Dendam Pendekar Kembar

Dendam Pendekar Kembar

Bab 1. Tamu tak Diundang

Halaman rumah keluarga Bisma Wiratama di desa Suryakanta terbentang luas dengan rumput hijau yang segar di bawah matahari pagi yang hangat. Halaman itu dikelilingi oleh pepohonan tua yang menjulang tinggi, tempat yang sempurna untuk latihan bagi Aditya dan Arya. Sinar matahari menyapu permukaan tanah, memancarkan warna keemasan yang mempercantik tiap gerakan mereka.

Aditya dengan rambut hitamnya yang tergerai liar, berdiri tegap dengan pedang kayu di tangan kanannya. Senyum ceria melengkung di wajahnya ketika ia bergerak lincah, melaju dan memutar pedangnya dengan kefasihan. Setiap gerakan Aditya penuh kegembiraan, seperti menari di atas rerumputan yang lembut.

Sementara itu Arya, dengan rambut yang sama hitamnya tetapi terikat rapi, menunjukkan keahlian yang sama gemilangnya. Langkahnya terukur, gerakan pedangnya terkoordinasi dengan sempurna, memancarkan kepercayaan diri yang mengalir begitu alami. Matanya yang cerdas memancarkan fokus yang dalam saat ia

mengamati setiap langkah yang diambil Aditya, sambil menemukan celah-celah kecil yang bisa dia manfaatkan.

Suara pedang kayu bertemu, menghasilkan getaran yang berdentum namun harmonis di udara.

Ayah mereka Bisma Wiratama, yang sedang sibuk di dekat tungku tempa besinya, sesekali melirik ke arah mereka. Tatapan penuh kasih dan bangga mewarnai wajahnya setiap kali melihat kedua anaknya yang penuh semangat dalam latihan mereka.

Ningsih muncul di halaman rumah dengan keanggunannya yang khas sebagai perempuan Jawa. Rambut hitamnya diterpa sinar pagi, memancarkan kilauan yang membuat wajah cantik ibu

muda itu terlihat makin memesona.

“Aditya, Arya, sudah waktunya sarapan," ucap Ningsih dengan lembut memanggil kedua anak kembarnya. Aditya dan Arya berhenti sejenak dari latihan mereka.

“Sebentar lagi,” sahut Aditya. Ningsih sudah paham dengan karakter anak sulungnya yang selalu bersemangat dalam berlatih. Bocah berusia 12 tahun itu memang berkeinginan untuk menjadi pendekar kuat yang kelak bisa berkelana mengelilingi dunia. Berbeda dengan karakter Arya yang cenderung lebih penurut dan selalu bersikap lembut.

“Kalian sudah berlatih dari subuh, kan? Sekarang mari istirahat dulu dan makan pagi,” bujuk Ningsih. Arya yang lebih dulu meletakkan pedang kayunya, lalu berlari menghampiri ibu mereka. Aditya pun akhirnya meletakkan pedang kayunya lalu menyusul Arya.

Bisma dengan cekatan meletakkan alat kerjanya, lalu menatap dengan penuh kasih pada istri dan anak-anaknya. Dalam sekejap, pekerjaannya sebagai seorang pande besi terlupakan. Ia tersenyum lembut, menyambut momen kebersamaan itu dengan penuh kehangatan.

Mereka berkumpul di bawah naungan pepohonan tua di halaman rumah, menikmati sarapan pagi yang disajikan oleh Ningsih. Namun kedamaian itu ternyata hanya sementara— semua berubah ketika sosok Gatot Kusumadi melangkah dengan mantap masuk ke halaman keluarga Wiratama.

Gatot Kusumadi adalah seorang pendekar yang menggabungkan kekuatan dan keanggunan dalam penampilannya. Tubuhnya tegap dan kuat, dengan postur yang kokoh dan berotot. Wajahnya ditutupi oleh jenggot tebal dan alis yang tampak tegas, memberikan kesan bengis.

“Selamat pagi, Bisma Wiratama," ucap Gatot dengan suara yang tenang namun mengandung kepastian. "Saya datang dengan maksud yang penting.”

Bisma menoleh, menatap Gatot dengan sikap hormat namun juga kehati-hatian. Ada

kekhawatiran yang tersirat di matanya saat ia menyambut kedatangan Gatot.

“Selamat pagi, Gatot Kusumadi,” jawab Bisma dengan tegas namun tetap menghormati kedatangan tamu tersebut.

Gatot dengan wajah yang serius, langsung menyampaikan maksud kedatangannya. “Aku menginginkan

pedang yang kuat. Aku dengar kau adalah seorang pande besi terampil di desa ini.”

Bisma terdiam sejenak. Tatapannya berpindah dari Gatot ke arah kedua anaknya yang berada di samping ibu mereka. Ia tahu betul akan peringai Gatot, seorang pendekar tangguh namun juga dikenal dengan kekejamannya. Meskipun Gatot meminta dengan sopan, Bisma bisa merasakan ketegangan dan ancaman yang tersembunyi di balik permintaannya.

Tanpa ragu, Bisma menegaskan, “Maaf, Gatot. Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu. Aku hanya membuat senjata untuk kebaikan dan perdamaian, bukan untuk kekerasan.”

Suasana yang tadinya penuh kehangatan dan damai tiba-tiba berubah menjadi tegang. Gatot memandang Bisma dengan tatapan tajam yang mengisyaratkan kekecewaan dan ancaman yang tersamar.

“Maksudku baik, Bisma," ucap Gatot dengan suara yang sedikit memaksa. “Tapi jika kau tidak bersedia membantu, maka itu adalah kesalahan besar.”

Bisma meski merasa tertekan, tetap teguh pada prinsipnya. Ia menatap Gatot dengan mantap, menolak untuk menyerahkan pedang yang dibuatnya demi kebaikan dan perdamaian.

Ketegangan mencapai puncaknya saat Gatot tiba-tiba saja menarik pedangnya, mengarahkannya langsung ke leher Bisma. Udara seakan membeku, dan detik-detik berjalan sangat lambat di tengah kekacauan yang tiba-tiba menghampiri kehangatan pagi itu.

Sementara Ningsih, Aditya, dan Arya terkejut dan kaget melihat aksi penuh ancaman itu. Tubuh Ningsih gemetaran, namun dia segera merangkul anak-anaknya untuk berusaha menenangkan mereka.

“Ayah,” pekik Aditya dan Arya bersamaan. Aditya dan Arya, yang sebelumnya penuh semangat dan ceria, kini terpaku pada adegan menegangkan di hadapan mereka.Wajah mereka pucat karena ketakutan.

Dalam sekejap, Bisma dengan gesit meraih golok yang terselip di pinggangnya, mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman yang mendadak dari Gatot. Matanya memancarkan ketegasan dan keberanian, meskipun ia sadar betul akan keunggulan dan kekejaman Gatot.

Pertarungan pun pecah di tengah halaman rumah yang sebelumnya damai. Bisma mengandalkan keahlian dan kecepatannya dalam menggunakan golok, mencoba bertahan dari serangan-serangan mematikan yang dilancarkan Gatot. Meskipun terampil, dia menyadari bahwa lawannya ini jauh lebih berpengalaman dan lebih

kuat.

Aditya, Arya, dan Ningsih menyaksikan pertarungan yang tidak seimbang dengan campur aduk perasaan cemas dan ketakutan. Mereka merasa sedih melihat Bisma berjuang sekuat tenaga namun tampaknya tak mampu menyamai keahlian Gatot.

“Ayah…” Arya menangis karena mencemaskan ayah mereka yang mulai keteteran. Pertarungan sengit itu terus berlanjut, memenuhi udara dengan suara benturan logam yang tajam dan berdentum.

BRUG! Bisma jatuh terkapar setelah Gatot mendaratkan tendangan di perutnya.

“Ayaah!!” Aditya dan Arya memekik dan berlari menghampiri Bisma. Ningsih dengan berurai airmata juga menghampiri suaminya. Bisma bangkit dibantu oleh istri dan kedua anaknya. Bisma mengangkat tangannya, seolah memberi isyarat pada Ningsih kalau dia tidak apa-apa.

“Bawa anak-anak pergi!” pintanya dengan suara yang lemah namun tegas. Matanya menatap istri dan anak-anaknya dengan penuh kekhawatiran dan kasih sayang yang mendalam.

“Tapi, Mas—”

“Cepat pergi!” bentak Bisma yang menyadari situasi semakin membahayakan bagi keluarganya.

Ningsih, tercekat oleh permintaan Bisma, menangis hampir tanpa suara. Namun, dia mengerti bahwa situasi ini semakin berbahaya bagi keluarganya. Dengan perasaan berat, dia mengangguk dalam kepatuhan, memahami bahwa keselamatan anak-anaknya harus menjadi prioritas utama.

“Ayo,” Ningsih menarik kedua Aditya dan Arya.

“Tidak, aku tidak mau pergi tanpa ayah,” Aditya terus menatap penuh kekhawatiran pada Bisma. Arya pun menangis tidak tega pergi tanpa ayah mereka. Namun Bisma menatap mereka penuh ketegasan. “Menurut pada ibu kalian.”

Aditya dan Arya yang mendengar titah ayah mereka akhirnya terpaksa mengangguk. Meski penuh dengan kekhawatiran, mereka memahami keputusan yang diambil oleh orang tuanya. Mereka menatap Bisma dengan airmata yang terus berurai. Ningsih menarik Aditya dan Arya, berusaha membawa keduanya pergi sejauh yang ia bisa.

Terpopuler

Comments

Cowok Rese

Cowok Rese

Jadi bisma itu nama anak atau ayahnya sih?..😪

2024-02-20

0

Cowok Rese

Cowok Rese

mantap

2024-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Tamu tak Diundang
2 Bab 2. Kehilangan
3 Bab 3. Melawan Gatot Kusumadi
4 Bab 4. Keluarga Baru
5 Bab 5. Kebahagiaan Baru
6 Bab 6. Inti Jiwa yang Hancur
7 Bab 7. Menuju Padepokan Kusumaloka
8 Bab 8. Berlatih Beladiri
9 Bab 9. Ditolak
10 Bab 10. Kesempatan
11 Bab 11. Ujian Dimulai
12 Bab 12. Sangat Mirip
13 Bab 13. Sosok Misterius di Goa
14 Bab 14. Jaka & Pitaloka
15 Bab 15. Lulus Ujian
16 Bab 16. Sepuluh Tahun Kemudian
17 Bab 17. Belati Bhumi Geni
18 Bab 18. Rencana Meninggalkan Padepokan
19 Bab 19. Musuh yang Mengintai
20 Bab 20. Arya tak Berdaya
21 Bab 21. Persiapan Misi Pengawalan
22 Bab 22. Perburuan Malam
23 Bab 23. Misi Kali Ini
24 Bab 24. Alas Banyuireng
25 Bab 25. Malam Serangan
26 Bab 26. Berhasil Mengalahkan Lawan
27 Bab 27. Pertemuan Tak Terduga
28 Bab 28. Dihantui Kekhawatiran
29 Bab 29. Gubuk
30 Bab 30. Kegelisahan Tersembunyi
31 Bab 31. Energi Penyembuh
32 Bab 32. Pertemuan Aditya dengan Ratih
33 Bab 33. Apa yang Terjadi?
34 Bab 34. Kenyataan Sulit Diterima
35 Bab 35. Waktu Lebih Lama
36 Bab 36. Sisi Lain
37 Bab 37. Sadar Tanpa Kesadaran
38 Bab 38. Dukungan Tak Terduga
39 Bab 39. Dupa Penenang
40 Bab 40. Makanan Untuk Arya
41 Bab 41. Pertemuan Kembali
42 Bab 42. Kehilangan Arya Sekali Lagi
43 Bab 43. Kembali Pada Widuri
44 Bab 44. Strategi
45 Bab 45. Misi
46 Bab 46. Menggantikan Arya
47 Bab 47. Sulit Berpura-pura
48 Bab 48. Secepat Mungkin Menuju Kusumaloka
49 Bab 49. Terungkap
50 Bab 50. Masuk Perangkap
51 Bab 51. Ruang Pribadi Gatot Kusumadi
52 Bab 52. Kenangan dan Emosi Kesedihan
53 Bab 53. Perasaan Keterpurukan
54 Bab 54. Pertarungan Aditya dan Gatot
55 Bab 55. Meninggalkan Arum Darmawangsa
56 Bab 56. Perjalanan Widuri dan Aditya
57 Bab 57. Kepingan Jiwa
58 Bab 58. Khawatir
59 Bab 59. Kembali
60 Bab 60. Tangisan Arya
61 Bab 61. Rekan Perjalanan
62 Bab 62. Awal Perjalanan
63 Bab 63. Dendam Gatot Kusumadi
64 Bab 64. Perampok Kacangan
65 Bab 65. Dua Kepingan Inti Jiwa
66 Bab 66. Kekacauan Arya
67 Bab 67. Mengurai Setiap Petunjuk
68 Bab 68. Renungan Pitaloka
69 Bab 69. Kedatangan Gatot Kusumadi di Padepokan
70 Bab 70. Pertarungan Dua Kubu
71 Bab 71. Pertarungan Sengit
72 Bab 72. Akhir Dari Gatot Kusumadi
73 Bab 73. Kehilangan Sekali Lagi
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Bab 1. Tamu tak Diundang
2
Bab 2. Kehilangan
3
Bab 3. Melawan Gatot Kusumadi
4
Bab 4. Keluarga Baru
5
Bab 5. Kebahagiaan Baru
6
Bab 6. Inti Jiwa yang Hancur
7
Bab 7. Menuju Padepokan Kusumaloka
8
Bab 8. Berlatih Beladiri
9
Bab 9. Ditolak
10
Bab 10. Kesempatan
11
Bab 11. Ujian Dimulai
12
Bab 12. Sangat Mirip
13
Bab 13. Sosok Misterius di Goa
14
Bab 14. Jaka & Pitaloka
15
Bab 15. Lulus Ujian
16
Bab 16. Sepuluh Tahun Kemudian
17
Bab 17. Belati Bhumi Geni
18
Bab 18. Rencana Meninggalkan Padepokan
19
Bab 19. Musuh yang Mengintai
20
Bab 20. Arya tak Berdaya
21
Bab 21. Persiapan Misi Pengawalan
22
Bab 22. Perburuan Malam
23
Bab 23. Misi Kali Ini
24
Bab 24. Alas Banyuireng
25
Bab 25. Malam Serangan
26
Bab 26. Berhasil Mengalahkan Lawan
27
Bab 27. Pertemuan Tak Terduga
28
Bab 28. Dihantui Kekhawatiran
29
Bab 29. Gubuk
30
Bab 30. Kegelisahan Tersembunyi
31
Bab 31. Energi Penyembuh
32
Bab 32. Pertemuan Aditya dengan Ratih
33
Bab 33. Apa yang Terjadi?
34
Bab 34. Kenyataan Sulit Diterima
35
Bab 35. Waktu Lebih Lama
36
Bab 36. Sisi Lain
37
Bab 37. Sadar Tanpa Kesadaran
38
Bab 38. Dukungan Tak Terduga
39
Bab 39. Dupa Penenang
40
Bab 40. Makanan Untuk Arya
41
Bab 41. Pertemuan Kembali
42
Bab 42. Kehilangan Arya Sekali Lagi
43
Bab 43. Kembali Pada Widuri
44
Bab 44. Strategi
45
Bab 45. Misi
46
Bab 46. Menggantikan Arya
47
Bab 47. Sulit Berpura-pura
48
Bab 48. Secepat Mungkin Menuju Kusumaloka
49
Bab 49. Terungkap
50
Bab 50. Masuk Perangkap
51
Bab 51. Ruang Pribadi Gatot Kusumadi
52
Bab 52. Kenangan dan Emosi Kesedihan
53
Bab 53. Perasaan Keterpurukan
54
Bab 54. Pertarungan Aditya dan Gatot
55
Bab 55. Meninggalkan Arum Darmawangsa
56
Bab 56. Perjalanan Widuri dan Aditya
57
Bab 57. Kepingan Jiwa
58
Bab 58. Khawatir
59
Bab 59. Kembali
60
Bab 60. Tangisan Arya
61
Bab 61. Rekan Perjalanan
62
Bab 62. Awal Perjalanan
63
Bab 63. Dendam Gatot Kusumadi
64
Bab 64. Perampok Kacangan
65
Bab 65. Dua Kepingan Inti Jiwa
66
Bab 66. Kekacauan Arya
67
Bab 67. Mengurai Setiap Petunjuk
68
Bab 68. Renungan Pitaloka
69
Bab 69. Kedatangan Gatot Kusumadi di Padepokan
70
Bab 70. Pertarungan Dua Kubu
71
Bab 71. Pertarungan Sengit
72
Bab 72. Akhir Dari Gatot Kusumadi
73
Bab 73. Kehilangan Sekali Lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!