Edgar keluar dari kamar mandi dengan melilit handuk di pinggang, rambutnya yang hitam basah menjuntai, meneteskan air di dalam kamar. Wajahnya terlihat segar, namun langkahnya santai dengan percaya diri.
“Bu, baju saya di mana ya?” tanyanya sambil berjalan mendekati Ana yang sedang sibuk merapikan lemari.
Ana yang tengah fokus langsung menoleh, dan matanya membelalak. Wajahnya memerah seketika. “Aaaaa! Edgar! Apa-apaan kamu!” teriaknya, refleks menutup wajahnya dengan tangannya.
Edgar langsung menoleh ke belakang dengan bingung. “Ada apa bu? Apa ada sesuatu di belakang saya?” tanyanya polos.
“Cepat pakek baju kamu! Di lemari, cari sendiri! Jangan mendekat ke saya!” Ana membalikkan badan dengan cepat, berusaha menahan gejolak di dadanya.
Edgar tertawa kecil, merasa geli melihat reaksi istrinya itu. “Halal bu. Kalau ibu mau, saya bisa menunjukkan lebih banyak kok.” godanya dengan nada jahil.
Ana mengambil buku dari rak dan melemparkan ke Edgar tanpa menoleh. “Kamu jangan kurang ajar Edgar! Cepat pakek bajumu di dalam kamar mandi! Kalau kamu nggak mau, saya suruh tidur di luar nanti.”
Edgar mengangkat tangan tanda menyerah. Ia mengambil pakaian di dalam lemari dan kembali ke kamar mandi sambil terkekeh. “Baik bu. Tapi tenang aja, saya nggak akan pergi jauh. Saya ini suami yang setia.”
Ana memutar matanya berusaha memendam rasa gugup. “Ya Tuhan murid macam apa ini,” gumamnya pelan sambil melanjutkan menyusun buku-buku Edgar di atas meja.
Beberapa menit kemudian Edgar keluar dengan menggunakan pakaian bersih. Iya berjalan santai sambil menyerahkan handuk ke Ana. “Sekarang giliran ibu. Cepat mandi. Kalau ibu sakit, siapa yang merawat saya?”
Ana mendelik pada Edgar, lalu mengambil handuk itu tanpa berkata apa-apa. Ia mengambil pakaian ganti dan masuk ke kamar mandi, berusaha menghindari tatapan Edgar yang entah mengapa membuatnya salah tingkah.
......................
Ketika selesai mandi, Ana keluar dengan rambut basah yang masih menetes. Ia mengenakan hijab, meskipun kurang nyaman karena rambutnya belum kering sepenuhnya.
Pandangannya langsung pada Edgar yang tampak santai duduk di ranjangnya sambil bermain ponsel.
“Kamu ngapain duduk di situ? Itu tempat tidur saya!” serunya, berusaha terdengar galak meskipun jantungnya berdebar.
Edgar menoleh menatap Ana dari ujung kepala hingga kaki. “Ibu pakek hijab juga ya di rumah? Keren ya. Ibu benar-benar menjaga diri.”
Ana mendesah kesal. “Iya jelas! Kalau nggak ada kamu, ini udah saya buka! Kamu pikir saya mau dilihat sembarangan?”
Edgar hanya tersenyum, lalu menepuk panjang. “Sini duduk bu, saya mau ngomong sesuatu.”
Ana mengangkat alis merasa curiga. “Nggak usah. Saya bisa tidur di bawah. Kamu di sini aja.”
“Bu, kalau anda nggak mau duduk sekarang. Saya bisa minta lebih dari ini. Jangan salahkan saya,” ancam Edgar sambil tersenyum tipis, matanya penuh tantangan.
Ana memutar bola matanya. “Kamu belajar ancaman-ancaman begini dari mana sih? Dengar ya, walaupun kamu suami saya, bukan berarti kamu bisa seenaknya.”
Edgar mengangkat bahu santai. “Tapi posisi saya suami bu di sini. Dan suami punya hak kan? Apalagi saya seorang atlet taekwondo. Mau coba lawan.”
Ana tertegun, mengingat bahwa Edgar memang seorang atlet dan lebih besar darinya. Dengan terpaksa ia berjalan mendekat, dan duduk di tepi ranjang, menjaga jarak sejauh mungkin.
“Cepat katakan apa yang kamu mau. Saya nggak punya waktu untuk bermain-main.”
Edgar menyandarkan tubuhnya ke dinding, menatap Ana dengan wajah serius. “Bu, saya ini suami anda. Dalam agama kita, suami istri harus terbuka, termasuk soal penampilan. Jadi tolong buka hijabnya. Saya nggak suka kalau istri saya menutup-nutupi sesuatu dari saya.”
Ana menatap Edgar tajam. “Ed, ini beda! Kita belum benar-benar menjalankan pernikahan ini. Dan saya belum siap untuk, untuk itu semua.”
“Ibu mau di paksa atau nggak? Kalau saya paksa, saya buka semuanya. Kalau ibu mau, ibu buka hijab aja,” jawab Edgar santai tapi nadanya jelas-jelas terdengar sebuah ultimatum.
Ana menelan ludah, mencoba menahan rasa gugup. Dengan sangat terpaksa, membuka hijabnya secara perlahan. “Awas kalau kamu macam-macam. Saya bisa kabur dari rumah ini.”
Edgar menatap Ana dengan mata yang penuh dengan kekaguman. “Cantik,” bisiknya pelan tapi cukup jelas di dengar Ana.
Ana langsung menoleh wajahnya memerah. “Apa-apaan sih kamu? Jangan asal ngomong!”
Edgar mendekat mengambil handuk di tangan Ana. “Rambut ibu masih basah! Sini, saya keringkan.”
“Eh, jangan! Saya bisa sendiri.” Ana langsung berdiri, berjalan cepat menuju meja rias untuk mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.
Edgar hanya tertawa kecil sambil menyandarkan tubuhnya ranjang. “Ibu ini keras kepala sekali ya.”
Setelah selesai, Ana melihat kembali ke Edgar sedang merapikan bantal.
“Sini tidur Bu. Sudah malam,” ucapnya sambil menepuk-nepuk ranjang.
“Kamu aja tidur di sana. Saya tidur di bawah,” jawab Ana tegas.
Edgar menggeleng. “Ibu lupa ya, membantah suami itu dosa. Ayo sini, jangan banyak alasan.”
Dengan sangat terpaksa, Ana naik ke ranjang, menjaga jarak sejauh mungkin. Namun, Edgar tiba-tiba memunggungi Ana.
“Bu, gosokin punggung saya. Saya nggak bisa tidur kalau nggak di gosokin punggung saya,” pintanya dengan nada manja.
Ana melotot. “Kamu ini laki-laki dewasa atau anak kecil sih? Udah, tidur aja sana sendiri! Kita juga bisa cerai besok.”
Edgar tiba-tiba memutar memeluk Ana dari belakang. “Kalau begitu, saya minta hak saya sekarang, sebelum kita bercerai. Padahal saya sangat benci mendengar kata perceraian. Saya nggak akan begini kalau ibu berhenti bicara soal perceraian.”
“Lepas Edgar! Aku janji nggak ngomong soal cerai lagi. Tolong beri saya waktu, saya benar-benar belum siap.” Ana berontak.
Edgar melepaskan Ana. “Ingat ya bu. Jangan lagi ngomong soal perceraian. Sekarang gosokin punggung saya.”
Dengan kesal Ana menurut, dalam hatinya ia hanya bisa mengumpat, bertanya-tanya bagaimana bisa dirinya terjebak dalam situasi seperti ini. Namun, perlahan matanya mulai berat, dan ia pun tetap tertidur sambil tetap menggerutu dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BAGUSNYA SIH JGN MUNGIL, TPI SUAMI BRONDONG..
2024-03-16
2
Alexandra Juliana
Tubuh Edgar lebih tinggi dr Ana dan tegap, tp knp selalu dibilang mungil?
2024-02-09
1
~f
Asal kau tau Ana, lelaki itu banyak taktiknya kalau mau mendekati wanita apalagi istrinya sendiri, contohnya aja tuh minta di garuti, besok² minta di pegang, terus sampai dapat. Hati-hati kau..../Facepalm/
Next Thor, greget dengan ceritanya 👉
2024-01-12
2