Bab 4. Keluarga Baru

Gatot tertawa dengan nada merendahkan, ekspresinya penuh kepuasan saat melihat Jaka Wijaya yang susah payah mencoba bangkit dari tanah.

“Jaka Wijaya, seharusnya kau tidak perlu ikut campur dalam

urusan ini,” ujar Gatot dengan suara yang tajam.

Kata-kata Gatot menegaskan sikap angkuhnya, seolah-olah Jaka tidak memiliki hak untuk mencoba menghentikan kebrutalan yang tengah berlangsung. Ekspresi merendahkannya mencerminkan keyakinan bahwa kekuatan dan

kekejamannya berada di atas segalanya, termasuk atas otoritas Jaka.

Gatot kemudian melangkah mendekat ke dua anak kembar yang telah lemah dan kehabisan tenaga. Dengan gerakan yang cepat, Gatot meraih Arya dengan satu tangan yang kuat. Aditya yang melihat saudaranya ditangkap oleh Gatot jadi

panik.

“Lepaskan dia! Tolong! Lepaskan Arya!” teriak Aditya, suaranya penuh dengan getaran kecemasan.

Namun, Gatot tetap acuh tak acuh terhadap seruan Aditya. Matanya yang dingin dan tanpa belas kasihan menunjukkan bahwa permohonan Aditya tidak akan mengubah keputusannya.

Gatot tertawa penuh kepuasan, menatap Aditya dengan ekspresi merendahkan. “Aku akan membawa saudaramu, Aditya. Selamatkan dia kalau kau

bisa. Berlatihlah hingga kau sanggup menjadi lawanku!” ujar Gatot dengan nada yang menantang, memberikan tantangan tersirat kepada Aditya. Tanpa ragu, Gatot bergerak pergi sambil menaikkan tubuh Arya yang lemas di pundaknya.

“Aditya!” Suara teriakan Arya memanggil Aditya terdengar memilukan.

“Arya!” Aditya mencoba keras untuk mengejar mereka. Namun, Jaka dengan cepat menghentikan langkah Aditya, menahan dia agar tidak melanjutkan pengejaran.

“Aditya, ini terlalu berbahaya! Kau belum siap untuk menghadapi Gatot. Tenangkan dirimu,” kata Jaka dengan suara berat, mencoba menenangkan Aditya yang terus berusaha mengejar.

Aditya dipenuhi dengan rasa putus asa dan kemarahan, berteriak memanggil Arya yang semakin menjauh. “Arya! Kembalikan Arya padaku!”

serunya dengan suara gemetar.

Jaka tetap menahan Aditya untuk melindungi anak itu dari bahaya yang mungkin mengancam. Aditya berontak dari pegangan Jaka dengan gerakan yang keras.

“Biarkan aku pergi! Aku harus menyelamatkan Arya!” teriak Aditya, suaranya penuh dengan kemarahan dan keputusasaan. Jaka dengan tatapan

yang penuh pengertian dan kepedulian, hanya mengangguk mencoba untuk menenangkan Aditya.

“Saat kau tidak punya kesempatan untuk menyelamatkan adikmu. Jika kamu nekad, justru kalian berdua bisa kehilangan nyawa. Ini bukan waktu yang tepat,” jelas Jaka.

“Aku tidak peduli, ayah ibu sudah pergi— jika aku juga harus kehilangan Arya, apa gunanya aku hidup di dunia?” Aditya menangis dan terus berontak dari pegangan Jaka.

Aditya tidak bisa ditenangkan. Dia terhanyut dalam rasa kehilangan dan ketakutan akan nasib Arya. Histeris, Aditya tidak lagi peduli dengan nasihat Jaka. Dia hanya ingin satu hal: menyelamatkan adiknya. Dengan gerakan cepat dan penuh keputusasaan, Aditya memukul Jaka, mencoba untuk membebaskan dirinya dari pegangan yang menahannya.

Jaka merasa tidak punya pilihan lain untuk melindungi Aditya, akhirnya dengan hati berat melakukan tindakan yang sulit. Dengan cepat

dan tepat, Jaka memukul titik akupuntur pada Aditya hingga membuatnya pingsan. Tubuh Aditya seketika lemas dan merosot, kehilangan kesadaran.

Dengan ekspresi yang penuh penyesalan dan kekhawatiran, Jaka meraih tubuh lemah Aditya. Dalam keadaan pingsan, Aditya tampak rapuh dan

terluka. Jaka sambil menggendong tubuh Aditya yang tak berdaya, menyesapkan perasaan penyesalan. “Maafkan aku, Aditya. Aku terpaksa melakukan ini,” ujar Jaka.

Aditya membuka mata dan menemukan dirinya terbangun di dalam kamarnya, di rumah kayu yang familiar milik keluarganya. Tenggelam dalam cahaya

senja, ruangan itu terasa tenang. Aditya meraba-raba kepalanya yang terasa berat dan menatap sekeliling, mencoba mencerna kenyataan di sekitarnya.

Linglung dan terkejut, dia berharap bahwa apa yang baru saja dialaminya hanyalah sebatas mimpi buruk. Matahari yang tenggelam menghadirkan

suasana yang hening, namun hati Aditya masih dipenuhi dengan kebingungan dan ketidakpastian.

Aditya turun dari tempat tidurnya dengan langkah-langkah yang penuh ketidakpastian. Suara derap langkah kakinya di lantai kayu memecah

keheningan di sekitar. Dengan penuh harapan, Aditya memanggil nama Arya, Ayah, dan Ibunya, berharap mendengar suara sahutan yang dapat meredakan kegelisahan yang mulai memenuhi hatinya.

Namun, ruangan itu tetap sunyi tanpa jawaban. Suara panggilan Aditya hanya terdengar terpencar di dalam hening, tidak ada jawaban,

suara langkah, atau pun tanda-tanda keberadaan keluarganya.

Aditya melangkah keluar rumah dan segera disambut oleh pemandangan yang mengejutkan di halaman. Dua gundukan kuburan baru telah muncul.

Dengan hati yang berdebar dan langkah yang gemetar, Aditya mendekati gundukan-gundukan tersebut.

Dengan tatapan yang penuh kedukaan, Jaka mencoba menjelaskan kepada Aditya tentang kenyataan yang sulit dihadapi.

“Nak, aku sudah memakamkan ayah dan ibumu,” ujar Jaka dengan suara yang bergetar, mencoba menemukan kata-kata yang sesuai untuk memberi

penjelasan pada Aditya.

Wajah Aditya mencerminkan kebingungan. Detik-detik itu terasa seperti mimpi buruk yang sulit dipercaya. Dia melihat gundukan kuburan

yang melambangkan kepergian orang-orang yang sangat dicintainya, dan dalam hatinya tumbuh kekosongan yang sulit diisi.

“Tidak mungkin. Mereka tidak bisa pergi begitu saja,” gumam Aditya dengan suara yang bergetar, mencoba untuk meredakan rasa ketidakpercayaan yang melandanya.

Tangis Aditya akhirnya pecah, memenuhi udara dengan suara yang menyayat hati. Tubuhnya merosot bersimpuh di depan gundukan tanah makam

orangtuanya. Dipeluknya gundukan tanah itu, seolah Aditya belum rela melepaskan kepergian kedua orangtuanya.

“Jangan pergi, Ayah, Ibu... jangan tinggalkan aku sendirian,” rintih Aditya di antara serangkaian ratapan yang memilukan.

Jaka tidak tega melihat penderitaan Aditya, dia mendekati dan dengan lembut merangkul tubuh kecil itu dari belakang.

“Ikhlaskan mereka, Nak. Biar mereka tenang di sana,” ucap Jaka dengan suara yang lembut.

Aditya terus menangis. Di antara rintihan dan isak

tangisnya, dia mengatakan, “Aku tidak ingin sendirian, Paman.”

“Kau tidak akan sendirian, Nak. Aku di sini untukmu. Kita akan melewati semua ini bersama-sama,” ucap Jaka sambil terus merangkul Aditya.

Aditya di sela-sela kesedihannya, merasa heran dengan kebaikan Jaka padanya. “Mengapa kau begitu baik padaku, Paman? Kita baru saja

bertemu.”

Jaka tersenyum lembut, “Kita mungkin baru bertemu, Aditya, tapi aku juga sebatang kara di dunia ini. Aku tahu rasanya kehilangan dan kesepian.

Aku tidak ingin melihatmu menghadapi semuanya sendirian. Kita bisa salingmendukung, bukan?”

Aditya, meskipun masih dalam kesedihan yang mendalam, mengangguk pada Jaka dengan penuh penghargaan. “Terima kasih, paman. Aku tidak

tahu apa yang harus kulakukan tanpamu,” ucap Aditya.

Jaka dengan senyum ringan, menjawab, “Tidak perlu berterima kasih, Aditya. Kita sekarang keluarga.”

Setelah beberapa saat hening, Jaka bertanya dengan penuh perhatian, “Bagaimana keadaanmu, Aditya? Apa masih ada yang sakit? Sebelumnya,

aku sudah mengobati luka-luka di tubuhmu dengan beberapa ramuan herbal yang aku temukan di hutan. Semoga bisa membantu sedikit.”

Aditya merasa bersyukur atas perhatian dan bantuan Jaka. Meskipun hidupnya berubah begitu cepat dan tragis, kehadiran Jaka memberikan

sedikit kelegaan di tengah kehancuran yang dialaminya.

Bersambung...

Episodes
1 Bab 1. Tamu tak Diundang
2 Bab 2. Kehilangan
3 Bab 3. Melawan Gatot Kusumadi
4 Bab 4. Keluarga Baru
5 Bab 5. Kebahagiaan Baru
6 Bab 6. Inti Jiwa yang Hancur
7 Bab 7. Menuju Padepokan Kusumaloka
8 Bab 8. Berlatih Beladiri
9 Bab 9. Ditolak
10 Bab 10. Kesempatan
11 Bab 11. Ujian Dimulai
12 Bab 12. Sangat Mirip
13 Bab 13. Sosok Misterius di Goa
14 Bab 14. Jaka & Pitaloka
15 Bab 15. Lulus Ujian
16 Bab 16. Sepuluh Tahun Kemudian
17 Bab 17. Belati Bhumi Geni
18 Bab 18. Rencana Meninggalkan Padepokan
19 Bab 19. Musuh yang Mengintai
20 Bab 20. Arya tak Berdaya
21 Bab 21. Persiapan Misi Pengawalan
22 Bab 22. Perburuan Malam
23 Bab 23. Misi Kali Ini
24 Bab 24. Alas Banyuireng
25 Bab 25. Malam Serangan
26 Bab 26. Berhasil Mengalahkan Lawan
27 Bab 27. Pertemuan Tak Terduga
28 Bab 28. Dihantui Kekhawatiran
29 Bab 29. Gubuk
30 Bab 30. Kegelisahan Tersembunyi
31 Bab 31. Energi Penyembuh
32 Bab 32. Pertemuan Aditya dengan Ratih
33 Bab 33. Apa yang Terjadi?
34 Bab 34. Kenyataan Sulit Diterima
35 Bab 35. Waktu Lebih Lama
36 Bab 36. Sisi Lain
37 Bab 37. Sadar Tanpa Kesadaran
38 Bab 38. Dukungan Tak Terduga
39 Bab 39. Dupa Penenang
40 Bab 40. Makanan Untuk Arya
41 Bab 41. Pertemuan Kembali
42 Bab 42. Kehilangan Arya Sekali Lagi
43 Bab 43. Kembali Pada Widuri
44 Bab 44. Strategi
45 Bab 45. Misi
46 Bab 46. Menggantikan Arya
47 Bab 47. Sulit Berpura-pura
48 Bab 48. Secepat Mungkin Menuju Kusumaloka
49 Bab 49. Terungkap
50 Bab 50. Masuk Perangkap
51 Bab 51. Ruang Pribadi Gatot Kusumadi
52 Bab 52. Kenangan dan Emosi Kesedihan
53 Bab 53. Perasaan Keterpurukan
54 Bab 54. Pertarungan Aditya dan Gatot
55 Bab 55. Meninggalkan Arum Darmawangsa
56 Bab 56. Perjalanan Widuri dan Aditya
57 Bab 57. Kepingan Jiwa
58 Bab 58. Khawatir
59 Bab 59. Kembali
60 Bab 60. Tangisan Arya
61 Bab 61. Rekan Perjalanan
62 Bab 62. Awal Perjalanan
63 Bab 63. Dendam Gatot Kusumadi
64 Bab 64. Perampok Kacangan
65 Bab 65. Dua Kepingan Inti Jiwa
66 Bab 66. Kekacauan Arya
67 Bab 67. Mengurai Setiap Petunjuk
68 Bab 68. Renungan Pitaloka
69 Bab 69. Kedatangan Gatot Kusumadi di Padepokan
70 Bab 70. Pertarungan Dua Kubu
71 Bab 71. Pertarungan Sengit
72 Bab 72. Akhir Dari Gatot Kusumadi
73 Bab 73. Kehilangan Sekali Lagi
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Bab 1. Tamu tak Diundang
2
Bab 2. Kehilangan
3
Bab 3. Melawan Gatot Kusumadi
4
Bab 4. Keluarga Baru
5
Bab 5. Kebahagiaan Baru
6
Bab 6. Inti Jiwa yang Hancur
7
Bab 7. Menuju Padepokan Kusumaloka
8
Bab 8. Berlatih Beladiri
9
Bab 9. Ditolak
10
Bab 10. Kesempatan
11
Bab 11. Ujian Dimulai
12
Bab 12. Sangat Mirip
13
Bab 13. Sosok Misterius di Goa
14
Bab 14. Jaka & Pitaloka
15
Bab 15. Lulus Ujian
16
Bab 16. Sepuluh Tahun Kemudian
17
Bab 17. Belati Bhumi Geni
18
Bab 18. Rencana Meninggalkan Padepokan
19
Bab 19. Musuh yang Mengintai
20
Bab 20. Arya tak Berdaya
21
Bab 21. Persiapan Misi Pengawalan
22
Bab 22. Perburuan Malam
23
Bab 23. Misi Kali Ini
24
Bab 24. Alas Banyuireng
25
Bab 25. Malam Serangan
26
Bab 26. Berhasil Mengalahkan Lawan
27
Bab 27. Pertemuan Tak Terduga
28
Bab 28. Dihantui Kekhawatiran
29
Bab 29. Gubuk
30
Bab 30. Kegelisahan Tersembunyi
31
Bab 31. Energi Penyembuh
32
Bab 32. Pertemuan Aditya dengan Ratih
33
Bab 33. Apa yang Terjadi?
34
Bab 34. Kenyataan Sulit Diterima
35
Bab 35. Waktu Lebih Lama
36
Bab 36. Sisi Lain
37
Bab 37. Sadar Tanpa Kesadaran
38
Bab 38. Dukungan Tak Terduga
39
Bab 39. Dupa Penenang
40
Bab 40. Makanan Untuk Arya
41
Bab 41. Pertemuan Kembali
42
Bab 42. Kehilangan Arya Sekali Lagi
43
Bab 43. Kembali Pada Widuri
44
Bab 44. Strategi
45
Bab 45. Misi
46
Bab 46. Menggantikan Arya
47
Bab 47. Sulit Berpura-pura
48
Bab 48. Secepat Mungkin Menuju Kusumaloka
49
Bab 49. Terungkap
50
Bab 50. Masuk Perangkap
51
Bab 51. Ruang Pribadi Gatot Kusumadi
52
Bab 52. Kenangan dan Emosi Kesedihan
53
Bab 53. Perasaan Keterpurukan
54
Bab 54. Pertarungan Aditya dan Gatot
55
Bab 55. Meninggalkan Arum Darmawangsa
56
Bab 56. Perjalanan Widuri dan Aditya
57
Bab 57. Kepingan Jiwa
58
Bab 58. Khawatir
59
Bab 59. Kembali
60
Bab 60. Tangisan Arya
61
Bab 61. Rekan Perjalanan
62
Bab 62. Awal Perjalanan
63
Bab 63. Dendam Gatot Kusumadi
64
Bab 64. Perampok Kacangan
65
Bab 65. Dua Kepingan Inti Jiwa
66
Bab 66. Kekacauan Arya
67
Bab 67. Mengurai Setiap Petunjuk
68
Bab 68. Renungan Pitaloka
69
Bab 69. Kedatangan Gatot Kusumadi di Padepokan
70
Bab 70. Pertarungan Dua Kubu
71
Bab 71. Pertarungan Sengit
72
Bab 72. Akhir Dari Gatot Kusumadi
73
Bab 73. Kehilangan Sekali Lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!