Bab 3. Melawan Gatot Kusumadi

Aditya dan Arya awalnya bertemu dengan tabib pria yang sedang melintas di hutan untuk mencari tanaman herbal. Pria muda dengan perawakan tinggi dan berkulit sawo matang itu heran melihat dua bocah laki-laki yang melintasi hutan dengan langkah terseok-seok. Mata mereka sembab, seperti telah mengalirkan banyak airmata. Jaka Wijaya yang tidak tega melihat itu akhirnya menghampiri mereka. Kedua bocah itu menceritakan secara singkat apa yang terjadi, hingga Jaka memutuskan untuk mengantar kedua anak itu kembali untuk menyusul ibunya.

Namun setibanya di depan kediaman Wiratama, mereka disambut dengan sesuatu yang begitu mengerikan. Bisma dan Ningsih terkapar dengan tubuh bersimbah darah. Gatot berdiri angkuh di halaman rumah, sembari menghempaskan pedang panjangnya hingga darah yang membasahi lempengan besi itu terciprat kemana-mana.

“Ayah! Ibu!” penkik Aditya dan Arya bersamaan.

Aditya dan Arya histeris, menangis dalam keputusasaan saat mereka berlari mendekati tubuh ayah dan ibu mereka yang terbaring tak berdaya. Arya mengguncang tubuh Ningsih sambil menangis meraung. Sedangkan Aditya memeluk tubuh Bisma.

“Ayah! Ibu!” teriak mereka di antara isak tangis, dengan suara yang penuh dengan kesedihan dan keputusasaan.

Jaka Wijaya tak pernah membayangkan jika niat baiknya mengantar anak-anak itu sepertinya adalah keputusan yang salah. Karena bisa jadi, keputusannya justru mendorong dua anak itu menuju jurang kematian. Jaka melangkah gontai mendekati dua anak kembar itu, namun dia bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Situasi saat ini begitu menegangkan. Jaka bisa merasakan aura membunuh yang begitu kuat di antara pria kekar dengan jenggot tebal itu.

Aditya dan Arya masih memeluk erat tubuh ayah dan ibu mereka, menangis dan meratap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Dalam kebingungan dan kesedihan yang mendalam, mereka berusaha mencari jawaban atas kekejaman yang baru saja mereka saksikan.

Mereka berbalik ke arah Gatot, yang masih berdiri di dekat mereka dengan ekspresi yang dingin dan tanpa belas kasihan. Dalam suara yang penuh dengan keputusasaan dan ketakutan, mereka bertanya pada Gatot, mencari jawaban atas tindakannya yang kejam.

“Mengapa? Kenapa kau melakukan ini?" teriak Arya, suaranya penuh dengan rasa sakit dan ketidakpercayaan atas apa yang baru saja terjadi.

“Kenapa kau begitu kejam pada orangtua kami? Apa salah mereka?” lanjut Aditya di sela-sela isaknya.

Namun, di hadapan mereka, Gatot tetap diam dan dingin. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya setelah Tindakan keji yang ia lakukan.

Aditya dan Arya, dipenuhi kemarahan atas kekejaman yang telah mereka saksikan. Tanpa ragu Aditya meriah golong yang tergeletak tak jauh

dari tubuh Ningsih yang terkapar.

“Kubunuh kau!” teriak Aditya. Dengan gerakan cepat, Aditya berlari dan mengayunkan golok itu pada Gatot. Namun dengan mudah Gatot menghindari serangan amatiran tersebut. Arya yang tidak ingin melihat kakak kembarnya

berjuang sendirian, akhirnya maju setelah meraih pedang kayu yang sebelumnya dia gunakan untuk berlatih bersama Aditya.

Jaka yang menyaksikan kejadian ini, terkejut melihat tindakan anak kembar itu. Dia menyadari bahwa Aditya dan Arya— bagaimanapun juga tidak sebanding dengan kekuatan dan keterampilan Gatot. Jaka Wijaya merasa khawatir karena menyadari bahwa kedua anak itu tidak akan mampu bertarung dengan Gatot, yang tenaga dalamnya begitu besar, bahkan bisa dirasakan meski hanya

dengan berdiri dengan jarak beberapa meter darinya.

Aditya dan Arya masih terus menyerang Gatot Kusumadi dengan niat yang kuat. Mereka mencoba menghancurkan pertahanan Gatot dengan golok dan pedang kayu mereka, namun setiap serangan mereka bertemu dengan pertahanan yang

kuat dan lincah dari Gatot.

Dalam sekejap, Gatot dengan gerakan yang halus dan cepat menjatuhkan Aditya dan Arya.

“Arrgghh!!” ringis Arya tak sanggup menahan rasa sakit setelah tubuhnya dihempaskan hingga menghantam dinding kayu rumahnya dan berakhir mendarat pada tanah. Arya terbatuk hingga mengeluarkan darah. Aditya yang melihat adiknya terbatuk darah jadi cemas, dengan langkah tertatih dia menghampiri bocah kecil yang memiliki wajah persis dengan dirinya itu.

“Kau masih bisa bertahan?” Aditya membantu adiknya berdiri. Arya mengangguk, wajahnya masih dipenuhi kemarahan. Meski sebenarnya tak banyak

energi yang tersisa. Keduanya kembali berlari menyerang, dengan serangan yang terkesan asal-asalan. Gatot tertawa-tawa, saat serangan bertubi-tubi menerjangnya.

“Ayo, kerahkan semua kemampuan kalian!” seru Gatot terlihat kegirangan. Kadang Gatot sengaja membiarkan Arya dan Aditya menebasnya dengan

senjata mereka, sengaja memamerkan otot-otot tubuhnya yang digdaya, bahkan tak bisa digores dengan senjata paling tajam sekali pun.

“Kenapa cuma seperti ini? Kerahkan lagi kemampuan kalian!” seru Gatot.

Aditya dan Arya tersengal-sengal, namun tak ada niatan untuk berhenti berjuang untuk menyerang Gatot. Meskipun mereka berusaha dengan sekuat

tenaga, kekuatan dan keahlian Gatot jauh melampaui kemampuan mereka. Setiap serangan mereka dengan mudah dipatahkan oleh keahlian Gatot. Bahkan satu hempasan tangan Gatot, membuat dua bocah itu terhempas, terlempar dan berakhir tersungkur tak berdaya di tanah. Meski begitu, sorot mata penuh dendam itu tidak redup dari kedua anak itu.

Melihat tekad bocah kembar itu, membuat Gatot

bersenang-senang. Gatot menunjukkan senyuman yang dingin dan ekspresi senang di wajahnya ketika melihat kemarahan dua bocah itu. Kemenangan mudah yang diraihnya atas mereka tampaknya memberinya kesenangan tersendiri, seolah-olah

pertarungan ini adalah hiburan baginya.

Melihat Aditya dan Arya yang sudah jatuh tersungkur tak berdaya, Jaka Wijaya segera berdiri di depan kedua anak itu. Menghadang Gatot

yang berusaha mendekatinya. Dengan wajah yang serius namun penuh dengan ketegasan, Jaka Wijaya menghadang Gatot, berusaha menghentikan pertarungan yang sudah tidak adil ini.

“Sudah cukup, Kisanak! Apa kau tidak bisa berbelas kasihan— bahkan kepada anak-anak?” tanya Jaka, berharap Gatot menyudahi tindakannya yang kejam pada dua anak itu.

Namun, kata-kata Jaka hanya ditanggapi dengan sikap dingin dan tidak peduli dari Gatot. Gatot tetap berdiri dengan sikap angkuh dan mengabaikan permohonan Jaka.

“Siapa kau?” tanya Gatot.

“Aku Jaka Wijaya, seorang tabib yang kebetulan lewat,” jawab Jaka. Gatot menaikkan sebelah bibirnya. “Aku tidak ada urusan denganmu. Cepat

minggir!” hardik Gatot.

“Sudahi ini. Apa kau tidak malu, melawan dua anak yang tidak berdaya?” ujar Jaka dengan nada yang lebih keras, mencoba membuat Gatot menyadari kekejaman dari tindakannya.

Gatot hanya tersenyum sinis, menganggap situasi ini sebagai sebuah hiburan bagi dirinya. “Jika kau tidak ingin mati, lebih baik jangan ganggu kesenanganku,” ujar Gatot dengan nada mengancam, menunjukkan

keengganannya untuk menghentikan pertarungan.

“Aku tidak akan bisa diam saja melihat anak-anak ini kau siksa,” seru Jaka Wijaya.

Gatot dengan kekejaman yang tak terbendung menghempaskan tangannya dengan kekuatan yang mengerikan, mengirim tubuh Jaka Wijaya terhempas

ke udara. Jaka tersungkur, terhantam keras oleh kekuatan pukulan Gatot.

Arya dan Aditya kaget melihat pria yang membantunya justru terlibat dalam masalah mereka.

Bersambung…

Terpopuler

Comments

Daryus Effendi

Daryus Effendi

dik ngucup,lilir nove ini

2025-02-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Tamu tak Diundang
2 Bab 2. Kehilangan
3 Bab 3. Melawan Gatot Kusumadi
4 Bab 4. Keluarga Baru
5 Bab 5. Kebahagiaan Baru
6 Bab 6. Inti Jiwa yang Hancur
7 Bab 7. Menuju Padepokan Kusumaloka
8 Bab 8. Berlatih Beladiri
9 Bab 9. Ditolak
10 Bab 10. Kesempatan
11 Bab 11. Ujian Dimulai
12 Bab 12. Sangat Mirip
13 Bab 13. Sosok Misterius di Goa
14 Bab 14. Jaka & Pitaloka
15 Bab 15. Lulus Ujian
16 Bab 16. Sepuluh Tahun Kemudian
17 Bab 17. Belati Bhumi Geni
18 Bab 18. Rencana Meninggalkan Padepokan
19 Bab 19. Musuh yang Mengintai
20 Bab 20. Arya tak Berdaya
21 Bab 21. Persiapan Misi Pengawalan
22 Bab 22. Perburuan Malam
23 Bab 23. Misi Kali Ini
24 Bab 24. Alas Banyuireng
25 Bab 25. Malam Serangan
26 Bab 26. Berhasil Mengalahkan Lawan
27 Bab 27. Pertemuan Tak Terduga
28 Bab 28. Dihantui Kekhawatiran
29 Bab 29. Gubuk
30 Bab 30. Kegelisahan Tersembunyi
31 Bab 31. Energi Penyembuh
32 Bab 32. Pertemuan Aditya dengan Ratih
33 Bab 33. Apa yang Terjadi?
34 Bab 34. Kenyataan Sulit Diterima
35 Bab 35. Waktu Lebih Lama
36 Bab 36. Sisi Lain
37 Bab 37. Sadar Tanpa Kesadaran
38 Bab 38. Dukungan Tak Terduga
39 Bab 39. Dupa Penenang
40 Bab 40. Makanan Untuk Arya
41 Bab 41. Pertemuan Kembali
42 Bab 42. Kehilangan Arya Sekali Lagi
43 Bab 43. Kembali Pada Widuri
44 Bab 44. Strategi
45 Bab 45. Misi
46 Bab 46. Menggantikan Arya
47 Bab 47. Sulit Berpura-pura
48 Bab 48. Secepat Mungkin Menuju Kusumaloka
49 Bab 49. Terungkap
50 Bab 50. Masuk Perangkap
51 Bab 51. Ruang Pribadi Gatot Kusumadi
52 Bab 52. Kenangan dan Emosi Kesedihan
53 Bab 53. Perasaan Keterpurukan
54 Bab 54. Pertarungan Aditya dan Gatot
55 Bab 55. Meninggalkan Arum Darmawangsa
56 Bab 56. Perjalanan Widuri dan Aditya
57 Bab 57. Kepingan Jiwa
58 Bab 58. Khawatir
59 Bab 59. Kembali
60 Bab 60. Tangisan Arya
61 Bab 61. Rekan Perjalanan
62 Bab 62. Awal Perjalanan
63 Bab 63. Dendam Gatot Kusumadi
64 Bab 64. Perampok Kacangan
65 Bab 65. Dua Kepingan Inti Jiwa
66 Bab 66. Kekacauan Arya
67 Bab 67. Mengurai Setiap Petunjuk
68 Bab 68. Renungan Pitaloka
69 Bab 69. Kedatangan Gatot Kusumadi di Padepokan
70 Bab 70. Pertarungan Dua Kubu
71 Bab 71. Pertarungan Sengit
72 Bab 72. Akhir Dari Gatot Kusumadi
73 Bab 73. Kehilangan Sekali Lagi
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Bab 1. Tamu tak Diundang
2
Bab 2. Kehilangan
3
Bab 3. Melawan Gatot Kusumadi
4
Bab 4. Keluarga Baru
5
Bab 5. Kebahagiaan Baru
6
Bab 6. Inti Jiwa yang Hancur
7
Bab 7. Menuju Padepokan Kusumaloka
8
Bab 8. Berlatih Beladiri
9
Bab 9. Ditolak
10
Bab 10. Kesempatan
11
Bab 11. Ujian Dimulai
12
Bab 12. Sangat Mirip
13
Bab 13. Sosok Misterius di Goa
14
Bab 14. Jaka & Pitaloka
15
Bab 15. Lulus Ujian
16
Bab 16. Sepuluh Tahun Kemudian
17
Bab 17. Belati Bhumi Geni
18
Bab 18. Rencana Meninggalkan Padepokan
19
Bab 19. Musuh yang Mengintai
20
Bab 20. Arya tak Berdaya
21
Bab 21. Persiapan Misi Pengawalan
22
Bab 22. Perburuan Malam
23
Bab 23. Misi Kali Ini
24
Bab 24. Alas Banyuireng
25
Bab 25. Malam Serangan
26
Bab 26. Berhasil Mengalahkan Lawan
27
Bab 27. Pertemuan Tak Terduga
28
Bab 28. Dihantui Kekhawatiran
29
Bab 29. Gubuk
30
Bab 30. Kegelisahan Tersembunyi
31
Bab 31. Energi Penyembuh
32
Bab 32. Pertemuan Aditya dengan Ratih
33
Bab 33. Apa yang Terjadi?
34
Bab 34. Kenyataan Sulit Diterima
35
Bab 35. Waktu Lebih Lama
36
Bab 36. Sisi Lain
37
Bab 37. Sadar Tanpa Kesadaran
38
Bab 38. Dukungan Tak Terduga
39
Bab 39. Dupa Penenang
40
Bab 40. Makanan Untuk Arya
41
Bab 41. Pertemuan Kembali
42
Bab 42. Kehilangan Arya Sekali Lagi
43
Bab 43. Kembali Pada Widuri
44
Bab 44. Strategi
45
Bab 45. Misi
46
Bab 46. Menggantikan Arya
47
Bab 47. Sulit Berpura-pura
48
Bab 48. Secepat Mungkin Menuju Kusumaloka
49
Bab 49. Terungkap
50
Bab 50. Masuk Perangkap
51
Bab 51. Ruang Pribadi Gatot Kusumadi
52
Bab 52. Kenangan dan Emosi Kesedihan
53
Bab 53. Perasaan Keterpurukan
54
Bab 54. Pertarungan Aditya dan Gatot
55
Bab 55. Meninggalkan Arum Darmawangsa
56
Bab 56. Perjalanan Widuri dan Aditya
57
Bab 57. Kepingan Jiwa
58
Bab 58. Khawatir
59
Bab 59. Kembali
60
Bab 60. Tangisan Arya
61
Bab 61. Rekan Perjalanan
62
Bab 62. Awal Perjalanan
63
Bab 63. Dendam Gatot Kusumadi
64
Bab 64. Perampok Kacangan
65
Bab 65. Dua Kepingan Inti Jiwa
66
Bab 66. Kekacauan Arya
67
Bab 67. Mengurai Setiap Petunjuk
68
Bab 68. Renungan Pitaloka
69
Bab 69. Kedatangan Gatot Kusumadi di Padepokan
70
Bab 70. Pertarungan Dua Kubu
71
Bab 71. Pertarungan Sengit
72
Bab 72. Akhir Dari Gatot Kusumadi
73
Bab 73. Kehilangan Sekali Lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!