Bab 5. Kebahagiaan Baru

Gatot menunggangi kuda dengan mendudukkan tubuh lemah Arya di depannya. Kuda mereka melaju dengan cepat melalui jalanan yang berliku,

melewati pedesaan yang damai dan hijau. Selama perjalanan yang cukup lama, Arya

hanya bisa merenung dalam keadaan lemah, tanpa daya untuk memberikan

perlawanan.

Setelah melewati bukit Wirasena, mereka tiba di kediaman Gatot, sebuah rumah kayu yang besar dan asri. Pohon-pohon tinggi dan dedaunan

hijau melindungi rumah itu, menciptakan suasana yang sejuk dan teduh.

Gatot membimbing kuda mereka masuk ke dalam halaman, di mana

banyak anak buah Gatot berkumpul. Anak buah Gatot, yang telah bersiap menyambut kepulangan tuannya, melihat kedatangan Gatot yang membawa serta Arya di gendongannya. Mereka tampak heran, namun segera memberi hormat dengan cepat, menunjukkan ketaatan mereka pada sosok yang mereka anggap sebagai pemimpin dan ahli bela diri yang kuat. Gatot, dengan sikap yang dingin dan tanpa ekspresi, turun dari

kuda sambil tetap memegang kendali atas Arya yang terkapar di depannya.

“Tuan Gatot, siapa anak kecil yang Tuan bawa itu?” tanya Bimo

Wirawan, salah satu anak buah Gatot.

Gatot menatap anak buahnya dengan tatapan dingin dan berkata tanpa ragu, “Anak ini adalah Arya, putra Bisma Wiratama, seorang pande besi

yang baru saja kutumpas hidupnya.”

Suasana menjadi hening, terengah-engah oleh keberanian anak buah untuk bertanya dan kabar tragis yang diungkapkan Gatot. Mata mereka

memandang Arya dengan tatapan campuran antara rasa simpati dan ketakutan, menyadari bahwa mereka berada di hadapan seorang anak yang baru saja kehilangan orang tuanya karena tindakan tuan mereka sendiri.

Widuri Srikandini, istri Gatot, keluar dari rumah dengan langkah yang tenang. Tatapannya awalnya kosong, namun segera berubah ketika

melihat anak laki-laki yang dibawa oleh Gatot. Ada keajaiban di matanya. Widuri menghampiri Gatot, dan tanpa ragu, meraih Arya yang kali ini sudah kehilangan kesadaran. Dengan kasih sayang yang luar biasa, Widuri menggendong Arya di

pelukannya.

“Anakku...” seru Widuri dengan lembut, memanggil Arya.

Gatot, kaget melihat reaksi istrinya yang selama 10 tahun ini tidak pernah bicara dan berekspresi setelah kehilangan anak lelaki mereka.

Kegembiraan dan harapan muncul di wajah Gatot saat melihat istrinya bereaksi

untuk pertama kalinya dalam waktu yang begitu lama.

Gatot tersenyum dan dengan suara hangat, ia berkata pada

istrinya, “Ya, dia adalah putra kita.”

Anak buah Gatot yang menyaksikan momen ini hanya diam, bingung oleh ekspresi dan perubahan yang terjadi pada Widuri. Mereka tidak tahu

bagaimana merespons pada situasi ini.

Widuri terus menggendong Arya yang tak sadarkan diri, namun tiba-tiba ia menyadari bahwa tubuh Arya terasa sangat panas. Dengan kekhawatiran yang mendalam, Widuri menatap Gatot dan bertanya, “Apa yang terjadi pada anak kita, Mas? Kenapa tubuhnya begitu panas?”

Gatot, yang bahagia karena mendengar suara istrinya yang sudah lama tidak bicara, menjawab dengan tenang, “Dia hanya kelelahan bermain.

Sekarang dia demam. Tenang saja, kita akan merawatnya.”

Gatot memandang Bimo, salah satu anak buahnya, “Bimo, tolong siapkan air hangat.”

Bimo dengan cepat memberikan salam hormat dan menjawab, “Tentu, Tuan Gatot. Saya akan segera menyiapkannya.”

Widuri memberikan senyuman kecil pada Gatot sebelum memasuki rumah. “Aku akan membersihkan tubuh anak kita dulu, Mas,” ucap Widuri dengan

lembut.

Bimo mengangguk dan bersiap untuk menyiapkan air hangat sebagaimana yang diminta oleh Gatot. Setelah air siap, Bimo membawanya menuju

Widuri yang sudah menunggu di dalam. Widuri memberikan instruksi agar air hangat disiapkan dalam jumlah yang cukup, karena Arya perlu membersihkan tubuhnya yang kotor setelah bermain seharian.

Sementara itu, Gatot tetap di luar, memantau situasi sekitar dan memikirkan langkah selanjutnya. Meskipun momen bahagia sejenak tercipta.

Gatot termenung, pikirannya melayang pada puluhan tahun lalu. Saat itu, dia hanya seorang petani miskin yang hidup di tengah-tengah

kehinaan dan penindasan. Kenangan pahit itu masih terpatri dalam ingatannya, bagaimana dia selalu diremehkan dan dihina oleh banyak orang di sekitarnya.

Tiap orang sepertinya memiliki kata-kata hinaan yang dilemparkan padanya, seolah-olah Gatot adalah pria yang tak berarti. Penghinaan

itu seperti bayangan yang selalu menghantuinya, merendahkan martabatnya sebagai

seorang petani.

Bahkan ketika Gatot hendak meminang kekasihnya, Widuri, Wirasatya, ayah Widuri, menolaknya mentah-mentah. Wirasatya mengatakan bahwa

Gatot harusnya sadar diri, karena menurutnya Gatot tidak pantas untuk menikahi

putri bangsawan seperti Widuri.

Pertentangan kelas sosial dan status ekonomi menciptakan rintangan besar di antara cinta Gatot dan Widuri. Wirasatya yang konservatif

menilai bahwa Gatot tidak memiliki hak atau layak untuk menjadi bagian dari keluarga mereka. Pernyataan itu memperdalam luka dan penghinaan yang telah dirasakan oleh Gatot sepanjang hidupnya.

Gatot yang merasa terhina dan ditolak oleh masyarakat, akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan para perampok. Kegelisahan dan

keputusasaannya mengarahkannya pada pilihan yang kelam, mencari kekuatan dan

keberanian di tempat-tempat yang mungkin dianggap terlarang.

“Akan ku buat orang-orang yang merendahkanku menyesal!” tekad Gatot saat itu.

Setiap hari, Gatot terobsesi untuk menjadi kuat, bukan hanya secara fisik tetapi juga dalam hal keberanian dan ketangguhan. Pelatihan yang

keras dan pengalaman di dunia perompakan membuatnya mendapatkan keahlian dalam

berbagai keterampilan, termasuk ilmu bela diri dan taktik pertempuran.

Terlepas dari segala kejahatan yang dilakukan di belakang Widuri, Gatot memiliki rasa cinta yang sangat tulus terhadapnya. Meskipun

keputusasaan dan tekad untuk menjadi kuat telah membawanya ke jalur yang kelam, namun hatinya tetap terikat pada perempuan yang memberinya kehangatan. Meskipun mungkin terdapat jurang antara perbuatannya dan cintanya, Gatot merasa bahwa Widuri adalah satu-satunya cahaya dalam hidupnya.

Lamunan Gatot buyar saat Widuri menghampirinya, dan Gatot memperoleh kedamaian sejenak melihat kehadiran istrinya. “Bagaimana keadaan anak kita?” tanya Gatot mencoba memulai obrolan.

“Bayu sudah dikompres. Sepertinya dia hanya butuh istirahat.”

Gatot tersentak mendengar nama itu. Bayu, nama anak mereka yang meninggal sepuluh tahun lalu, kembali muncul dalam obrolan mereka.

Gatot, meskipun merasa kebingungan, memutuskan untuk tidak membantah. Sebaliknya, dia menyesuaikan diri dengan kenyataan yang diberikan

oleh Widuri.

“Kalau begitu, biarkan dia istirahat,” jawab Gatot. Widuri mengangguk. Gatot menerima kenyataan bahwa dalam pikiran Widuri, Arya mungkin

menjadi representasi dari anak mereka yang telah meninggal.

Widuri tampak menemukan kembali semangat hidup dan kebahagiaan yang telah hilang selama 10 tahun ini. Kehadiran Arya, yang oleh

Widuri dianggap sebagai Bayu, membawa kembali keceriaan yang lama terpendam.

Widuri dengan senang hati mengatakan kepada Gatot, "Mas, beri aku uang. Aku ingin ke pasar dan membeli baju baru untuk Bayu.”

Gatot memberikan anggukan setuju, "Ya, akan aku berikan uang. Belilah baju baru yang banyak.”

Widuri tersenyum cerah, “Aku juga akan membelikan gulali, kesukaan Bayu.” Gatot mengangguk, merasakan kebahagiaan yang mengalir dari semangat baru yang ditemukan oleh istrinya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

@le_10

@le_10

Endingnya bikin nagih.

2024-01-14

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Tamu tak Diundang
2 Bab 2. Kehilangan
3 Bab 3. Melawan Gatot Kusumadi
4 Bab 4. Keluarga Baru
5 Bab 5. Kebahagiaan Baru
6 Bab 6. Inti Jiwa yang Hancur
7 Bab 7. Menuju Padepokan Kusumaloka
8 Bab 8. Berlatih Beladiri
9 Bab 9. Ditolak
10 Bab 10. Kesempatan
11 Bab 11. Ujian Dimulai
12 Bab 12. Sangat Mirip
13 Bab 13. Sosok Misterius di Goa
14 Bab 14. Jaka & Pitaloka
15 Bab 15. Lulus Ujian
16 Bab 16. Sepuluh Tahun Kemudian
17 Bab 17. Belati Bhumi Geni
18 Bab 18. Rencana Meninggalkan Padepokan
19 Bab 19. Musuh yang Mengintai
20 Bab 20. Arya tak Berdaya
21 Bab 21. Persiapan Misi Pengawalan
22 Bab 22. Perburuan Malam
23 Bab 23. Misi Kali Ini
24 Bab 24. Alas Banyuireng
25 Bab 25. Malam Serangan
26 Bab 26. Berhasil Mengalahkan Lawan
27 Bab 27. Pertemuan Tak Terduga
28 Bab 28. Dihantui Kekhawatiran
29 Bab 29. Gubuk
30 Bab 30. Kegelisahan Tersembunyi
31 Bab 31. Energi Penyembuh
32 Bab 32. Pertemuan Aditya dengan Ratih
33 Bab 33. Apa yang Terjadi?
34 Bab 34. Kenyataan Sulit Diterima
35 Bab 35. Waktu Lebih Lama
36 Bab 36. Sisi Lain
37 Bab 37. Sadar Tanpa Kesadaran
38 Bab 38. Dukungan Tak Terduga
39 Bab 39. Dupa Penenang
40 Bab 40. Makanan Untuk Arya
41 Bab 41. Pertemuan Kembali
42 Bab 42. Kehilangan Arya Sekali Lagi
43 Bab 43. Kembali Pada Widuri
44 Bab 44. Strategi
45 Bab 45. Misi
46 Bab 46. Menggantikan Arya
47 Bab 47. Sulit Berpura-pura
48 Bab 48. Secepat Mungkin Menuju Kusumaloka
49 Bab 49. Terungkap
50 Bab 50. Masuk Perangkap
51 Bab 51. Ruang Pribadi Gatot Kusumadi
52 Bab 52. Kenangan dan Emosi Kesedihan
53 Bab 53. Perasaan Keterpurukan
54 Bab 54. Pertarungan Aditya dan Gatot
55 Bab 55. Meninggalkan Arum Darmawangsa
56 Bab 56. Perjalanan Widuri dan Aditya
57 Bab 57. Kepingan Jiwa
58 Bab 58. Khawatir
59 Bab 59. Kembali
60 Bab 60. Tangisan Arya
61 Bab 61. Rekan Perjalanan
62 Bab 62. Awal Perjalanan
63 Bab 63. Dendam Gatot Kusumadi
64 Bab 64. Perampok Kacangan
65 Bab 65. Dua Kepingan Inti Jiwa
66 Bab 66. Kekacauan Arya
67 Bab 67. Mengurai Setiap Petunjuk
68 Bab 68. Renungan Pitaloka
69 Bab 69. Kedatangan Gatot Kusumadi di Padepokan
70 Bab 70. Pertarungan Dua Kubu
71 Bab 71. Pertarungan Sengit
72 Bab 72. Akhir Dari Gatot Kusumadi
73 Bab 73. Kehilangan Sekali Lagi
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Bab 1. Tamu tak Diundang
2
Bab 2. Kehilangan
3
Bab 3. Melawan Gatot Kusumadi
4
Bab 4. Keluarga Baru
5
Bab 5. Kebahagiaan Baru
6
Bab 6. Inti Jiwa yang Hancur
7
Bab 7. Menuju Padepokan Kusumaloka
8
Bab 8. Berlatih Beladiri
9
Bab 9. Ditolak
10
Bab 10. Kesempatan
11
Bab 11. Ujian Dimulai
12
Bab 12. Sangat Mirip
13
Bab 13. Sosok Misterius di Goa
14
Bab 14. Jaka & Pitaloka
15
Bab 15. Lulus Ujian
16
Bab 16. Sepuluh Tahun Kemudian
17
Bab 17. Belati Bhumi Geni
18
Bab 18. Rencana Meninggalkan Padepokan
19
Bab 19. Musuh yang Mengintai
20
Bab 20. Arya tak Berdaya
21
Bab 21. Persiapan Misi Pengawalan
22
Bab 22. Perburuan Malam
23
Bab 23. Misi Kali Ini
24
Bab 24. Alas Banyuireng
25
Bab 25. Malam Serangan
26
Bab 26. Berhasil Mengalahkan Lawan
27
Bab 27. Pertemuan Tak Terduga
28
Bab 28. Dihantui Kekhawatiran
29
Bab 29. Gubuk
30
Bab 30. Kegelisahan Tersembunyi
31
Bab 31. Energi Penyembuh
32
Bab 32. Pertemuan Aditya dengan Ratih
33
Bab 33. Apa yang Terjadi?
34
Bab 34. Kenyataan Sulit Diterima
35
Bab 35. Waktu Lebih Lama
36
Bab 36. Sisi Lain
37
Bab 37. Sadar Tanpa Kesadaran
38
Bab 38. Dukungan Tak Terduga
39
Bab 39. Dupa Penenang
40
Bab 40. Makanan Untuk Arya
41
Bab 41. Pertemuan Kembali
42
Bab 42. Kehilangan Arya Sekali Lagi
43
Bab 43. Kembali Pada Widuri
44
Bab 44. Strategi
45
Bab 45. Misi
46
Bab 46. Menggantikan Arya
47
Bab 47. Sulit Berpura-pura
48
Bab 48. Secepat Mungkin Menuju Kusumaloka
49
Bab 49. Terungkap
50
Bab 50. Masuk Perangkap
51
Bab 51. Ruang Pribadi Gatot Kusumadi
52
Bab 52. Kenangan dan Emosi Kesedihan
53
Bab 53. Perasaan Keterpurukan
54
Bab 54. Pertarungan Aditya dan Gatot
55
Bab 55. Meninggalkan Arum Darmawangsa
56
Bab 56. Perjalanan Widuri dan Aditya
57
Bab 57. Kepingan Jiwa
58
Bab 58. Khawatir
59
Bab 59. Kembali
60
Bab 60. Tangisan Arya
61
Bab 61. Rekan Perjalanan
62
Bab 62. Awal Perjalanan
63
Bab 63. Dendam Gatot Kusumadi
64
Bab 64. Perampok Kacangan
65
Bab 65. Dua Kepingan Inti Jiwa
66
Bab 66. Kekacauan Arya
67
Bab 67. Mengurai Setiap Petunjuk
68
Bab 68. Renungan Pitaloka
69
Bab 69. Kedatangan Gatot Kusumadi di Padepokan
70
Bab 70. Pertarungan Dua Kubu
71
Bab 71. Pertarungan Sengit
72
Bab 72. Akhir Dari Gatot Kusumadi
73
Bab 73. Kehilangan Sekali Lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!