Setelah kelas selesai, Zahra dan kedua sahabat nya pergi ke parkiran untuk menunggu Hanan menjemput Zahra. Namun, saat Zahra lagi sibuk dengan ponsel nya, tiba-tiba seseorang mendekati nya.
"Hei bocah, berdiri kamu."titah Vina yang merupakan teman kelas Zahra.
Zahra tampak terkejut dan bingung. "Iya ada apa, Vin?"tanya Zahra
Tiba-tiba Vina menampar pipi Zahra.
"Apa-apaan kamu, Vin?."pekik Wawa
"Nggak usah ikut campur."ucap Vina sembari menunjuk wajah Wawa
"Dia sahabat kami, jadi kami berhak membela dia."sentak Bilqis
Vina memberikan kode pada teman-teman nya untuk mengamankan Wawa dan Bilqis.
"Nggak usah sok cantik kamu di kampus ini."
"Lah emang dia cantik kok."sahut Wawa
"Diam."sentak Vina
Zahra tampak mengelus pipi nya yang terasa panas. "Kamu pikir kamu itu siapa? Sampai kamu berani deketin Dion, hah?."tanya Vina dengan sombongnya
"Saya nggak pernah mendekati kak Dion, Vin. Dia lah yang mendekati saya."jawab Zahra
"Alah, jangan sok cantik kamu."
"Demi Allah, saya tidak pernah mendekati siapapun di kampus ini, Vin. Saya disini untuk belajar bukan untuk mencari perhatian laki-laki. Kalau mereka yang mendekati saya itu hak mereka. Saya juga tidak mungkin melarang mereka."
Plak...
Untuk kedua kalinya tamparan mendarat di pipi Zahra. Ia kembali memegangi pipi nya yang terasa perih dan panas. Vina kembali mengangkat tangan nya dan hendak menampar lagi, namun tangan nya ditahan oleh seseorang.
"Kakak."lirih Zahra ketika ia melihat pria berdiri di depan nya.
"Kenapa kamu menampar adik ku, huh?."geram Hanan sembari mencengkeram tangan Vina dengan erat
"Adik elu ini sudah merebut cowok gue."teriak Vina. Dia tidak tau siapa laki-laki yang tengah dia hadapi itu
"Nggak kak, dia aja yang gatal."sahut Wawa tak terima
"Diam elu."sentak Vina
Melihat keributan itu, mahasiswa lain nya pun mendekati mereka termasuk Dion.
"Ada apa ini?"tanya Dion.
"Itu tu perempuan halu nampar Zahra, Di."sahut mahasiswa lain nya hingga membuat Dion terkejut.
"Berani sekali anda menampar adik saya, seumur hidup, saya tidak pernah menyakiti adik saya sedangkan anda saudara bukan berani-beraninya melayangkan tangan ini ke wajah adik saya."ucap Hanan sembari mengencangkan kembali cengkraman nya di tangan Vina
"Apa lagi hanya gara-gara laki-laki, saya tau adik saya seperti apa. Jadi anda jangan pernah membawa adik saya pada sesuatu yang tidak bermanfaat sedikit pun."
Vina tidak berani lagi melawan, dia hanya diam sambil menahan rasa sakit dipergelangan tangan nya
"Apa kamu yang bernama Dion?."tanya Hanan
"Iya kak."jawab Dion yang berada di samping Zahra
"Apa kamu pacar wanita ini?"tanya Hanan dingin
"Tidak, saya bukan pacar dia."jawab Dion cepat yang kemudian di sorak i mahasiswa lain nya
"Halu."teriak mereka pada Vina
"Mulai sekarang kamu jauhi adik saya, saya tidak mau adik saya kenapa-kenapa hanya karena wanita-wanita halu yang suka sama kamu."ucap Hanan pada Dion.
Sementara Zahra hanya diam terpaku, dia tidak berani bersuara jika kakak nya sudah marah.
"saya minta maaf, gara-gara saya. Zahra jadi seperti ini."ucap Dion
"Hmm."
"Saya ingatkan sekali lagi sama kamu, jika saya melihat atau mendengar kamu mengganggu adik saya, kamu akan tau sendiri akibat nya."ancam Hanan pada Vina lalu dia melepaskan cengkraman nya.
"Ayo, kita pulang sekarang."ajak Hanan sembari menarik tangan Zahra.
"Rasain, Zahra di ganggu sih. Kamu nggak tau kan backingan nya siapa?"ledek Wawa yang memang lebih bar-bar di banding kedua sahabat nya
Wawa dan Bilqis pun ikut pergi meninggalkan Vina yang terlihat begitu malu, terlebih lagi Dion terlihat marah pada nya.
Sementara di dalam mobil, Zahra hanya menunduk. Dia tidak berani berbicara sementara Hanan juga tidak bicara apa-apa, dia hanya fokus mengemudikan mobil dengan emosi di hati nya.
Sesampainya di rumah, Hanan memarkirkan mobil nya di halaman rumah. Terlihat Bu Sinta sudah berdiri di depan teras untuk menyambut kedua anak nya.
"Assalamu'alaikum Bun."
"Wa'alaikumsalam, ada apa kak?"tanya Bu Sinta langsung ketika melihat kedua anak nya yang tampak seperti lagi ada masalah.
"Bunda lihat saja wajah anak bunda."titah Hanan lalu dia masuk ke dalam rumah.
"Dek, ada apa?"tanya Bu Sinta sembari mengangkat wajah Zahra yang tertunduk.
"Astaghfirullahaladzim nak. Kamu kenapa?"pekik Bu Sinta.
Hanan tampak duduk di sofa untuk meredam emosi nya. Kemudian Bu Sinta membawa Zahra ke dalam rumah.
"Apa yang terjadi, kak? Kenapa adik kamu bisa seperti ini?"tanya Bu Sinta
"Ada wanita gila di kampus nya Ara."jawab Hanan kesal
Bu Sinta kembali mengalihkan pandangannya pada Zahra"Cerita sama bunda, ada apa dek?"
Zahra menunduk takut."Bunda, Ara juga tidak tau masalah nya apa tapi tiba-tiba Ara di tuduh merebut pacar teman nya Ara, padahal Ara tidak tau apa-apa, bun."
"Astaghfirullahaladzim."ucap Bu Sinta tak habis pikir
"Sebentar bunda ambilkan air hangat dulu."ucap Bu Sinta
Zahra memberanikan diri untuk bicara pada Hanan."Kak, kakak marah sama Ara, ya? Ara beneran nggak pernah deketin cowok manapun kok, apalagi sampai merebut pacar orang."ucap Zahra menunduk takut.
Hanan melirik adik nya sekilas, sebenarnya ia bukan marah pada Zahra melainkan pada Vina. Hanan tak terima jika adik nya diperlakukan seperti itu apalagi di depan mata nya sendiri.
"Kakak tidak marah sama Ara tapi sama wanita itu. Kakak tidak terima kalau kamu disakitin kayak gini."ucap Hanan
"Hiks...hiks... Maafin Ara, kak."
"Ara nggak salah kok, jangan nangis ya. Kakak tau kamu nggak mungkin ngelakuin itu."jawab Hanan
Tak lama Bu Sinta pun kembali sembari membawa mangkok yang berisi air hangat. Bu Sinta pun mengompres pipi Zahra yang terlihat sudah bengkak.
"Aw, sakit bun."Zahra merintih kesakitan.
"Tahan sebentar ya, bunda pelan-pelan kok."ucap Bu Sinta lembut
"Sekarang Ara istirahat ya."ucap Bu Sinta setelah selesai mengompres pipi nya.
"Iya Bun."
Zahra pun menuju lantai dua dimana kamar nya berada.
"Emang nya gimana sih kejadian nya, Kak?"tanya Bu Sinta
"Hanan juga kurang tau bun masalahnya apa tapi yang jelas ketika Hanan tiba di depan kampus, Hanan melihat wanita itu menampar Ara."
"Astaghfirullahaladzim."
"Bunda nggak usah khawatir, setelah ini akan Hanan pastikan tidak akan ada lagi yang berani menyakiti Ara."
Bu Sinta mengangguk, dia tau Hanan tidak mungkin tinggal diam jika sudah menyangkut keselamatan adik nya.
"Hanan, kembali ke rumah sakit lagi ya, bun."
"Iya, kamu hati-hati ya."
"Iya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Hanan kembali ke rumah sakit karena sore nanti dia masih ada pasien. Sementara Bu Sinta menuju kamar putri nya. Terlihat Zahra sudah tertidur pulas masih dengan pakaian kuliah nya tadi pagi.
...To be continued 👇...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments