024-04-21

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Pengumuman—Terima kasih
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Pengumuman—Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!