Namanya, Kevin

“Iya, betul” Aku menjawab dengan suara yang semakin halus ketika kudengar kalau itu adalah suara seorang cowok, bukan lelaki paruh baya atau sudah menikah.

“Maaf menelpon kamu malam – malam seperti ini.”

“Ini siapa yah?” Kalau kalian pernah mendengar suara Cameron Diaz waktu mengisi suara Putri Viona di Shrek, begitulah gambaran suaraku sekarang ini.

“Maaf lagi. Aku Kevin. Aku dengar kalau kamu biasa memberi les Bahasa Inggris.”

“Iya, bisa,“ aku jawab ragu – ragu.

“OK kalau begitu. Aku dapat nomormu atas rekomendasi teman. Dia bilang kalau kamu biasa kasih les. Dia juga bilang kalau Bahasa Inggrismu sangat bagus “

“Ah, biasa saja.“ Aku tersenyum sambil menjawab dengan suara super halus.

Kalau aku bayangkan dari suaranya, dia pasti cowok keren, ramah dengan tinggi tidak kurang dari 180 cm. Semoga saja firasatku ini benar.

“Jadi bagaimana Matahari?

“Panggil May saja,”

“Oh maaf, jadi bagaimana May, kamu bisa kasih aku les apa tidak?”

Masih dengan nada super duper halus aku menjawab, “Iya, bisa saja. tapi untuk hari – hari tertentu aku sudah memberi les privat ke dua orang anak yang lainnya. Jadi harus mencari waktu yang benar – benar luang. Seperti Sabtu misalnya”

Aku menyebutkan ‘Sabtu’ supaya aku terbebas dari kewajiban berkunjung ke rumah Nenek dan syukur – syukur kalau cowok ramah dan yang aku harap super keren ini menganggap pelajaran denganku adalah kencan di malam minggu.

“Iya, sabtu juga tidak apa – apa. Tapi aku kira kalau kita harus bertemu dulu sebelum kamu mulai memberikan pelajaran pertama, bagaimana ?”

Cowok ini free di hari Sabtu. Artinya cowok ini masih jomblo! Apakah ini sebuah pertanda kalau Matahari akan mendapatkan pacar? Please … please … please …  

“Iya, bisa.” Aku berbicara seolah – olah aku ini seorang gadis anggun jebolan sekolah kepribadian tingkat lanjut yang punya otak cemerlang dan penampilan paling rupawan.

“Jadi?“ suara cowok itu kembali terdengar.

“Jadi yah tentu saja jadi dong “ Aku berpikir di tengah suara lembutku apakah ada seorang cowok di jaman sebelum aku sekarang, atau sekarang atau di suatu masa yang akan datang, yang jatuh cinta hanya karena mendengar suara halus seseorang seperti aku.

“Bukan, bukan itu yang aku tanyakan. Kita jadi ketemunya kapan. Kita bisa membicarakan harga, waktu dan juga tempat yang kira – kira nyaman “ katanya yang kudengar dari HPku.

“Oh itu … ehm …. Kecuali rabu dan jumat, aku bisa bertemu dengan kamu di sore hari. Tapi kalau terpaksa kamu tidak bisa ketemu aku hari rabu atau jumat, kita bisa bertemu kapan saja antara jam 3 sampai jam 5 sore. Pokonya sebelum jam 6 lah “

“Ehm … Ok. Kalau begitu aku ketemu kamu hari senin saja bagaimana ?” dalam hati aku bersorak kegirangan. Matahari yang masih jomblo ini akan bertemu jodoh lebih cepat daripada yang aku bayangkan. Hari senin berarti dua hari lagi.

“Hari Senin, sebentar aku lihat agendaku dulu yah“ aku pura – pura jual mahal sambil membuka – buka buku pelajaranku supaya terkesan aku membuka sesuatu dari kertas yang pasti Kevin kira aku sedang membuka agenda.

“Hari senin jam berapa ?” Aku bertanya pada Kevin lagi.

“Jam lima bagaimana ?”

“Ehm, jam lima yah?”

“Kamu tidak bisa ? kita bisa ubah jam atau harinya kalau kamu mau “

Terkesan suara Kevin di seberang sana sedikit cemas. Masakan aku akan menolak dengan cowok yang suaranya super keren ini.

“Bukan begitu, bisa kok. Kalau jam lima sih tidak ada masalah. Tapi jam enam aku harus memberi les ke seseorang yang lain. Jadi meskipun kita bertemu, waktu kita paling lama hanya sekitar empat puluh lima menit saja. Bagaimana?”

“Empat puluh lima menit sudah lebih dari cukup May” dia menjawab.

Kalau kamu benar – benar keren dan ramah seperti itu, empat puluh lima menit tidak akan pernah cukup Kevin, aku berangan – angan dalam hati.

“Baik kalau begitu. Asalkan kau berjanji pertemuan kita tidak akan memakan waktu lebih dari itu “ Aku berlagak seperti seorang wanita karir professional. Kalau begini terus aku bisa pergi ke Jakarta lebih cepat. Mungkin sebelum berumur dua puluh satu aku sudah akan bisa melihat indahnya sea world yang menurut informasi terakhir yang aku dapatkan memang Seaworld masih ada di di Jakarta, belum pindah ke salah satu tempat di Indonesia.

“Dimana ?” Aku kali ini yang bertanya.

“Ehm, kamu lebih nyaman dimana?” katanya. Aku semakin mabuk mendengar kata – katanya. Bagaimana mungkin ada seseorang yang sangat perhatian kepadaku meskipun ini adalah pertama kalinya kami mengobrol. Berbicara dengan dia seakan – akan aku ini memang Putri Viona dalam versi cantik, langsing dan anggun.

“Ehm … dimana yah ?” Aku sendiri juga bingung. Masakan ketemu dengan cowok macam Kevin harus di rumahku. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan rumahku, tapi aku menganggap kalau rumahku tidak ‘terlalu layak’ untuk dikunjungi oleh seseorang seorang cowok seperti Kevin.

“Aku tahu satu tempat. Tapi aku tidak tahu apa kamu suka atau tidak ?”

“Dimana?”

Kevin menyebutkan satu tempat yang aku cukup suka. Aku pernah ke sana sama Papa sebelumnya. Gak sering sih. Tapi pernah saja.

“Baik kalau begitu.“ tiba – tiba aku merasa ingin bersin. Bersinku tidak akan enak didengar oleh siapapun. Aku harap pembicaraan ini cepat – cepat berakhir sebelum Kevin mendengar aku bersin.

“OK. Jadi hari senin jam lima sore di sana yah”

“Iya” Kenapa dia tidak selesai saja. Rasanya bersinku sudah di kepala.

“Bagaimana nanti aku tahu kamu May. Kita belum pernah ketemu sebelumnya?”

Susah payah aku menahan bersinku. Rasa anggun ini tidak boleh rusak hanya karena bersin.

“Gampang saja. Kalau kamu sudah sampai di sana. Kamu telpon aku saja. Aku akan set ringtoneku keras – keras. Kalau kau dengar itu, pasti itu adalah aku “ Kenapa juga Kevin tidak cvepat – cepat menyelesaikan pembicaraan ini. Aku sudah tidak kuat lagi menahan bersinku.

“OK kalau begitu. Pastikan kau ada disana hari Senin nanti. Selamat malam May.”

Aku tidak menjawab balik ‘selamat malam’ karena kalau aku buka mulutku sedikit saja, pasti bersinku akan keluar tak bisa ditahan. Aku pastikan sampai terdengar nada sibuk di HPku. Setelah terdengar, aku buka mulutku dan …. “Hatsyoooo … “ keras sekali. sangat lega. Sangat nyaman. Sangat mengenakkan. Tapi aku tidak menyesal telah menahan bersin selama itu untuk menjaga imageku di depan Kevin.

“Tidur Harrrrrrr! Sudah malam, dari tadi Nenek dengar kamu ngobrol terus!” Aku dengar suara Nenekku di kamar sebelah.

“Iya Nek” aku jawab. Aku tidur, diiringi alam yang menyajikan konser paduan suara indah. Jangkrik yang memainkan nada alto dan katak yang bermain di bass. Sesekali suara tokek memberi harmony yang menambah indah pertunjukan malam ini. Aku tertidur … dan bermimpi …. Menjadi salah satu finalis Indonesian Idol dan menyanyi diiringi oleh Magenta Orkestra. 

Follow me in instagram @eveningtea81 for daily quote and short stories! 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!