"Hai Ara, gimana kabar nya sekarang? Jangan sakit lagi ya.."ujar Bilqis sembari duduk di samping Zahra
"Alhamdulillah udah enakan, Qis."
"Syukurlah."
"Eh tau nggak Ra, tadi pak Raka nanyain kamu lho."celetuk Bilqis
"Hah? Masa. Ngapain dosen killer itu nanyain aku?"tanya Zahra
"Nggak tau, mungkin pak Raka suka sama kamu kali."goda Wawa
"Alah, modelan kayak pak Raka nggak mungkin bisa kayak gitu."
"Bisa lho. Siapa tau pak Raka menyimpan perasaan sama kamu selama ini."
"Nggak mungkin, kalaupun iya, aku juga nggak mau wa."
"Kenapa?"
"Iya, kamu tau sendiri lah gimana laki-laki itu."jawab Zahra
"Awas lho, ntar suka beneran."
"Nggak akan."tolak Zahra
"Awas aja ya."ancam Wawa dan Bilqis
Zahra mengangkat alis nya sebelah, lalu dia tersenyum.
...----------------...
"Kenapa baru pulang, wa?"tanya Bu Nina, mama nya Wawa
"Iya ma, tadi Wawa jenguk Ara dulu."
"Ara sakit? Sakit apa?"
"Asam lambung nya kambuh ma ditambah ada gejala tipes juga."
"Astaghfirullah, terus gimana keadaan nya sekarang?"
"Udah cukup baik sih, ma."
"Syukurlah."
"Iya ma."
Wawa masuk ke dalam kamar nya, dia meletakkan ransel nya di atas lemari. Sebelum mandi, Wawa duduk selonjoran di sofa dekat jendela sambil memainkan ponsel nya.
"Wa, Ara di rawat dimana?"tanya teman-teman nya di grup kelas mereka.
Wawa membalas nya lalu dia meletakkan kembali ponsel nya, kemudian Wawa masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri nya.
Setelah menyelesaikan ritual mandi nya, Wawa memakai piyama lalu keluar dari kamar menemui mama nya.
Sementara di rumah Bilqis, dia masih terlihat santai di depan tv sembari menikmati cemilan di tangan nya.
"Ya Allah, mandi dulu Bilqis."teriak ibu nya
"Bentar lagi buk, tanggung nih."
"Mandi nggak."ujar bu Vivi sambil mengangkat bantal sofa
"Iya iya buk, Bilqis mandi nih."jawab Bilqis takut namun tetap cengengesan
Setelah sedikit jauh dari mama nya, Bilqis berlari sekencang nya menuju kamar. Sesampainya dikamar Bilqis tertawa cekikikan.
"Ibu ibu."ucap Bilqis lalu dia masuk ke dalam kamar mandi.
...----------------...
Malam hari nya, Zahra di jaga oleh Hanan dan Rendi, karena dia tidak tega jika membiarkan orang tua nya tidur di rumah sakit, tentu saja itu tidak baik bagi kedua nya.
"Kakak."panggil Zahra
"Iya, kenapa dek?"
"Ara mau makan sate, boleh?"
"Boleh dong, kakak beliin dulu ya."
Zahra mengangguk "Makasih ya kak."
"Sama-sama, kakak pergi sebentar ya."
"Mau kemana, nan?"tanya Rendi keluar dari toilet.
"Mau cari sate di depan, Ren."
"Oh, aku ikut dong, aku juga lapar nih."
"Ya udah ayok."
Kedua nya pun menuju warung sate di seberang jalan.
"Kita makan disini aja, Nan."
"Okay."
Kedua nya makan sate di pinggir jalan, apa mereka gengsi tentu saja tidak.
"Mas, bungkus satu ya. Nggak pake sambel."
"Baik mas."
Setelah selesai makan dan membayar nya, Rendi dan Hanan kembali ke rumah sakit.
"Ini, sate nya. Habisin ya. Kakak mau ngobrol dulu sama kak Rendi di luar."
"Iya kak."
Rendi dan Hanan pun keluar menuju taman rumah sakit. Tidak lupa dia menitipkan Zahra pada suster.
"Berani juga kamu tengah-tengah malam disini, Nan."
"Emang nya kenapa, Ren? Kamu takut?"
"Nggak sih."jawab Rendi
Seketika niat jahil Hanan mulai muncul, dia berniat untuk menakuti sahabat nya itu.
"Astaghfirullahaladzim."teriak Hanan sembari melihat ke arah sebuah gedung kosong lagi gelap, namun Rendi sudah tau niat Hanan untuk menakuti nya.
"kamu nggak takut, Ren?."gerutu Hanan
"Udah kebaca sama aku, Nan."
"Hmm."jawab Hanan kesal lalu dia kembali memainkan ponsel nya.
Tiba-tiba saat Hanan lagi fokus main handphone, giliran Rendi yang berteriak sambil istighfar dan berlari, reflek Hanan melompat dari kursi taman dan lari terbirit-birit.
Rendi tertawa terbahak-bahak sambil memegang perut nya. Dia merasa puas karena bisa menjahili sahabat nya itu
"Hahahaha, kamu nggak apa-apa, nan."tanya Rendi cekikikan.
"Kurang ajar kamu, Ren."ucap Hanan sembari memegang dada nya yang terasa sesak akibat berlari.
"Hahaha, kamu pikir kamu aja yang bisa jahil."
"Astaghfirullahaladzim, jantung aku rasanya mau copot, Ren."
"Sorry sorry."ucap Rendi namun masih tetap tertawa cekikikan.
"Udah ah, ayo masuk. Jadi takut beneran aku."ucap Hanan lalu dia berjalan menuju pintu rumah sakit
Di belakang, Rendi masih tetap tertawa.
Sesampainya di ruangan Zahra, kedua nya duduk di sofa. Rendi masih saja cekikikan, sementara Hanan masih syok akibat ulah sahabat nya itu.
"Serius banget sih, Nan."ledek Rendi sembari tertawa kecil
Hanan melirik Rendi sekilas, dia tidak bisa membohongi bahwa diri nya benar-benar ketakutan.
...----------------...
Beberapa hari kemudian, Zahra sudah diperbolehkan pulang. Setelah mengurus semua nya Hanan pun mengantar adik dan kedua orang tua nya pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Hanan tidak turun karena dia harus kembali ke rumah sakit.
"Kamu istirahat ya, kakak langsung balik ke rumah sakit."
Zahra mengangguk "Iya kak, kakak hati-hati ya."
Hanan mengangguk "Yah, bun. Hanan berangkat ya."ucap Hanan sambil mencium punggung tangan kedua orang tua nya
"Iya, hati-hati ya."
"Iya bun. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Zahra pun di bawa ke dalam rumah.
"Ara, istirahat disini dulu ya, bun."ucap Zahra
"Iya sayang, bunda bereskan ini dulu ya."
"Iya bunda."
Zahra masih terlihat lemas namun itu hal yang wajar bagi seseorang yang baru sembuh dari sakit. Zahra mendarat kan bokong nya di sandaran sofa.
"Hmm, haus."ucap Zahra lalu dia kembali bangun dan pergi ke belakang untuk mengambil minum
"Ngapain dek?"tanya Bu Sinta
"Ara haus, bun."
"Kenapa nggak panggil bunda aja."
"Nggak apa-apa bun, Ara bisa kok. Lebih baik bunda istirahat aja, sudah hampir satu Minggu bunda jagain Ara di rumah sakit pasti bunda capek banget."Ucap Zahra tak enak hati.
"Nggak boleh ngomong kayak gitu, kalau bukan bunda siapa lagi yang mau jagain Ara. Kakak sama ayah kan harus kerja lagipula itu sudah kewajiban bunda, nak. Udah sekarang Ara ke kamar ya, istirahat."
"Makasih ya bunda."
"Sama-sama sayang. Ayo bunda antar ke kamar."
Zahra mengangguk, dia pun pergi ke kamar nya.
...----------------...
Malam hari nya, Zahra hanya berada di kamar, Hanan pun selalu setia menemani adik nya itu.
"Kakak."panggil Zahra
"Hmm, ada apa cutie pie? What do you want?"tanya Hanan lalu duduk di samping Zahra.
"Hehehe, nothing. Kakak sayang nggak sama Ara?"
"Sayang banget lah, kenapa Ara nanya kayak gitu?"
"Hehehe, nggak apa-apa. Ara cuma pengen nanya aja."
"Okay. Kalau Ara sayang nggak sama kakak?"
"Banget."
"Really?"
"Yeah. Kakak kapan mau nikah?"
"Hmm, nggak tau. Nanti lah. Kakak belum kepikiran."
"kapan lho kak? jangan kelamaan ntar jadi bujang lapuk lho, hmm tapi kakak punya pacar nggak?"
"Nggak, tapi kakak punya seseorang yang spesial."
"Siapa?, kok nggak cerita sama Ara sih."
"Nanti Ara juga bakalan tau kok."
"Kapan? Nama nya siapa, kak?"
"Rahasia dong, nanti kalau Ara sudah bener-bener sehat, kakak ajak ketemu sama mbak nya okay."
"Okay, hmm. Ara udah nggak sabar buat ketemu sama mbak nya."
"Sabar lah."
"Hehehe. Iya kak."
...To be continued 👇...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments