***NOTED: Sebelumnya mau ngasih tahu IDIOT di sini sesuai dengan judul punyaku yang pakai bahasa inggris ya. Jadi jangan tanya\, kok LOLI-nya kayak gak idiot? hihiihihi. Idiot dalam bahasa inggris itu artinya orang bodoh. Di sini penulis menggambarkan LOLI sebagai sosok yang agak LOLA (loading lama) dan polos. Jadi jangan dipatokkan idiot yang kalian pikirkan^^ ***
SELAMAT MEMBACA^^
LOLITA POV
Aku membawa kotak makan yang sudah aku siapkan bersama Bi Tikah. Langkahku sangat lebar begitu memasuki gedung kantor Mas Aldi. Sementara senyumku terus kukembangkan hingga semua orang terlihat memperhatikanku. Apakah aku sangat cantik ketika tersenyum??
“Ibu Lolita?” seseorang yang berada di meja seperti kasir itu memanggilku.
“Ehh Mbak kasir, Loli mau ketemu Mas Aldi dong,” kataku padanya karena aku tidak bisa masuk jika Mbak kasir itu tidak memberikanku kartu yang membuat penghalang pintu kecil ini terbuka.
“Hahaha, kan saya udah bilang sama Ibu. Posisi ini namanya resepsionis, Bu, bukan kasir. Sebentar ya Bu, saya telepon dulu apakah Pak Aldi ada di ruangannya.”
Aku mengangguk seraya melihat ke segala arah. Sejak kecil aku sering Ayah bawa ke sini, tapi gedung ini sudah sangat berubah.
“Bu, silakan masuk,” tiba-tiba Mbak kasir itu membukakan pintu di depanku dengan kartu yang satpam pegang.
“Terima kasih” teriakku seraya melambaikan tanganku padanya seraya berlari ke dalam menuju lift bersama orang-orang yang rapi dengan jasnya.
“Bu Lolita,” semua orang di dalam lift ini menundukkan wajahnya padaku. Aku pun membalasnya dengan kaku. Kenapa mereka memanggilku Ibu? Aku masih tidak mengerti kenapa setiap kali aku ke sini selalu dipanggil seperti itu. Padahal aku sudah bilang kalau aku ini belum menjadi ibu-ibu. Aku saja tidka punya anak. Ahh, sebaiknya aku segera minta anak pada Axel. Kalau begitu kan, aku baru cocok dipanggul Ibu.
“Lolita,” suara seseorang yang aku kenal dan aku melihat Mas Aldi yang juga sama memakai jas seperti orang-orang di dalam lift.
“Mas Aldi,” lirihku pelan keluar dari lift. Aku sebenarnya selalu takut saat bertemu dengan Mas Aldi, tapi dia keluargaku satu-satunya. Aku sudah tidak punya orangtua dan Mas Aldi satu-satunya tempat aku kembali.
“Ada apa?” tanya Mas Aldi seraya berjalan menuju ruangannya. Aku pun mengikutinya dari belakang lalu Mas Aldi menekan bahuku untuk duduk di sofa ruangannya.
“I-ini Mas. Loli masak hari ini untuk Mas Aldi dan Axel. Habis ini Loli mau antar makan ke Axel jadi Loli gak akan lama-lama di sini kok,” ucapku kelewat cepat. Aku hanya takut Mas Aldi mengusirku. Jadi aku segera mengatakannya dengan cepat.
“Apa kau bilang? Kau akan mengantar makan ke Axel. Maksudmu Axel kerja hari ini?” tanyanya.
Aku mengangguk pelan. “Ayah bilang, Loli harus mencari suami yang rajin bekerja. Axel orang yang sangat baik dan Loli suka dengan Axel karena rajin bekerja.”
“Heuh!!! Benar-benar ******** itu!!”
Aku melihat ke arah Mas Aldi yang terlihat marah. Apakah aku salah lagi? Aku pun segera beranjak dari dudukku.
“Mau kemana kamu?” tanya Mas Aldi menahan tanganku.
“Loli minta maaf kalau bikin Mas Aldi marah sama Loli. Loli gak bohong kok, Loli gak akan lama-lama di sini. Loli mau ke kantor Axel sekarang. Mas Aldi jangan marah ya! Loli janji, Loli gak akan ke sini lagi,” ucapku padanya, tapi Mas Aldi tiba-tiba mengendorkan genggamannya.
“Kau ini.” Bahkan tiba-tiba suara Mas Aldi melembut. Dia menarikku ke dalam pelukannya.
“Jaga dirimu baik-baik. Kau bisa ke kantorku kapan saja. Kau juga bisa pulang ke rumah kapan saja.” Katanya membuatku langsung mendongakkan kepala ke arah Mas Aldi.
“Benarkah?” tanyaku padanya.
Mas Aldi mengangguk. “Tapi kamu harus janji sama Mas untuk tidak cengeng! Kamu harus mandiri! Kamu harus jadi Loli yang kuat, mengerti?!”
Aku segera mengangguk cepat. “Loli janji,” kataku menunjukkan jari kelingkingku pada Mas Aldi. Namun Mas Aldi nampak memperhatikan jari-jariku. Aku pun kembali ingin menarik jariku karena merasa Mas Aldi tidak menyukainya.
“Janji,” tapi Mas Aldi menarik jari kelingkingku dan menautkan jari kami.
“Yasudah sana! Kau bilang akan mengantar makanan suamimu!” kembali Mas Aldi nampak terlihat menyeramkan. Tanpa membuang waktu, aku segera pergi keluar dari ruangan Mas Aldi.
..........................
“Non Loli kenapa senyum-senyum,” aku dengar suara Pak Jani yang memanggilku.
Aku pun tersenyum kepadanya dan segera mengubah sedikit posisiku ke arah Pak Jani. “Pak, Mas Aldi kok sekarang baik banget sama Loli ya. Tadi Loli janji kelingking sama Mas Aldi dong!!” kataku menunjukkan kelingku padanya.
Pak Jani pun tertawa ringan. “Bapak gak percaya Mas Aldi tiba-tiba berubah.” Pak Jani malah tertawa seolah aku ini berbohong padanya.
“Ihh dasar! Pak Jani ngeselin! Emangnya Loli bohong apa!” kataku kesal kembali meluruskan dudukku.
“Ehh Non Loli jangan marah dong. Bapak kan Cuma becanda. Iya deh Bapak percaya sama Non Loli. Emangnya tadi Den Aldi janji apa?”
Aku pun menoleh ke arah Pak Jani. “Iyahh tadi Mas Aldi minta Loli janji untuk jaga diri baik-baik dan harus mandiri. Loli senang deh, Mas Aldi perhatian sama Loli. Apa Loli pindah ke rumah lagi aja ya Pak?”
“Eh, ehhh jangan Non. Non kan sekarang udah punya suami. Kalau Non Loli pindah, nanti gimana Den Axelnya?”
Aku mencemberutkan bibirku. Betul juga ya. Aku kan sekarang udah menikah, kalau nanti aku pindah ke rumah. Bagaimana dengan Axel?
“Yahh berarti Loli gak bisa pindah ya Pak?”
“Iya Non, Non gak bisa pindah. Yaudah gak apa-apa Non. Bapak kan bisa nganter Non ketemu Den Aldi.”
Betul juga sih, apa yang Pak Jani katakan, tapi aku tetap ingin kembali ke rumah. Rumahku banyak sekali kenangan dengan Papa. Terkadang aku masih tidak bisa melupakan Papa dan masih sering mendengar serta merasakan Papa di sampingku. Terkadang juga Papa menyentuh pelan kepalaku. Papa juga yang memeluk Loli kalau Loli sesak nafas. Papa yang menyediakan bubur jika Loli sakit.
“Pak, emangnya kalau orang meninggal bisa masak bubur ya?”
“He? Masuk Non?” Pak Jani yang sedang menyetir mobil nampak menoleh ke arahku. Terlihat dari wajah Pak Jani yang tidak mengerti.
“Iyahh, waktu itu kan Loli sakit. Loli sesak nafas karena terlalu lama di luar malam-malam. Terus malam itu Loli dipeluk sama Papa. Papa nemenin Loli bobo. Papa bilang, Papa gak akan ninggalinLoli sendiri lagi. Ehh paginya, Papa buatin Loli bubur, tapi kenapa Papa gak ada lagi? Apa Loli harus sakit dulu baru Papa ada?”
Pak Jani nampak memberhentikan mobilnya. Kemudian memutar kunci mobilnya. “Non, itu Den Aldi, bukan Papa. Den Aldi sayang sekali sama Non, tapi Den Aldi mau Non mandiri karena Non sudah dewasa. Jadi Den Aldi gak mau nunjukkin kasih sayangnya terang-terangan ke Non.”
Aku menggaruk kepala tidak mengerti. “Masuk Bapak apa sih? Kok Mas Aldi jadi Papa?”
“Nanti juga, Non paham. Pokoknya yang pasti nih, Non. Den Aldi memang sayan, Non Loli. Nah, sekarang kan udah sampe di kantor Den Axel. Ayo kita turun.”
.........................
THX FOR READING ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
ayu aja
loli cantik tapi bloon.. axel ama gw aja dah..tuker tambah ama gw aja.. gw mandiri.. pinter.. tapi gak cantik .. mau gak axel ? 🤣🤣 .. ini mah tuker kurang namanya wkwkw
2021-09-14
1
Putu Surini
q nangis bacanya 😭😭
2021-08-11
0
♏pi Mυɳҽҽყ☪️☀️
ah se'enggaknya kakaknya sayang😊
2021-08-01
0