Akad Di Tanah Haram
...Hai readers, assalamu'alaikum!!...
...Apa kabar? Author harap kalian baik-baik aja ya dan pasti nya selalu sehat....
...Jangan lupa vote, komen dan share ya readers. Etttts jangan lupa follow juga akun author ya....
...Happy reading ♥️...
^^^.^^^
.......
.......
Gadis cantik berhidung mancung, bermata indah dengan bulu mata yang lentik serta bibir kecil layak nya bulan sabit terukir indah di wajah putih nya. Dia gadis yang lemah lembut, sopan, ramah, dan juga baik hati. Banyak orang yang menganggap dia adalah gadis yang hampir mendekati kata sempurna.
Khadijah Azzaira Humaira Az Zahra, nama yang diberikan oleh kedua orang tua nya dengan harapan yang begitu mulia, Zahra merupakan salah satu mahasiswa di Bandung. Zahra juga memiliki seorang kakak yang super bawel dan overprotektif kepada adik nya, ia bernama Muhammad Hanan Wardana seorang dokter spesialis saraf berusia 29 tahun.
.......
.......
.......
"Ara."panggil Bu Sinta dari arah dapur. Ara adalah panggilan kesayangan orang tua dan kakak nya.
"Iya, bun. Sebentar."sahut Zahra dari kamar. Terlihat ia sedang sibuk memasang jilbab nya di depan meja rias.
"Astaghfirullah, jilbab ini kenapa sih."kesal Zahra karena jilbab nya tidak mau rapi
"Ara mana, Bun?"tanya Hanan sembari menarik kursi.
"Masih di kamar, sebentar bunda panggilkan."ujar Bu Sinta
"Nggak usah, Bun. Biar Hanan saja."
Bu Sinta tersenyum."Ya sudah."ucap Bu Sinta sembari menuangkan air ke dalam gelas.
Sesampainya di depan kamar, Hanan pun memutar handle pintu kamar, Hanan menyenderkan bahu nya di sisi pintu sembari tersenyum dengan tangan yang dilipat di depan dada.
Zahra menyadari jika diri nya sedang diperhatikan. "Kenapa, kak."tanya Zahra tanpa menoleh kearah Hanan.
"Belum selesai juga, dek?"tanya Hanan sembari mendekati Zahra.
Zahra menghela nafas berat."Ini lho kak, jilbab nya susah banget di rapi-in nya. Ara kesal banget."ucap Zahra lalu melempar jilbab itu ke kasur.
Hanan mengernyitkan kening nya lalu ia menarik nafas panjang lalu membuang nya dengan kasar. "ya sudah sini biar kakak pasangin jilbab nya."ujar Hanan lalu dia mengambil kembali jilbab itu.
"Emang kakak bisa?."tanya Zahra ragu
"Bisa lah. Duduk sini."ujar Hanan sembari menepuk kursi di depan meja rias.
Hanan pun memasangkan jilbab nya dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Sesekali Zahra memandangi wajah kakak nya lalu tersenyum.
"Kenapa senyum-senyum?."tanya Hanan
"Heheh, ternyata Kakak ganteng juga ya."ucap Zahra cengengesan
"Baru tau ya?"jawab Hanan pede sembari mengangkat sebelah alisnya.
Zahra terkekeh mendengar jawaban kakak nya itu.
"Tuh kan rapi."ujar Hanan setelah ia selesai memasangkan jilbab Zahra.
Zahra menatap dirinya dari pantulan cermin. "Masya Allah, ternyata Kakak bisa juga ya. terima kasih ya kak."ucap Zahra sembari memeluk Hanan.
"Sama-sama. Kunci nya itu harus sabar."tutur Hanan sembari mencubit hidung mancung Zahra.
"Heheheh."
Hanan mengambil sebuah Bros jilbab berbentuk bunga lalu hendak memasangkan nya di jilbab Zahra. "Kakak mau ngapain?"tanya Zahra.
"Biar cantik."ucap Hanan
"Nggak mau kak, jilbab Ara kan bukan kayak gitu kak."protes Zahra karena tiba-tiba Hanan melabuhkan jilbab menutup dada.
"Emang nya mau kayak gimana, dek? Kayak sakaratul maut gitu?"tanya Hanan
"Ih, itu kan cantik kak. Ara udah kayak wanita karir. Kalau kayak gini kayak ibu-ibu tau."
"Nggak apa-apa, kan Ara memang calon ibu."
"Nggak mau kak."rengek Zahra
Hanan berjongkok di hadapan adik nya "dengerin kakak ya. Ara pernah dengar kan salah satu ayat dari surah Al Ahzab yang artinya "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."Jelas Hanan."Ara pernah denger, kan?"tanya Hanan lagi dibalas anggukan oleh Zahra.
"Ara harus ingat. Tujuan Allah memerintahkan perempuan memakai jilbab semata-mata untuk melindungi perempuan itu sendiri. Coba Ara pikir terkadang orang yang sudah menutup aurat nya secara sempurna atau bahkan memakai cadar sekalipun masih saja di ganggu, apalagi yang dengan sengaja memperlihatkan tubuhnya. Kakak ini laki-laki dan kakak tau bagaimana pandangan laki-laki terhadap perempuan. Dan satu lagi, dengan Ara berjilbab setidaknya Ara sudah menyelamatkan ayah dan juga kakak." tambah nya lagi
Zahra mengangguk paham"Iya kak. Ara paham."
"Good. Mulai sekarang jilbab nya jangan lagi kayak gitu ya. Ara tambah cantik kok kalau jilbab nya kayak gini."ucap Hanan sembari tersenyum
Setelah drama per-jilbaban selesai, kedua nya pun turun ke lantai bawah menuju meja makan.
"Kok baru turun, ngapain aja, dek?"tanya pak Adam
"Hehehe, maaf ya yah, Bun."ucap Zahra
"Seperti nya, kita harus buka pabrik jilbab anti letoy dech yah."
"Kenapa kak?"
"Apa ayah tau? Anak ayah ini ngamuk di kamar gara-gara jilbab nya nggak mau rapi."ujar Hanan terkekeh
"Ih kakak."kesal Zahra
"Benar begitu, nak?"tanya pak Adam
"Hehehe. Nggak kok yah."
"Sudah sudah kak, ntar nangis adik nya. Udah sekarang kalian sarapan ntar telat lagi."
"Iya Bun."
...----------------...
Setelah sarapan, Hanan dan Zahra pun berpamitan dengan kedua orang tua mereka. Pagi ini Zahra di antar karena motor kesayangan nya sedang di rawat di bengkel.
"Kak, nanti kakak jemput Ara, kan?"tanya nya
"Iya dong?"
"Okay. Nanti Ara tunggu ya. Jangan lama-lama lho ntar adik nya yang manis ini di ambil orang lho."
"Iya Buk."
"Ibu....ibu. Emang Ara, bunda."kesal Zahra
Hanan terkekeh melihat tingkah Zahra yang bagi Hanan begitu menggemaskan"Iya sayang. Nanti kakak jemput kok."
"Okay."
Sesampainya di depan kampus, Zahra langsung turun dari mobil lalu berpamitan pada Hanan.
"Ara masuk ya, kak. Kakak hati-hati."
"Okay, kakak lanjut jalan ya."
Zahra mengangguk sembari melambaikan tangan nya. Kemudian ia pun berjalan menuju gedung kampus.
"Ra."panggil Bilqis dan Wawa, sahabat Zahra sejak mereka SMP.
Zahra menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah suara. Kedua sahabatnya tampak berlari kecil mendekati Zahra.
"Good morning, Ara."sapa Bilqis
"Morning Iqis."balas Zahra sembari tersenyum
Setelah sedikit berbincang, ketiga nya pun masuk ke dalam kelas yang ada di lantai dua. Sepanjang jalan Zahra di sapa oleh teman-temannya. Sesampainya di kelas, ketiga nya pun duduk sejajar di bagian depan, Zahra selalu diminta untuk duduk di depan sebagai tameng untuk teman-teman nya agar tidak ditanya oleh dosen mereka.
Tak berselang lama, terlihat pria tampan berhidung mancung dan bertubuh kekar serta berbadan tinggi masuk ke dalam kelas.
Zahra melempar senyum manis pada sang dosen, namun tidak ada balasan dari laki-laki yang sering dipanggil dosen killer itu. Raka adalah dosen muda yang mengajar beberapa mata kuliah di kampus tersebut salah satu nya adalah ilmu manajemen.
"Okay, sebelum saya mulai kelas hari ini, saya akan mengecek kehadiran kalian terlebih dahulu."ujar Raka dingin
"Baik pak."jawab mahasiswa
Setelah tiga menit kemudian, kelas pun dimulai. Zahra begitu serius mendengarkan penjelasan dari Raka karena menurut nya, penjelasan yang diberikan Raka sangat mudah dipahami oleh nya.
"Apa ada pertanyaan?"tanya Raka sambil melihat ke arah mahasiswa nya
"Tidak pak."
"Baik lah, apa ada pertanyaan, Zahra?"tanya Raka
"Tidak pak."jawab Zahra kaget
Setelah dua jam kelas berlangsung akhirnya Raka mengakhiri kelas. "Okay, kalau tidak ada pertanyaan, saya rasa untuk kelas hari ini cukup batas sini dulu, kita lanjut lagi Minggu depan."
"Baik pak."
Setelah membereskan buku-bukunya, Raka pun meninggalkan kelas.
"Kantin yuk."ajak Wawa
"Hayuk."sahut Bilqis
Ketiga nya pun pergi menuju kantin yang ada di belakang gedung.
"Kamu mau pesan apa, Ra?"
"Bakso sama milk tea aja ya, wa. Yang dingin."
"Okay, kamu Bil, pesan apa?"
"Sama kayak Zahra tapi minum nya coffe milk dingin."
"Alah gaya mu, bilang aja kopi susu."sewot Wawa
Bilqis dan Zahra terkekeh mendengar protes Wawa.
"Selamat siang, Zahra."sapa seseorang
Zahra mendongak ke atas ternyata seorang pria sedang berdiri di samping nya. "Hai kak Dion. Siang." balas Zahra lalu berdiri mensejajarkan diri nya dengan Dion.
"Ada apa ya, kak?"tanya Zahra
"Oh ini, aku mau memberikan bunga ini sama kamu."ucap Dion sembari menyodorkan buket bunga mawar.
Zahra tampak kebingungan sembari melihat ke sekitarnya.
"Oh, terima kasih kak Dion. Tapi ini dalam rangka apa ya kak? Saya kan lagi nggak ulang tahun."tanya Zahra bingung
"Nggak ada acara apa-apa kok, kebetulan tadi saya lewat depan toko bunga jadi ya udah saya beliin buat kamu."
Zahra mengangguk ragu "baik lah, bunga nya saya terima ya kak, terima kasih."ucap Zahra tersenyum sembari mengambil bunga itu karena dia merasa tidak enak jika harus menolak nya.
"Sama-sama."balas Dion tersenyum, lalu dia meninggalkan Zahra dan kedua sahabatnya.
"Wah wah, ada yang sedang jatuh cinta nih kayak nya."ucap Wawa sembari tertawa kecil
Zahra menyenggol lengan Wawa"Apaan sih wa. udah ayo makan."ujar Zahra lalu ia kembali duduk
"Tapi cocok lho, Ra."sambung Bilqis
"Udah ayo makan."elak Zahra. Zahra pun menyantap makanan yang terhidang di hadapan nya.
...To be continued 👇...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ilham Rama
p
2024-11-14
0