Perfect Protector
Pagi itu aku terbangun dari tidurku. Aku ingat umurku masih berumur 8 tahun,aku masih tertidur di kasur berukuran sedang dengan banyaknya boneka di kamarku. Kamarku penuh dengan mainan dan pajangan berwarna biru kesukaanku. Aku memiliki segalanya,Papa memberikan apa yang aku inginkan,dan sudah bukan apa yang aku butuhkan. Dia akan memberikan apa yang aku inginkan tanpa bernegosiasi,asalkan aku bisa menurut kepadanya. Namun itu tidak membuatku menjadi anak yang pembangkang ataupun menjadi anak yang manja sekali. Aku masih di ajarkan sopan santun dan rendah hati kepada orang lain,papa mengajariku cara menghormati dan menghargai orang yang lebih tua. Dia tegas dan dia disiplin,berbeda dengan Mama,yang begitu baik hati dan memanjakanku,namun aku tetap menyayangi keduanya.
Aku mengerjapkan mataku dari berisiknya Sus Rini yang terus membangunkan ku.
“Ayo non,bangun. Non Aci sudah menunggu non Aca di bawah,katanya mau berenang pagi” ucap Sus Rini,sambil membuka tirai jendela.
Dia adalah pengasuhku,dia yang di sewa Papa untuk menemani ku seharian. Dia sudah menjadi pengasuhku sejak aku bayi,jadi aku sudah pasti akan menurut kepadanya.
“Iya iya iya Sus” ucap ku sambil bangun dari tidurku walaupun dengan malas.
Aku lupa jika hari ini aku ada janji dengan Arsy atau memiliki nama panggilan Aci,dan aku Arsya atau selalu di panggil dengan panggilan Aca. Aca dan Aci,ya kita bukan kembar tapi sejak dari balita aku dan Aci sudah berada dalam satu rumah yang sama.
Papa nya,Papa Denis itu adalah rekan kerja Papa ku,atau kami sebut dengan Papa Theo. Aku dan Aci memang seperti memiliki 2 Ibu dan 2 Ayah,karena kita berada dalam satu atap yang sama,dan kita di perlakukan sama oleh orang tua satu sama lain.
Namun bedanya,Aci memiliki seorang Kaka yang bernama Chiko beda umurnya sekitar 5 tahun,dan Chiko bersekolah di luar rumah. Berbeda dengan ku juga Aci yang home schooling. Aci sebenarnya beda 1 tahun di bawahku,tapi karena Papa ku ingin agar aku memiliki teman belajar Aci akhirnya ikut homeschooling lebih awal denganku.
Dari umurku 4 tahun,aku sudah home schooling di rumah,sampai aku masuk SD sekarang,aku masih home schooling. Aku tidak pernah di izinkan Papa untuk keluar rumah tanpa izin darinya.
Aku pernah keluar untuk sekedar ke mall atau makan di luar,tapi itupun di antar oleh beberapa orang untuk penjagaan dan kami benar-benar di protect seperti anak presiden.
Papa tidak ingin aku berinteraksi dengan orang yang tidak aku kenal. Papa melarang aku untuk bertegur sapa dengan teman sebayaku di sekitar komplek,bahkan Papa tidak pernah mengizinkan aku memiliki teman selain Aci.
Aku tidak pernah tau alasan sebenarnya. Papa selalu mengatakan,jika semua yang dia lakukan itu untuk kebaikan dan keselamatanku.
Aku selalu bertanya,keselamatanku dari apa ? Kenapa Papa bisa sampai menjaga ku sampai seperti itu ? Memang aku ini siapa ? Apa yang sudah aku lakukan sampai Papa harus menjagaku ?
Namun saat itu aku masih terlalu kecil untuk banyak bertanya. Di samping itu,Papa memang tegas dan menyeramkan,jadi apa yang keluar dari mulutnya,harus selalu di turuti dan tidak bisa di bantah. Bukan hanya kepadaku,tapi kepada semua anak buahnya yang selalu berkeliaran di sekitar rumah.
“Aciii” teriak ku kepada Arsy yang sudah menungguku di samping kolam renang sambil bermain dengan Mama nya sendiri atau aku memanggil nya Mama Shani.
“Hallo Aca” sapa Mama Shani sambil mengambil anduk di bahuku.
“Kamu kok lama ?” Tanya Aci sambil mengerutkan keningnya.
“Aku baru bangun” jawab ku sambil tersenyum kikuk.
Sus Rini menghampiriku.
“Non,mau makan dulu? Nanti masuk angin loh” ucap Sus Rini memperingati.
“Ga apa-apa Sus,aman kok nanti aku sambil siapin roti buat mereka nyemil” ucap Mama Shani dengan begitu lembut.
Sus Rini hanya mengangguk menuruti perkataan Mama Shani
“Nanti kalau perlu apa-apa panggil saya aja ya Bu” ucap Sus Rini.
Sekarang giliran Mama Shani yang mengangguk. Lalu Sus Rini pergi.
“Mama Shani ? Mama Diba mana ?” Tanyaku menanyakan keberadaan Mama ku sendiri.
“Mama Diba lagi ngobrol sama Papa di atas,nanti juga turun nemenin Aca berenang”
Aku tersenyum mendengar jawaban Mama Shani yang begitu lembut.
“Yauda yu Aca kita berenang” ujar Aci dengan semangat.
“Ayoo” jawab ku sambil menggandeng tangan nya berjalan menuju ujung kolam renang yang sangat luas ini.
Aku akan berikan sedikit gambaran dengan rumah ku ini.
Rumah ku sangat besar,sangat besar sekali,sampai di halaman nya ada tempat bermain sepeda khusus untuk ku. Ada kolam renang khusus untuk ku,ada taman bermain yang hampir kumplit dengan banyak permainan di dalam nya. Bahkan di dalam rumah ku,aku memiliki rumah-rumah an kecil di suatu ruangan yang membuat aku selalu bermain seperti di dalam istana bersama Aci dan Kakanya dulu.
Semua yang aku inginkan selalu Papa kabulkan,namun teman bermainku hanyalah Aci saja. Tetap terasa kurang bukan ?
Aku dan Aci bermain bersama di kolam renang. Kami sangat suka sekali berenang,bahkan aku selalu mencoba melompat dari papan yang hanya tingginya 2 meter saja,walaupun Mama selalu memarahiku karena katanya melompat dari papan itu berbahaya,tapi aku selalu mencuri curi kesempatan untuk bisa meloncat dari papan 2 meter itu dan sampai sejauh ini aku baik-baik saja.
Aku pernah les renang tapi les renang pun hanya datang selama 2 minggu sekali dan itupun berganti ganti. Papa benar-benar menjaga kerahasiaan keluarganya bahkan dari guru guru ku. Seolah Papa tidak ingin ada orang lain yang mengetahui keberadaan keluarganya,dia ingin kehidupan nya tetap terjaga kerahasiaan nya.
“Sayang” ucap Mama ku yang baru saja datang dan ikut duduk bergabung dengan Mama Shani.
“Mama” saut ku sambil terus berenang gaya punggung yang belum aku capai sampai ujung.
“Hallo Mama Diba” sapa Aci sambil melambaikan tangan nya yang basah di pinggir kolam.
“Hallo Aci, berenang nya udah yuk Mama udah selesai masak” ucap Mama Diba.
“Udah selesai mbak ?” Tanya Mama Shani dengan sebutan ‘mbak’ ke Mama ku.
Karena memang Mama Shani lebih muda dari Mama Diba,mungkin umur mereka hanya terpaut 5 tahun saja,tapi mereka berdua tetap terlihat seumuran seperti umur 30an.
“Udah,aku udah selesai dari tadi,tapi aku lagi ngobrol sama Theo dulu di atas” jawab Mama Diba.
“Ya udah ayo ayo naik,cepat mandi” ucap Mama Shani sambil meminta kami untuk naik dari kolam renang.
Aku dan Aci saling tatap karena sedih,harus mengakhiri kesenangan ini.
Mama kami masing-masing langsung menyelimuti kami dengan anduk,dan menepuk-nepuk badan kami yany basah ini dengan handuk tebal.
“Ma,Papa dimana ?” Tanya ku kepada Mama yang sedang duduk sambil mengeringkan badanku dengan handuk.
“Papa ada di atas,kenapa ?” Tanyanya.
“Papa kan sudah janji mau ajak Aca keluar hari ini” ucap ku dengan sedih.
Aku sedih karena Papa selalu seolah dia lupa dengan janjinya yang akan mengajak ku keluar. Dia tidak pernah ingkar janji untuk hal apapun yang aku minta,tapi untuk yang satu itu,dia senang sekali mengulur waktu untuk tidak mengajak ku keluar rumah,mungkin tujuan nya agar aku tidak rewel dan berisik,akhirnya dia selalu menjanjikan besok nya lagi dan besok nya lagi.
“Papa kan masih sibuk sayang,nanti saat makan kita akan tanyakan lagi sama Papa ya” ucap Mama menenangkanku.
Selesai mandi dan berpakaian. Kami semua akhirnya duduk di dalam satu meja. Aku dan Mama duduk di ujung sebelah kanan dekat dengan Papa yang memimpin makan,lalu di sebrang Mama ku ada Papa Denis,Mama Shani dan Aci yang berada di dalam satu meja bulat panjang.
Papa itu laki-laki bertubuh tinggi tegap,dengan kumis tipis dan baju yang selalu rapih setiap saat,bahkan saat dia dirumah dia masih selalu memakai pakaian rapih nya. Dia tampan tapi dia terlihat sekali tegas seperti seorang prajurit TNI,tidak jauh beda dengan Papa Denis atau Papanya Aci,Papa Denis juga tampan namun dia berkumis agak tebal dan rambutnya pun lebih panjang dari Papa Theo. Mereka hanya rekan kerja,tapi mereka sudah terlihat seperti adik dan kakak di dalam rumah ini,mereka bekerja sama-sama,kemanapun Papa pergi Papa Denis pasti mengikuti.
“Gimana tadi berenang nya seru?” Tanya Papa sambil menyantap makanan nya.
“Seru Pa” jawab ku sambil tidak berhenti makan juga.
“Seru Papa Theo,tadi Aca ngalahin lagi Aci di balapan berenang” jawab Aci ikut dalam pembicaraan.
“Benarkah?” Tanya Papa seperti antusias untuk mendengarnya.
“Iya. Aca makin cepet berenang nya,terus sekarang Aca udah loncat dari papan yang tinggi” jawab Aci yang sangat baik itu sudah membocorkan hal yang seharusnya tidak dia katakan di depan Mama.
Aku melirik Mama,melihat bagaimana ekspresinya ketiak mendengar ucapan Aci.
“Hmmm apa Mama bilang soal loncat dari papan?” Ucap Mama sambil kembali mengalas nasi untuk Papa yang senang sekali dengan masakan Mama.
“Tapi Mama Shani bolehin,kan ya mah ?” Ucap ku mencari pembelaan.
Mama Shani hanya tersenyum.
“Ya karena Mama Shani ga mau marahin Aca kaya Mama,Mama Shani juga sebenarnya khawatir tapi Mama Shani gamau ngomelin aca kalo bukan sama Mama” jawab Mamaku.
Aku hanya terdiam.
“Ya udah. Jangan berantem di meja makan ya” ucap Papa ku.
“Nanti siang kan kita mau main keluar,jadi kalian harus siap-siap,jangan sambil ngambek yaa”
Aku dan Aci langsung membuka mata lebar-lebar,tak percaya dengan apa yang kami dengar. Begitupun Mama Diba dan Mama Shani yang ikut terkejut dengan apa yang dikatakan Papa Theo,namun ekspresi mereka berbeda dengan aku dan Aci yang tampak bahagia,mereka malah tampak khawatir.
“Emang ga apa-apa mas?” Tanya Mama Shani ke Papa ku.
“Aku dan Mas Theo udah ngobrol tadi,ga apa-apa asal mereka keluar jangan lebih dari jam 4 sore dan tempat nya pun sudah kami cek dahulu” ucap Papa Denis.
“Ya tapi tetep aja kan,kita ga boleh gegabah gini dong Pa” ucap Mama Shani ke suaminya itu.
“Kita sudah cek area nya dari kemarin,untuk sementara ini kita clean area,kita kerahkan semuanya untuk menjaga mereka” ucap Papa ku kepada semuanya yang mendengarkan terkecuali aku dan Aci yang sibuk makan, tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.
Kami makan dengan tenang,karena jika Papa sudah berkata seperti itu berarti kami akan tetap pergi keluar,walaupun melalui perdebatan dahulu.
“Ya udah,aku percayakan semuanya sama kamu” ucap Mama ku kepada Papa sambil berusaha untuk tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments