Setelah kejadian mengerikan itu,hidupku berubah. Aku tidak lagi seceria dulu,aku tidak lagi sebahagia dulu,aku hanya bisa merenung di kamar ku menatap keluar jendela memikirkan Mama yang kini sudah pergi meni ggalkanku. Beberapa hari setelah kejadian itu,aku enggan untuk keluar rumah,aku tidak ingin bertemu siapapun termasuk Aci. Bahkan Papa pun selalu membujuk ku untuk bermain di luar,dan bertanya apa yang aku inginkan lagi. Kini aku hanya bisa bergeleng dan tidak merasa meninginkan apapun selain kehadiran Mama lagi. Aku begitu sedih,aku begitu hancur,aku memang masih kecil tapi kejadian yang aku lihat saat itu,cukup membuat aku trauma dan merasa takut untuk keluar rumah.
Seseorang masuk ke dalam kamar ku tanpa mengetuk nya. Aku tetap di posisi ku,duduk di depan jendela sambil menyenderkan kepala ku di atas meja. Seseorang ikut duduk di sampingku,dia mengelus punggung ku dengan lembut,aku melirik ke arah nya. Itu Aci,dia terlihat ikut sedih denganku, aku merindukan Aci karena beberapa hari ini aku menolak bertemu dengan dia,sahabat ku satu-satunya.
Aku menatapnya dengan wajah yang sangat sendu,tidak lagi ada senyuman yang terpancar di wajahku.
Aci mulai menangis melihat ku,dan aku juga kembali ikut menangis melihatnya. Aku langsung memeluk nya dengan erat.
“Mama Aca sudah pergi,Aca ga punya Mama” ucap ku di dalam pelukan Aci.
“Aca.. Aca kan masih punya Mama Shani,Mama Shani juga sayang sama Aca kaya Mama Diba,Aca juga kan masih punya Aci yang mau nemenin Aca selamanya” ucap nya bersungguh-sungguh.
Lalu aku melepaskan pelukan nya.
“Aci ga boleh tinggalin Aca ya” ucap ku begitu takut di tinggalkan oleh nya,karena aku tidak ingin merasa lebih kesepian lagi.
“Aci janji” ucap nya sambil mengacungkan jari kelingking nya.
Aku menyautkan kelingking ku di kelingking nya,lalu aku menghapus air mata Aci yang ada di pipinya,begitupun Aci yang ikut menghapus air mataku yang masih berlinang di pipi ku.
Kami beruda akhirnya tersenyum lalu aku kembali ke duniaku yang baru tanpa Mama. Aku sudah mulai bisa menerima semuanya dengan hati yang tenang. Karena Mama Shani sekarang menggantikan posisi Mama untuk merawatku,dia tampak lebih menyayangiku dari sebelum nya. Aku melihat Mama Shani seperti memiliki dua anak yang harus di rawatnya,dan itu membuat aku sedikit bisa melupakan kepergian Mama. Namun tetap saja ada yang terasa berbeda.
___
Beberapa bulan berlalu.
Malam itu jam 22.00 aku tidak bisa tidur di kamarku,akhirnya aku memutuskan untuk berkeliling di sekitar rumah untuk menghilangkan kejenuhan ku. Aku melihat Papa yang sedang melamun di ayunan yang berada di taman. Tidak ada anak buah nya di sekitar sana,mungkin Papa sedang tidak ingin di ganggu,tapi aku mencoba untuk ikut bergabung dengan nya di ayunan.
“Aca boleh ikut duduk?” Tanya ku meminta izin.
Papa menatap ku sayu,namun dia langsung menggeserkan badan nya memberikan tempat untun ku duduk.
“Kenapa Aca belum tidur ?” Tanya Papa.
“Aca kangen Mama” jawab ku begitu jujur.
Papa langsung merangkul ku,dan mendekatkan ku ke tubuh nya yang hangat. Aku mengangkat kedua kaki ku ke kursi ayunan untuk menutup tubuh ku yang dingin.
“Papa juga”
“Iya kah?” Tanyaku tak percaya sambil melirik nya.
“Tentu saja. Tiap hari Papa kangen sama Mama” jawab nya dengan terlihat bersungguh sungguh.
“Aca juga” jawab ku.
Lalu kita diam sejenak.
“Pa. Kenapa sih Aca ga boleh sekolah di luar?” Tanya ku yang selalu penasaran dengan hal yang selalu aku impikan.
Papa menarik nafas begitu dalam.
“Aca. Papa kan sudah pernah bilang,ini semua demi kebaikan kalian,papa tidak ingin terjadi sesuatu yang mengerikan kepada kalian” jawaban Papa masih saja sama.
“Iya tapi kenapa ? Apa yang akan terjadi kepada kita Pa? Kenapa harus terjadi sesuatu yang mengerikan kepada keluarga kita?”
Papa menatap ku begitu bingung. Papa mungkin tidak menyadari jika anak nya ini sudah tumbuh besar,dan banyak mengerti segala hal bahkan rasa ingin tahu nya sudah semakin tinggi.
Papa menggenggam satu tangan ku,karena tangan satunya masih merangkulku begitu erat.
“Dengarkan Papa baik-baik ya Nak. Kamu sekarang masih belum begitu siap untuk mengetahui yang sebenarnya,kamu masih belum cukup umur untuk papa jelaskan segalanya, nanti ketika kamu sudah besar Papa janji kamu pasti akan mengetahui segalanya,kamu akan mengerti kenapa Papa seperti ini,kamu juga akan mengerti apa yang Papa lakukan itu sudah begitu baik untuk kamu”
Aku diam mencerna setiap ucapan nya yang begitu meyakinkan.
“Sekarang Papa minta sama kamu,tolong kamu nurut sama Papa,sama Papa Denis,Mama Shani dan Sus Lena,karena mereka akan memberikan kamu yang terbaik di rumah ini,oke?”
Aku mengangguk karena memang perintahnya tidak mudah untuk di bantah.
“Oke kalau begitu,sekarang Aca harus tidur karena besok guru Aca datang lebih pagi lagi” pinta Papa melepaskan rangkulan dan genggaman tangan nya.
Aku menurunkan kakiku dan memakai alas kaki ku. Aku melirik Papa yang masih tersenyum kepadaku namun aku begitu bisa melihat kesedihan nya karena merindukan Mama.
Aku mengecup pipi Papa dengan lembut lalu memeluk nya.
“Aca sayang Papa”
“Papa juga sayang sekali sama Aca” jawab nya.
Aku langsung melepaskan pelukan nya dan berlari menuju kamarku untuk menuruti perintah Papa ku untuk tertidur.
Keesokan hari nya aku terbangun karena Sus Lena membangunkan ku.
“Non Aca bangun ayo,itu gurunya sebentar lagi datang,Non harus siap siap sekolah” ujarnya seolah aku akan terlambat pergi sekolah,padahal sekolah ku ya rumah ku sendiri,walaupun telat ya kita tetap berada di dalam rumah.
Ketika selesai berpakaian,aku turun dari tangga. Tapi baru setengah jalan aku menuruni nya,aku mendengar Mama Shani dan Papa Denis yang sedang berbincang di ruang keluarga.
“Ya tapi Mas Theo gimana sih? Masa dia ga mikirin kesehatan mental anak nya?” Ucap Mama Shani yang terlihat sekali geram.
Aku kembali naik ke beberapa tangga untuk bersembunyi dan menguping mereka dengan tidak terilihat.
“San, kamu tau ini demi kebaikan kita bersama,kamu tau itu kan?” Ucap Papa Denis.
“Ya tapi,aku sudah berjanji ke Mbak Diba untuk menjaga Aca,aku sudah berjanji untuk membesarkan mereka bersama”
“San ini tidak aman untuk semuanya,kamu harus mengerti,situasi kita sudah semakin genting,kamu harus percaya apa yang kita lakukan itu untuk keselamatan kalian”
“Pokoknya aku ga mau,kalianh harus cari jalan lain selain cara ini” ujar Mama Shani dengan begitu tegas lalu dia pergi meninggalkan Papa Denis yang berusaha membujuk istrinya itu.
Mereke berjalan tanpa melihat keberadaan ku yang berdiam di tangga.
Apa maksudnya dengan kesehatan mental ku ? Kenapa mereka meributkan tentang ku?
Lalu aku berusaha melupakan segalanya dan kembali turun menemui guru ku yang sudah menunggu di ruang belajar.
Aci sudah berada disana lebih dulu,dia sedang membaca buku yang di berikan guru kami itu.
“Aca kok telat lagi sih?” Tanya Aci.
“Iya tadi aku sakit perut” jawab ku berbohong.
Lalu kami mulai belajar bersama dengan di arahkan oleh guru bayaran ini.
Beberapa hari berlalu,aku mendengar suara tangisan dari luar ketika masih pagi buta. Aku terbangun dan mendengar kembali tangisan itu.
Itu Aci,dia sedang menangis histeris. Aku langsung beranjak dari kasur dan langsung berlari keluar mencari keberadaan Aci,sepertinya suaranya berasal dari ruang tamu. Dan benar saja Aci sedang menangis di dalam genggaman Papa Denis,dia sedang menangis menahan diri agar tidak ikut dengan orang-orang yang akan membawanya pergi dari sini.
“Aci ga mau pergi,Aci mau disini sama Aca, Aci udah janji mau nemenin Aca disini selamanya” ucap Aci sambil menangis dan menarik tangan nya untuk melepaskan diri.
“Acii!!” Teriak ku sambil berlari ke arah nya.
“Acaaaa!!!” Teriak Aci yang berhasil melepaskan tangan nya dari Papa nya.
Kami berdua langsung berpelukan sambil menangis.
“Aci mau kemana ? Kenapa Aci pergi?” Tanyaku sambil terus memeluk dia begitu erat,takut dia tiba-tiba pergi begitu saja.
“Aci ga mau pergi,Aci mau disini sama Aca”
Papa Theo menghampiri ku dan mengelus kepalaku dengan lembut.
“Aca sayang, Aci harus pergi, Aci sama Mama Shani ada perlu dulu keluar sebentar”
“Ngga Papa Theo bohong,kenapa kalau sebentar baju Aci semua di bawa ke mobil,kenapa barang-barang Aci juga di bereskan” teriak Aci yang mengetahui jika kebohongan mereka semua.
“Katanya Papa sayang sama Aca,kenapa Papa pisahin Aca sama Aci ? Aca ga ada temen lagi selain Aci Pa” ucapku sambil terus menangis dengan isakan yang membuat dada ku sakit.
“Aca..” panggil lembut Mama Shani berusaha bergantian membujuk ku.
“Aci pergi ga akan lama,nanti kalian pasti ketemu lagi,tapi sekarang kami harus pergi dulu sementara waktu untuk pekerjaan kami Nak,Aca disini dulu ya”
“Ngga,Aca ga mau. Kenapa Mama Shani juga jahat? Katanya Mama Shani mau gantikan Mama Diba,Mama Shani mau jaga Aca sama Aci sama sama kenapa sekarang Mama Aci pergi ? Mama Shani udah ga sayang Aca lagi?” Tanya ku yang begitu kecewa dengan nya saat ini.
Mama Shani ikut sedih,dia menangis. Dia memeluk ku dengan lembut.
“Maafkan Mama Shani sayang,Mama tidak bisa memegang janji Mama Shani ke Mama Diba,ini untuk kebaikan kalian” ucap nya sambil memeluk aku dan Aci.
Lalu Papa Denis menghampiri kami dan menarik lengan Aci.
“Sayang kita harus pergi dulu yaa,Papa Denis janji kalian pasti akan bertemu lagi”
“Ngga..ngga Aci gamau”
“Ngga Aci jangan tinggalin Aca sendiri disini” Papa Theo menahan tangan ku.
“Papa Aci tolong,biarin Aci disini sama Aca” ujar Aci yang terus di tarik olah Papa nya sekiat tenaga nya.
Kami berdua menangis tidak bisa mengejar satu sama lain.
“Ngga Aca ga mau,Papa jahat sama Aca Papa Jahat lepasin Aca” ucap ku berontak berusaha melepaskan diriku dari pelukan Papa.
“Sayang tolong dengarkan Papa,ini demi kebaikan kalian Nak,Papa janji Papa akan jelasin semuanya”
“Ngga Aca ga mau”
Lalu aku melihat Aci yang sudah berhasil di masukan ke dalam mobil dan dia duduk di bagian belakang mobil.
Aci langsung duduk melihat ke jendela belakang mobil untuk mengetuk ngetuk jendela berusaha untuk meminta mereka mengeluarkan nya dari sana. Mama Shani tidak kalah sedih nya dengan kami,dia juga ikut menangis hanya saja dia tetap mengikuti perintah suaminya. Mobil sudah di hidupkan,mereka hampir pergi dan aku berhasil melepaskan diri dari genggaman Papa. Aku berlari sekuat tenaga untuk mengejar mereka,Aci menggedor jendela belakang mobilnya sambil terus menangis.
“Acii turun Aci” pinta ku namun mobil langsung melesat begitu cepat dari dalam rumah.
Gerbang pun langsung di tutup dengan cepat oleh anak buah Papa ku. Aku hanya bisa menangis di balik gerbang yang tinggi ini sambil terus menyerukan nama Aci.
Papa menghampiriku dan memegang punggung ku.
“Sayang”
“Lepasin Aca. Papaa jahat,Papa ga sayang sama Aca, Aca benci sama Papa. Aca ga mau ketemu Papa lagi” ucap ku dengan penuh amarah lalu pergi meninggalkan nya sendiri di gerbang dengan raut wajah yang tidak bisa aku artikan.
Papa juga mungkin sedih,Papa juga sebenarnya mungkin tidak ingin melakukan ini kepadaku,tapi sekali lagi seperti apa yang di katakan semua orang kepadaku ‘ini untuk keselamatanku’ walau sampai saat ini aku tidak pernah tahu apa maksudnya semua ini. Kenapa hal yang menyakitkan ini semua harus demi kebaikan ku dan keselamatanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments