***NOTED: Sebelumnya mau ngasih tahu IDIOT di sini sesuai dengan judul punyaku yang pakai bahasa inggris ya. Jadi jangan tanya\, kok LOLI-nya kayak gak idiot? hihiihihi. Idiot dalam bahasa inggris itu artinya orang bodoh. Di sini penulis menggambarkan LOLI sebagai sosok yang agak LOLA (loading lama) dan polos. Jadi jangan dipatokkan idiot yang kalian pikirkan^^ ***
SELAMAT MEMBACA^^
AXEL POV
Suara para karyawan memenuhi gendang telingaku sebelum aku masuk ke dalam ruangan. Begitu aku masuk ke dalam ruangan kerjaku. Tak lama seorang pria yang ku anggap sebagai sahabat bertahun-tahun itu melipat tangannya di depan dada.
“Kau ini tuli ya. Kenapa kau bisa berpura-pura tidak mendengarnya?”ucap Damar mengambil posisi duduknya di sofa. Kemudian disusul pula dengan sekretarisku yang mengetuk pintu ruanganku dan masuk membawa berkas-berkas yang hari ini harus segera aku periksa.
“Mendengar apa?” tanyaku menggerakkan tanganku meminta sekretarisku segera keluar. Kemudian aku sedikit melirik ke arah Damar dan sibuk membolak-balikkan kertas kerja sama baru setelah aku mendapatkan suntikan dana dari Aldi. Aku sedikit terkejut ketika melihat nama Irene salah satunya. Sudah lama aku tak kerja sama dengannya. Aku juga tak pernah bertemu dengannya lagi entah sejak kapan.
“Semua karyawan membicarakanmu. Bisa-bisanya kau masuk kerja setelah kemarin menikah. Kau tahu? Mereka akan curiga kalau kau menikah memang karena bisnis.”
Aku pun terkekeh mendengarnya. “Memang itu kenyataannya. Memang aku harus bagaimana?”
“Ya setidaknya kalau kau memang tidak menyukai wanita itu. Kau tidak perlu datang ke kantor. Kau kan bisa ke Bali sendiri atau bersenang-senang dengan wanita lain.”
Aku pun menatap Damar dengan tatapan mematikan. “Aku tidak seperti dirimu yang suka bersenang-senang seperti itu.”
Damar terkekeh seraya menepuk bahuku. “Baiklah, terserah kau saja, tapi menurutku besok kau tak perlu masuk ke kantor. Satu minggu bukankah cukup untuk mengambil cuti? Aku hanya memberikan masukan saja padamu. Meskipun dia terlihat bodoh, tapi menurutku dia cukup cantik dan menggemaskan.”
Apa dia bilang? Apa dia sedang mengatakan padaku kalau dirinya tertarik dengan istriku?
“Percuma saja kalau kau tidak mencoba mengenalidirinya dan kehidupannya. Sampai kapan pun kau akan terus berusaha menghindar seperti ini.”
Aku mendengus pelan. “Kau tahu apa?!”
“I know you so well. Bahkan aku tahu apa yang kau lakukan padanya semalam. Ayolah, kita sudah berteman berapa tahun?”
Aku melirik tajam pada Damar. “Memangnya aku melakukan apa?”
Damar pun mengelus pelan dagunya sendiri seraya menyipitkan matanya seperti tengah memikirkan sesuatu. “Ya, kalau tidak menyuruhnya tidur di kamar lain. Mungkin tidur di sofa atau kau akan menyewa apartemen agar tidak satu rumah dengannya.”
Aku pun terdiam. Apa benar, aku ini sangat mudah dibaca?
Kudengar Damar tertawa. “Melihat wajahmu seperti itu, bukankah kata-kataku benar,” katanya memegangi perutnya. Aku pun kembali mendengus seraya memperhatikan pekerjaanku.
“Oh ya, kau ingat Irene?” ketika Damar menyebutkan nama itu, tiba-tiba tubuhku mendadak kaku. Baru saja aku menerima berkasnya dan ternyata Damar mengetahuinya. Pasti, sekretarisku yang mengatakannya pada Damar.
Wanita itu, aku pernah sangat menyukainya, tapi sekalipun aku tidak sempat mengutarakan perasaanku. Beberapa minggu yang lalu dia kembali menghubungiku setelah sekian lama kami lost contact. Dia menawarkan kerja sama dengan perusahanku dan aku menerimanya karena di antara kami memang tidak memiliki kesan yang buruk.
“Apa kau akan menerima proposal kerja samanya?” tanya Damar.
Aku pun mengangkat bahuku, “mungkin!” ucapku.
“Hmmm tidak mungkin cinta lama bersemi kembali kan?”
Aku kembali mengangkat bahuku, tapi kali ini juga dengan tautan alis yang pastinya membuat Damar terkekeh. Hingga saat ini, aku pun tidak tahu apa yang sedang aku jalani. Bahkan ke depannya aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku. Bukankah hanya Tuhan yang tahu bagaimana jalanku nanti?
“Kau jangan bertindak bodoh Axel, kau baru saja menikah, tapi kau malah bertemu dengan mantanmu!”
Mendengar itu aku mengangkat kepalaku dan menatap Damar dengan tajam. Terkadang dia memang cocok sebagai penasihatku, tapi lama kelamaan dia akan mulai keterlaluan untuk mencampuri hidupku.
“Dia bukan mantanku. Lagipula ada apa dengan kerja sama ini? Memangnya kau melihat aku selingkuh? Aku ini profesional!” tekanku padanya dan Damar terlihat meregangkan dasinya.
“Oke, dia bukan mantanmu, tapi apa kau tidak berpikir kalau Aldi, kakak dari istrimu tidak bisa disepelekan. Kau membaca lengkap surat perjanjiannya bukan? Menjaga adiknya itu berarti menjaga aset kerja sama kita dengan perusahan dia. Kau mengerti maksudku kan? Sehari saja kau berulah, sekali saja kau menyakiti hati istrimu, apa yang akan terjadi dengan kita?”
Mataku semakin menatap tajam Damar. Dia terlalu lancang untuk bicara seperti itu padaku karena perusahaan ini milikku dan dia tidak berhak menentukan ke mata angin mana aku akan membawa perusahaan ini.
“Tsk! Kau tahu Damar?!” aku beranjak dari bangku kebesaranku dan berdiri di depan Damar. “Kau bicara seolah kau tahu bagaimana Lolita. Dia hanya wanita bodoh! Dia tidak tahu arti mencintai, apalagi dicintai! Dia tidak tahu suami, dia juga tidak tahu istri, jangankan ke tingkat itu. Mungkin berpacaran pun dia tidak pernah!! Ahh tidak! Mungkin lebih tepatnya tidak ada yang mau berpacaran dengannya,” ucapku berapi-api.
“Kau berpikir terlalu dangkal! Sebaiknya kau jaga ucapanmu itu sebelum Aldi mendengarnya sendiri. Kau harus ingat! Hidup perusahaan ini bukan tentang hidupmu saja, tapi juga tentangku dan tentang karyawan lainnya,” kata Damar memperingatkanku.
Aku pun kembali duduk ke kursiku. “Ya, kau benar, jika bukan karena perusahaan ini pun mungkin aku tidak sudi menikahinya. Lagipula, bukankah kau merasa aneh dengan Aldi. Dia menitipkan adiknya padaku dan menyuntikkan dana seberapa banyak yang aku inginkan. Kau tahu apa artinya? Dia ingin membuangnya tapi dia tidak bisa. Jalan satu-satunya hanya menitipkannya pada seseorang yang membutuhkan uang. Sehingga dia tidak perlu repot-repot mengurusnya lagi.”
BRAK!!!
Tidak menanggapi kata-kataku. Damar pun pergi begitu saja. Menyisakan helaan napas yang keluar dari bibirku. Aku tahu, aku memang sangat keterlaluan mengatakan ini, tapi aku tidak bisa menyembunyikan kekecewaanku di depan sahabatku sendiri. Menikahi seorang wanita seperti Lolita membuatku takut membayangkan masa depanku serta anak-anakku. Kalau saja nanti perusahaanku sudah normal, mungkin tidak ada salahnya aku memulai dari awal lagi untuk kehidupan percintaanku.
Irene, aku tidak tahu apa statusnya sekarang, tapi jika memang dia saat ini sudah tidak bersama dengan Max. Aku akan menyatakan perasaan yang sejak dulu ku pendam. Kemudian meninggalkan Lolita dan melupakan mimpi burukku yang menikahi wanita bodoh sepertinya.
THX FOR READING ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Widodo Putra
lanjut
2021-07-18
0
Nuranita
sumpah.....aq dah bca novel ini sampe 4x lo.....dan tiap bca selalu hanyut dlm ceritax.....utk author sungguh q beri banyaaaaaaak jempol buatmu.....👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍love you author.....keep fighting......💪💪💪💪💪💪💪💪💪and always be healthy.......cobtinue your good work.....😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2020-12-17
0
Vonny Suhardiman
poor Lolita
2020-12-09
0