***NOTED: Sebelumnya mau ngasih tahu IDIOT di sini sesuai dengan judul punyaku yang pakai bahasa inggris ya. Jadi jangan tanya\, kok LOLI-nya kayak gak idiot? hihiihihi. Idiot dalam bahasa inggris itu artinya orang bodoh. Di sini penulis menggambarkan LOLI sebagai sosok yang agak LOLA (loading lama) dan polos. Jadi jangan dipatokkan idiot yang kalian pikirkan^^ ***
SELAMAT MEMBACA^^
Lolita POV
“Non, bangun, ini sudah siang. Aduhhhh Non Loli kok tidurnya di sofa sih.” Sayup-sayup aku dengar suara Bi Tikah memanggil namaku. Aku pun membuka mataku perlahan dan benar saja, Bi Tikah memasang wajah khawatirnya ke arahku.
“Bibi ada apa?” aku bangun dari baringanku karena melihat wajah Bi Tikah yang seperti khawatir padaku. “Bibi kenapa wajahnya seperti itu?” tanyaku tak mengerti.
“Non Loli kenapa tidur di sofa?”
Aku pun menggaruk kepalaku. “Loli juga gak tahu, Bi.” Kataku seraya menatap sekitar dan memperhatikan kamar baru ini.
“Bi, emang Loli di mana?” tanyaku.
Wajah Bi Tikah pun perlahan tersenyum. Lalu tangannya menyentuh kepalaku lembut. “Nona selalu saja lupa. Kemarin kan Nona menikah dengan Den Axel.”
Axel? Ahh iya aku lupa. Dasar! Aku juga lupa kalau aku sudah tidak tinggal lagi di rumah bersama Mas Aldi karena Mas Aldi bilang aku harus mulai mandiri.
“Oh iya, Loli lupa,” kataku menyengir kuda pada Bi Tikah. “Kalau gitu Axel mana, Bi?”
“Oh itu…, itu Aden kerja, Non.”
Aku pun tersenyum semringah. Axel pasti laki-laki yang rajin bekerja. Ayah bilang, aku harus mencari pasangan yang rajin bekerjanya dan cinta padaku.
“Bi, Ayah bilang, aku harus cari pasangan yang rajin bekerja dan cinta padaku. Bukankah Axel seperti itu Bi?” tanyaku, tapi lagi-lagi aku kembali melihat wajah Bibi saat pertama kali aku bangun.
“Non, Den Axel mungkin memang rajin bekerja, tapi tak seharusnya di hari pertama kalian sah menjadi suami-istri Aden malah tetap bekerja.”
“Loli gak ngerti, Bi, tapi memang kalau suami-istri itu harusnya bagaimana sih Bi? Loli bingung soalnya semalam Axel bilang, Axel suami Loli.”
Terlihat Bi Tikah menghela nafasnya lalu duduk di sampingku. Aku tahu dia lelah dengan semua pertanyaanku, tapi aku juga tahu kalau hanya dia yang mau menjawab pertanyaanku.
“Suami-istri itu pasangan yang sudah menikah, Non. Non adalah istri Den Axel dan Den Axel suami Non Loli. Kalian tidak seharusnya pisah ranjang seperti ini karena kalian sudah menjadi pasangan yang sah. Nah tugas Non Loli ini bangun pagi, melayani suami, menuruti semua apa yang Den Axel minta dan menyiapkan makanan untuk Den Axel. Nanti kalau sudah punya anak. Tugas Non Loli semakin berat karena Non Loli juga harus mendidik dan mengurus anak Non Loli.”
“Yahhhh, tapi Loli bangun siang, Bi. Terus tadi Axel makan apa?”
“Tenang saja, tadi Bibi yang masak kok. Sekarang Non mau masak? Nanti Non juga yang antar makan siang ke kantor Den Axel.”
“Mau, mau, mau. Loli mau soalnya kan Loli istrinya Axel.”
Bi Tikah tersenyum seraya menepuk tanganku. “Nah gitu dong. Non Loli kan sekarang sudah dewasa, sudah punya suami. Nanti pun akan punya anak. Jadi, Non harus mulai bisa mandiri.”
Aku mengangguk bersemangat. “Iya kata Mas Aldi juga gitu. Loli harus mandiri.”
Bi Tikah mengangguk setuju. “Yasudah Non Loli mandi dulu ya. Habis itu susul Bibi ke dapur. Kita masak untuk makan siang Den Axel.”
“Ehh Bi, tapi tadi Bibi belum jelasin tugas suami ke Loli. Loli juga kan mau tahu.”
“Ohh iya yahh,” kata Bi Tikah. “Tugas suami itu menjaga semua orang di dalam keluarga, menyayangi istri dan anaknya, suami juga tidak boleh kasar pada istrinya dan yang terpenting suami itu kepala rumah tangga. Dia harus bisa bertanggung jawab atas keluarganya. Makanya Tuan tidak salah kalau bilang ke Nona harus mencari pasangan yang rajin bekerja karena salah satu tugas suami juga harus mencari nafkah untuk keluarganya.”
Aku pun mengangguk pelan. “Oh gitu ya Bi. Berarti tugas suami juga berat ya, Bi.
Bi Tikah mengangguk. “Baik suami atau istri memiliki tugasnya masing-masing dan tugas mereka jelas berat, tapi Non Loli harus siap menjalaninya karena Bibi akan terus bantu Non Loli sampai Non Loli mandiri.”
Aku terharu mendengarnya. Bi Tikah memang sudah seperti Ibuku sendiri. “Terima kasih, Bi.” Ucapku memeluk Bi Tikah.
……………………
Aku membantu Bi Tikah memasak. Meski aku agak bingung, tapi Bi Tikah mengajarkanku dengan catatan resep miliknya.
“Bi, Loli lupa takarannya.” Kataku pada Bi Tikah yang sedang sibuk menggoreng udang.
“Ini Non, cukup dua gelas kaca ini saja. Terus kasih airnya sedikit dulu ya sambil diaduk pelan dan jadi pasta seperti ini. Jadi, bentuknya gak terlalu cair dan tidak terlalu keras menggumpal.”
Aku mengangguk pelan. “Terus garamnya?”
“Nah kalau mau masak apapun garamnya tidak perlu ditakar, Non. Non bisa kira-kira saja dulu lalu dicoba, tapi ngambilnya gak perlu terlalu banyak karena takut keasinan. Lihat Non, seperti ini, sedikit saja dulu,” kata Bi Tikah mengambilnya seujung sendok lalu aku lihat cara Bibi mencicipinya. Aku pun diam-diam ikut melakukannya dan Bi Tikah tersenyum.
“Bagaimana Non? Ada rasanya?”
Aku menggelengkan kepala karena aku tidak merasakan apapun. “Nah kalau gitu tambah lagi sedikit lagi dan cobain lagi,” katanya dan aku melihat apa yang Bi Tikah lakukan sama seperti beberapa detik yang lalu.
Pelan-pelan aku mulai mengerti dan tersenyum ketika mencicipinya. “Sudah pas, Bi. Ini gak keasinan dan juga ada rasanya gak seperti tadi yang tawar.”
“Nahh Non mulai ngerti kan?”
Aku mengangguk semangat.
“Yasudah, Non ganti baju dulu ya. Ini sudah mau selesai udangnya. Biar Bibi saja yang menyiapkan kotak makannya. Non siap-siap berangkat sekalian panggil Pak Jani ya untuk minta diantarkan.”
“Oke, Bi.” Kataku langsung berlari keluar dari dapur.
Namun sesaat aku berhenti sebelum naik ke kamar di lantai atas. Bi Tikah bilang, rumah ini pemberian dari Mas Aldi. Tiba-tiba saja aku jadi rindu Mas Aldi. Biasanya kami bertemu setiap hari meskipun Mas Aldi sedikit tidak begitu senang jika melihatku, tapi hari ini terasa berbeda.
Aku rasa, aku akan jarang bertemu dengannya dan itu membuatku sedih karena Mas Aldi adalah satu-satunya keluarga yang tersisa di hidupku. Apa Mas Aldi juga akan merindukanku?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
BINTANG PENGHACUR
kasian sih tapi ah sudahlah males gw bacanya author keterlaluan
2021-12-13
0
♏pi Mυɳҽҽყ☪️☀️
😢😢😢😢🤧🤧🤧🤧 sedih,,,, emak jg sedari kecil pelupa😭😭😭
2021-08-01
0
tursina anriasi
duh lemot bnr yaa...loli
2021-05-10
0