Siang nya aku dan Aci sudah bersiap untuk pergi. Mama ku dan Mama Shani pun sudah ikut bersiap untuk pergi.
Kami semua berjalan bersama sama menuju mobil kami yang besar itu. Yang menyetir Papa Denis dan di samping nya ada Papa ku yang sibuk mengecek handphone,aku dan Mama duduk di kursi tengah yang hanya memiliki 2 kursi seperti kursi pijat. Dan di belakang ada Aci dan Mama Shani.
“Kita pergi kemana Pa?” Tanyaku kepada Papa yang sedang fokus di depan.
“Kita akan pergi ke dermaga” jawab Papa sambil memutarkan badan nya agar bisa melihatku.
“Dermaga?” Tanyaku.
“Kita mau naik perahu?” Tanyaku lagi.
“Kita naik perahu untuk sampai ke sebuah pulau yang indah sekali” jawab nya.
Aku melirik Aci yang ada di belakangku. Ternyata ekspresinya sama sama tidak percaya denganku.
“Beneran Pa?” Tanyaku.
“Bener. Kalian senang?” Tanya Papa sambil kembali duduk menghadap depan.
“Senaaannggggg!!!” seru ku dan Aci.
Mama dan Mama Shani hanya bisa tersenyum melihat anak-anak nya bahagia.
Sesampainya kami di dermaga,kami melihat sudah ada beberapa speed boat putih yang tersedia yang berukuran cukup besar.
Aku dan Aci berlari langsung menuju speed boat itu. Sus Rini mengejarku juga Aci sambil menggendong tas kecil yang berisikan makanan kecil kami.
Ada orang yang sudah menunggu kami di dermaga,dia membantu kami naik ke speed boat nya. Aku dan Aci melompat kegirangan menyisir setiap suduh yang ada di speed boat besar itu. Kita berlari kebagian belakang,lalu ke tengah tempat yang tertutup dengan ada kursi dan jendela di sekitarnya. Lalu kami ke bagian depan melihat setir kapal ini yang banyak sekali tombol dan tempat duduk nya.
“Aca, Aci hati-hati nak” ucap Mama Shani.
“Ma nanti kita boleh berenang lihat ikan kan?” Tanyaku sambil ikut duduk di samping Mamaku.
“Boleh dong,Mama kan sudah siapkan baju berenang nya untuk kalian”
Aku dan Aci lagi-lagi bertatapan dengan senang.
“Horeeee”
“Bilang apa dulu sama Papa kalian?” Ucap Mama Shani.
Aku dan Aci menghampiri Papa kami masing-masing yang duduk di belakang. Aku memeluk Papa ku,dan Aci memeluk Papa Denis,lalu kami bertukar memeluk Papa satu sama lain untuk mengucapkan terimakasih.
“Terimakasih” ucap ku dan Aci kepada mereka yang sudah membuat kami begitu bahagia.
Lalu kami duduk kembali bersama di bagian depan kapal sambil terus melihat keluar jendela.
Ada Om Bimo juga yang ikut di speed boat ini. Dia yang mengomando anak buah Papa yang mengikuti kami menggunakan speed boat lain nya.
Sesampainya kami di sebuah pulau kecil tak berpenghuni ini. Kami langsung turun menginjak jembatan kayu yang sepertinya rapuh ini.
Aku dan Aci sangat bahagia. Kami melepaskan sandal kami dan berlari menuju pesisir laut yang berpasir putih ini. Disini tidak ada ombak jadi kami bisa berenang di pantai dengan aman.
Kami mengganti baju dan mulai berenang dengan bahagia. Mama Diba dan Mama Shani pun ikut bermain air dengan kami,mereka membuat kami tambah bahagia. Papa Theo dan Papa Denis berjaga di pinggir pantai memerintah semua anak buahnya untuk berpencar melindungi pulau ini.
Aku heran dan penasaran,tapi aku tidak bisa bertanya kepada mereka.
Lalu aku kembali menikmati kebahagiaan ini yang hanya bisa aku rasakan mungkin satu bulan sekali.
Setelah puas bermain di pulau itu. Papa meminta kami berganti pakaian,karena dia sudah lapar dan mengajak kami ke restaurant di sekitar pantai sana.
“Kita mau makan dimana Pa?” Tanyaku.
“Kita akan makan di restaurant apung yang ada di sekitar pulau ini”
“Aca udah laper”
“Iya aku juga” saut Aci sambil memegang perutnya.
“Mas. Chiko sudah ada disana?” Tanya Mama Shani kepada Papa Denis.
“Sudah. Chiko sudah berada disana bersama Rey dan yang lain” jawab Papa Denis.
“Kachiko ikut Ma ?” Tanya Aci dengan sangat bahagia.
Mama Shani mengangguk.
“Horee,kita bisa main lagi sama Ka Chiko” seru Aci kepadaku.
Aku ikut senang dan melompat bersama Aci.
Chiko teman kecil ku,ketika aku dan Aci Balita dia yang selalu mengajak bermain kami. Namun ketika dia masuk SD dia pindah dari rumah ku dan entah tinggal bersama siapa. Kami jarang bertemu dengan Chiko,bisa sampai 2 bulan lamanya kita tidak bertemu,ketika bertemu pun kami sudah tidak se seru dulu yang masih bisa bermain kucing-kucingan atau petak umpat. Dia jadi lebih kaku dan cenderung pendiam,tapi dia tetaplah ramah dan baik hati. Sekarang aku dan Aci kelas 4 SD sementara Chiko sudah masuk SMP kelas 2,dan enak nya,dia bisa bersekolah keluar tidak sepertiku ataupun Aci. Mama selalu berkata jika Chiko laki-laki jadi dia harus bersekolah di luar tidak seperti aku dan Aci. Dan percayalah,dulu aku berfikir semua anak perempuan sama sepertiku,bersekolah hanya di dalam rumah,tidak memiliki teman sekolah,ataupun teman bermain di sekolah,ternyata dugaan ku salah. Aku sudah cukup mengerti jika tidak semua anak perempuan sepertiku.
Setelah sampai kembali di sebuah dermaga. Kami langsung di suguhkan dengan restaurant yang berada di atas pantai. Ya walaupun sebenarnya ini tidak jauh dengan pesisir pantai,tapi tetap restaurant ini sangat mewah dan megah.
“Ayo Aca kita samperin Ka Chiko” ajak Aci.
Aku mengangguk,dan tangan ku di tarik olehnya.
Ka Chiko ternyata sudah menunggu kami di salah satu meja di restaurant itu. Ketika melihat kami berlari,dia langsung turun dari kursi dan siap menyambut kami dengan melentangkan kedua tangan nya.
Dia sudah semakin besar,sudah semakin tinggi dan sudah semakin terlihat tampan,rambut dia berwarna pirang sama seperti rambut Aci dan Ibunya. Umurnya mungkin sudah 14 tahun saat itu,tapi entah kenapa dia malah semakin terlihat tinggi sekali.
Aku dan Aci memeluk Ka Chiko bersamaan. Ka Chiko memeluk kami sambil berjongkok,karena tingginya sudah tidak mengimbangi kami lagi.
“Kalian dari mana ?” Tanya Ka Chiko.
“Kita habis berenang Ka,Kaka kenapa ga ikut ?” Tanya Aci.
“Karena Kaka masih sekolah tadi” jawab Ka Chiko.
Dia melirik ku yang masih terlihat malu-malu.
“Aca apa kabar?” Tanya nya.
“Aca baik Ka Chiko,Ka Chiko apa kabar?” Tanya ku balik.
“Kaka baik,baik sekali. Kaka kangen sama kalian” ucap nya sambil kembali memeluk kami.
“Ka. Aci laper” rengek Aci yang memang sudah kelaparan ini.
“Ya udah ayo kita duduk,kaka sudah pesankan pizza untuk kalian makan dulu”
“Assiikk”
Lalu kami berdua pergi menuju meja yang tadi di duduki Ka Chiko.
Ka Chiko menyusul,karena dia harus menyambut kedua orang tua kami terlebih dahulu.
Aku dan Aci langsung duduk dan menyantap makanan yang sudah berada di meja makan.
Kedua orang tua kami menyusul dan duduk di meja yang berbeda. Restaurant itu tampak sepi,dan hanya terlihat kami saja di sekitar sana,bahkan di banding pelayan restaurant sepertinya lebih banyak anak buah Papa yang berkeliaran di sekitar sana di banding karyawan nya,namun aku sudah terbiasa dengan semua ini.
Ka Chiko membantu kami makan dan mengambilkan apa yang kami mau. Dia tampak menyayangi kami tanpa membeda beda kan,mana adik kandung dan mana bukan,namun tetap saja,aku masih selalu merasa malu berada di dekatnya,tidak seperti Aci yang leluasa memperlakukan Kakak kandung nya itu dengan berbuat manja.
“Sebentar,ada yang ketinggalan di speed boat” ucap Mama ketika kami semua tengah makan dengan lahap.
Mama pergi dari tempat makan,dia berjalan menyusuri jalan kayu yang ada di atas air pantai ini,dia berjalan menuju speed boat kami di parkiran. Namun tak berselang lama,kami mendengar ledakan yang begitu besar,yang membuat kami terdiam sejenak dan berlari ke arah sumber suara dengan cepat. Aku dan Aci ikut berlari mengikuti kemana semua orang berlari,dengan perasaan yang takut namun penasaran.
Aku berdiri di sisi jembatan kayu ini ingin melihat lebih dekat apa yang sudah membuat ledakan besar itu namun kami semua di tahan oleh salah satu bawahan Papa. Aku melihat ada tubuh manusia yang mengambang menghadap bawah dengan langan terlentang tepat berada di samping speed boat dengan masih berpakaian seperti Mama,dan cairan merah seperti darah yang ikut mengalir di sekitarnya orang yang mengambang itu.
Seseorang langsung menarik ku belakang,dan dia memegang kepalaku kedalam pelukan nya,seolah dia menutupi hal yang baru saja aku lihat.
Hatiku berdegup sangat cepat,aku langsung berfikir apa itu Mama ? Kenapa Mama mengambang seperti itu di sana? Kenapa Mama berlumuran darah? Aku masih shock,aku hanya bisa membuka mata ku dengan lebar di dalam pelukan laki-laki ini,nafasku semakin berat dan jantungku berdetak begitu kencang.
Sampai akhirnya aku mendengar teriakan Papa yang sangat kencang dan mengagetkan ku.
“Dhibaaaaaaa!!!!”
Seketika air mataku ikut mengalir deras di pelukan laki-laki itu. Aku menangis namun aku tak kuasa melihat kembali manusia yang sudah mengambang di air yang ternyata itu adalah Mama. Aku menangis sejadi mungkin,namun laki-laki itu menahan kepalaku agar aku tidak berbalik untuk melihat kejadian mengerikan itu lagi. Aku tidak tahu keberadaan Aci,aku tidak peduli dengan sekitarku,aku hanya terus di peluk oleh laki-laki ini yang ternyata adalah Ka Chiko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments