Aku memperhatikan wanita yang telah aku nikahi beberapa jam yang lalu. Rasanya berat sekali memutuskan ini, tapi apa boleh buat karena perusahaan memang membutuhkan suntikan dana dari perusahaan keluarganya yang memiliki kekuatan besar.
“Kau mau kemana?” tanyaku ketika tatapanku yang tak lepas dari wanita bernama Lolita itu akan pergi dari kamar. Sejak tadi dia hanya bolak-balik seperti orang kebingungan membuatku sedikit jengkel, tapi kini dia akan meninggalkan kamar.
“Ohh apa? Kau bicara padaku?” tanyanya dengan wajah bodohnya. Tentu saja aku bicara dengannya. Memang ada siapa lagi di kamar ini selain kami berdua yang kelelahan setelah acara pesta pernikahan hari ini.
“Ya tentu saja, Bodoh. Kau mau kemana?” aku mengulang pertanyaanku.
“Sebentar ya, aku mau ke Bi Tikah dulu. Bajuku tidak bisa dibuka,” katanya seraya tersenyum padaku. Lalu pergi meninggalkan kamar membuat pertanyaan yang timbul di otakku.
Lolita, aku sempat merasa sangat malu ingin menikahinya, tapi orangtuaku memaksa demi perusahaan. Aku pun bisa apa kalau memang ini sudah terkait perusahaan keluarga dan aku pikir, aku akan sangat malu ketika pesta pernikahan digelar besar-besaran. Aku takut teman SMA-ku ada yang datang dan mengejekku. Secara, sebelum pesta pernikahan pun di grup SMA-ku mulai membicarakan aku dan Lolita.
Mereka bilang, bagaimana mungkin orang seterkenal dan sekaya diriku bisa menikah dengan wanita idiot seperti Lolita. Meski mereka akui Lolita kaya dan juga sama terkenalnya di angkatanku, tapi terkenal yang mereka maksud jelas berbeda.
“Axel,” tiba-tiba suara di ambang pintu membuatku meleburkan lamunanku. Aku lihat Lolita meremas baju pengantinnya.
“Ada apa?” tanyaku ketus seraya berdiri dan membuka jasku. Aku tak sadar kalau aku belum membukanya karena saking lelahnya, aku ingin langsung istirahat saja.
“Emmmm itu,” Lolita menggigit bibirnya sendiri seperti ragu mengatakannya.
Aku pun hanya memperhatikannya menunggu apa yang ingin dia bicarakan.
“Bi Tikah tidak ada di dapur. Bisakah kau tolong bukakan gaunku” katanya dan aku menghela nafasnya seraya berjalan ke arahnya.
“Cepat! Aku mau mandi!” kataku seraya menarik tubuhnya hingga kini dia membelakangiku. Aku pun membukakan kancing gaunnya cepat lalu mendorong tubuhnya keras sampai aku tak sadar membuatnya tersungkur.
“Aww sakit,” ringisnya, tapi aku tidak peduli.
“Kau! Kau tidur di sofa malam ini. Aku tidak mau tidur satu ranjang denganmu,” kataku seraya masuk ke dalam kamar mandi ingin berendam sejenak menghilangkan semua rasa stresku di kepala.
………………………………………………………………………………
Aku mengusap rambutku dengan handuk lalu berjalan ke arah meja rias untuk menggunakan perawatan wajahku. Tidak aneh bukan kalau pria berkelas sepertiku menggunakan perawatan wajah. Karena itu, aku selalu terlihat tampan dan awet muda.
Aku duduk di depan cermin, tapi aku melihat sesuatu di pantulan cerminku. Lolita, dia terlelap dengan gaun dan wajahnya yang belum dia bersihkan. Ya Tuhan, dia jorok sekali.
Aku segera beranjak dari tempat dudukku dan berjalan ke arahanya. “Heii! Bangun! Kau harus mandi dan mengganti bajumu. Jorok sekali!” kataku, tapi Lolita tidak terganggu dengan omelankku. Dia malah membalikkan tubuhnya membelakangiku.
“Ayah,” igaunya. “Ayah,” ucapnya lagi dan sepertinya dia sedang bermimpi Ayahnya.
Aku dengar, dia memang sangat dimanja oleh Ayahnya. Karena itu, ketika Ayahnya meninggal, tidak ada lagi tempat untuk dia bermanja karena Aldi (kakaknya sendiri) tidak pernah menyukainya sejak dia kecil. Aku dengar, Aldi juga sangat malu memiliki Adik seperti Lolita, tapi kenapa waktu itu dia membelanya?
Oh ya, Mama bercerita padaku mengenai otak Lolita yang lamban karena Ibunya adalah seseorang yang mengkonsumsi barang terlarang. Mendiang Ibunya meninggal ketika Lolita berumur 3 tahun dan katanya meninggalnya pun karena bunuh diri. Aku tidak begitu tahu apa alasannya karena aku juga baru tahu kenapa Lolita bisa berbeda dengan Aldi.
Mama bilang, Bi Tikah yang sejak kecil mengurus Lolitalah yang cerita padanya. Menurutku beruntung saja Aldi tidak seperti Lolita. Jadi, perusahaan Ayah mereka ada yang meneruskan.
“Axel,” panggil Lolita terbangun dari tidurnya. “Sudah selesai? Sekarang Loli boleh memakai kamar mandinya tidak?” tanyanya padaku
“Terserah!” kataku langsung berjalan ke arah ranjang dan masuk ke dalam selimut melupakan perawatan wajah yang tadi ingin kulakukan.
“Awwwww,” lagi kudengar pekikan Lolita. Aku setengah menyangga tubuhku dengan lenganku melihat dirinya yang tengah mengangkat gaunnya di atas lutut.
“Axel, kenapa lutut Loli ada warna birunya? Kalau Loli tekan juga sakit,” katanya seraya menekan memar di kakinya membuatku menghela nafas.
“Tadi aku tidak sengaja mendorongmu.” Kataku dan dia terlihat nampak sedang memikirkan sesuatu lalu tersenyum.
“Oh iya, tadi Loli jatuh karena Axel dorong, tapi kenapa ini sakit sekali,” katanya lagi. Aku akhirnya mengalah turun dari ranjang untuk menghampirinya. Lalu mengangkat tubuhnya masuk ke dalam kamar mandi seraya membantunya melepaskan gaun pengantin yang cukup ribet ini.
“Axel! Kata Ayah Loli tidak boleh membuka baju di depan laki-laki.”
Aku menghela nafasku lagi kesal. “Aku suamimu,” kataku lalu meninggalkannya tak mau banyak menjawab pertanyaannya yang bodoh itu. Aku menutup pintu kamar mandi dan kembali menaiki ranjang tidurku, menutupi seluruh tubuhku.
“Axel! Tunggu! Memang suami itu seperti apa?” kudengar teriakannya dari dalam kamar mandi membuatku menggelengkan kepalaku. Apa dia sungguh sebodoh itu. Suami saja tidak tahu!
“Axel!!” Kudengar suaranya semakin jelas yang sudah kutubeka kalau dia pasti keluar dari kamar mandinya. “Axel!!! Loli ingin tahu, suami itu apa sih?” katanya menggoyangkan punggungku yang sudah kututupi seluruhnya dengan selimut.
Kini kututup telingaku dan mengabaikannya. “Axel, kenapa sih? Kenapa sejak tadi, Axel jahat pada Loli? Axel mendorong Loli, Axel juga menyuruh Loli untuk tidur di sofa. Apa Loli punya salah? Ayah bilang jika Loli punya salah, Loli harus meminta maaf,” katanya seolah tengah bicara pada diri sendiri dan aku masih mengabaikannya hingga tidak ada lagi suara yang masuk ke dalam telingaku. Perlahan, kupejamkan mataku hingga sebuah mimpi buruk yang tak pernah aku mimpikan sebelumnya hadir malam ini.
…………………………………………………………………
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Jurainah Yadi
Duh kasihannya
2021-10-30
0
Yusneli Usman
Kasian banget si Loli ya Thor....kayak nya hidup Loli penuh derita deh....aku suka jalan ceritanya bagus beda...
2021-07-23
0
tursina anriasi
duh yg BCA juga bs ikut Lola inih🤣
2021-05-10
0