“Pagi Pa, Ma!” sapa Dea.
Papa Dea mengangguk kemudian melanjutkan lagi rutinitas paginya. Secangkir kopi dan sekumpulan koran. Mama Dea juga mengangguk. Dia mengambilkan sebuah piring, meletakkan nasi goreng dengan telur dadar, menuangkan susu putih, dan memberikan kepada Dea. Gadis tomboy itu melahapnya. EUENAKKK! Dea menambah lagi. Siapa sangka, Dea bisa menghabiskan dua piring nasi goreng dalam sekali duduk.
Tit… tit… tit…
Mama dan papa Dea menoleh kepadanya. Bunyi klason sepeda motor. Dea binggung. Siapa itu? Biasanya tidak ada seorangpun yang datang ke rumah pada jam segini. Dan tidak mungkin lagi jika ada yang menjemputnya. Karena selama ini, dia selalu menggunakan angkutan umum.
Tanpa pikir panjang, Dea segera beranjak dari tempat duduk dan berlari menuju pintu.
“Andre,” ucap Dea terkejut.
“Pagi,” kata Andre dengan tersenyum ramah, tapi sedikit kelihatan ada niat terselubung.
“Ngapain kamu di depan rumahku?”
“Aku ingin jemput kamu, emang nggak boleh?”
“Nggak!” ucap Dea ketus sembari menutup pintu.
Mengapa sih cowok itu? Pagi-pagi sudah menganggu orang. Apa Andre tidak mengerti dengan ucapan kata tidak itu? Atau Dea harus menggunakan bahasa planet? Sesaat, Dea tertawa. Bahasa planet. Apa benar Andre alien?
“Siapa di depan, Dea?” tanya mama Dea ingin tahu.
“Bukan siapa-siap kok, Ma!” jawab Dea sembari melanjutkan sarapannya.
“Pa, hari ini aku bareng dengan papa, ya!” pinta Dea.
“Kok tumben. Ada apa Dea?”
“Nggak ada apa-apa kok, Pa!”
“Ya sudah, kamu siap-siap ya! Sebentar lagi kita berangkat,”
“KELUAR!” bentak Dea.
Andre hanya tertawa saja melihat kemarahan Dea. Dia terlihat menikmati suara-suara melenking dari mulut Dea. Bahkan dia merasa sanga enjoy takkala Dea memukulnya dengan sangat keras dan menyuruhnya menjauh dari kursi jabatannya. Pengurus osis yang ada di ruangan itu hanya mengeryitkan alis. Mau bertanya ada apa? Tapi takut. Mau menenangkan amukan Dea? Tapi wajah Dea sangat lucu. Merah bagaikan tomat. Atau bisa di umpamakan seperti Patrick Star dalam film Sponge Bob Squarepants. Biarkan sajalah, mumpung tontotan gratis, pikir para pengurus osis sembari tertawa. Sedangkan Tari, dia tidak berkutik dengan pertengkaran itu. Bukannya dia tidak mau menenangkan Dea, hanya saja dia sudah terpaku dengan kegantengan Andre.
“Sabar dong, Dea. Kamu mau aku tidak menganggu kamu, kan. Nanti sepulang sekolah, aku tunggu kamu di parkiran,”
“PERGI SANA!”
“Hahahaha! Enak juga kursi ketua itu. Lain kali aku boleh duduk di sana lagi, kan,” ujar Andre dengan mengoyang-goyangkan kursi itu.
“TIDAK!”
Andre kembali tersenyum. Dia menang dalam pertempuran batin pada pagi ini. Sungguh menyenangkan. Dia pergi menuju kelasnya dengan tawa kemenangan. Sebenarnya, Dea pantas marah kepadanya. Pagi-pagi sekali, dia sudah datang ke rumah Dea. Bukan hanya itu. Di ruang osis ketika Dea membuka pintu, dia mendapatkan Andre sedang duduk santai di kursinya.
“Dea, sabar! Nggak baik kalau cewek teriak seperti tadi,”Tari memberi nasihat.
“KESEL… KESEL… KESEL… Dia mau apa sih sebenarnya?”
“Emang ada apa sih antara kamu dan Andre?”
“Sudahlah, Tar. Aku malas membahas mengenai Andre lagi. Aku muak!” sembari meninggalkan ruangan.
“Tunggu, Dea!” kata Tari mencoba mengejar.
“APA, DIA TAHU KALAU KAMU DION?”
“Sssstttt,” Dea menutup mulut Tari. “Jangan keras-keras. Kamu mau satu sekolah tahu,”
“Sorry!” ucap Tari meminta maaf. “Terus, kamu mau bagaimana?”
“Aduuuh, Tari sayang. Kalau aku tahu, aku tidak akan pusing seperti ini,”
Tari mengangguk tanda mengerti. Perlahan, dia duduk di samping Dea dan merebahkan kepala ke pundak gadis itu. Dia juga menjadi binggung. Dia ingin mendukung Dea agar tetap bermain drum melebihi hobinya. Namun, dia tidak bisa mengatakan itu. Dia takut bila Dea akan terluka dengan perkataannya itu.
“Tar, sepertinya aku akan mengakhiri semua ini. Aku capek bila di ganggu terus,”
“Maksud kamu?”
“Aku sudh memikirkan hal itu semalaman. Aku yakin, Kak Dion pasti menginginkan hal itu juga,” kata Dea sembari meninggalkan Tari yang kebinggungan.
Sudah di putuskan. Dea harus melakukan itu. Demi dirinya. Demi hobinya. Dan demi Kak Dion. Dia segera menuju korindor kelas XI IPS 2. Kepala celingak-celinguk mencari sosok Andre. Harus sekararng. Hatinya sudah tidak sabar lagi.
“Kok tumben ke kelasku?” kaget Andre.
“Aku mau ngomong dengan kamu,”
“Ngomong aja. Tidak ada yang melarang,”
“Aku tidak mau ngomong di sini, bisa kita pergi ke ruang osis,”
“Boleh!” kata Andre lembut.
Dea dan Andre meninggalkan ruangan IPS itu. Mereka menuju ruang osis yang ada di sudut sekolah dekat perpustakaan. Hening. Tidak ada siapa-siapa di dalam ruangan itu.
“Terus, kamu mau ngomong apa?” Andre membuka pembicaraan.
“Aku setuju,”
“Setuju?”
“Ya, aku setuju gabung dengan band kalian,”
“WAH! Tidak nyangka pertahanan kamu sudah runtuh. Cepat juga kamu menyerah!” kata Andre tertawa.
“Aku mau gabung dengan Scorpio tapi dengan beberapa syarat,”
“Syarat?, Apa maksud kamu?”
“Aku tidak mau identitasku di ketahui oleh orang lain kecuali anggota Scorpio. Dan satu lagi, aku akan menjadi Dion saat performance,”
“Setuju,” jawab Andre tanpa pikir panjang.
“Oke, berarti kita deal,” kata Dea sembari menyodorkan tangannya.
“Deal,” jawab Andre lagi dengan mengambil tangan Dea.
Perlahan, Dea tersenyum. Senyuman itu di sambut oleh Andre. Dea sudah teguh, dia akan bermain drum lebih dari sekedar hobi. Scorpio, mungkin nama band itu akan membawanya menuju kesuksesan. Mungkin saja akan membuat Kak Dion tersenyum di dunia abadi.
“Pulang sekolah nanti, kamu jadikan ke parkiran. Aku antar pulang!”
“TIDAK,” Teriak Dea dengan tegas.
Andre tertawa. Prinsip untuk bermian drumnya sudah runtuh tapi hatinya masih tertutup seperti dulu. Hatinya terkunci sangat rapat. Bahkan memiliki berlapis-lapis gembok.
“Kalau kamu tidak mau, terpaksa sepulang sekolah aku jemput di kelas, ya,” kata Andre sembari tertawa terbahak-bahak.
VOTE-NYA DONG! LIKE-NYA DONG!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Shesa (Emon)
.semangatt ka, jgn lupa mampir di karyaku yg judul nya Mr.Tan
2020-04-27
0
lia_halmusd
makin penasaran nih....
2020-04-15
0
Nada Zalfa
Andre nekat bener
2020-02-16
3