3. Sial

Tubuh Delisa menegang dengan mulut tak bisa bicara saat siuman dari pingsannya. Kedua orangtuanya menatapnya dalam seakan ingin tahu secara langsung apa yang terjadi dengan Devina.

Delisa yang masih terbaring di kasur empuknya tidak tahu harus menjelaskan apa pada orangtuanya dengan melihat berita kematian Devina yang over dosis oleh narkoba dan tubuhnya tertutup oleh selimut hotel.

Anehnya Devina seakan dipindahkan dari tempat kejadian perkara ke tempat lainnya untuk menghilangkan jejak pelaku yang telah memperkosanya.

"Jika kamu menginap di rumah Devina, apakah kamu bisa jelaskan mengapa Devina justru tewas di kamar hotel sementara kamu terlihat baik-baik saja. Di mana kamu tidur semalam, hah...?" bentak tuan Ferdi Dermawan.

"Aku...aku....!" kata itu tidak mampu keluar dari mulut Delisa. Dirinya benar-benar syok berat. Tatapannya nanar dengan pikirannya terasa kosong saat ini. Hanya pendengarannya yang berperan aktif namun ia tidak bisa memberikan komentar balik pada kedua orangtuanya yang terus menerus mendesaknya untuk menjelaskan apa yang dilakukannya semalam hingga pulang pagi.

Tok....tok... tok...

Ketukan pintu kamarnya membuat kedua orangtuanya Delisa menggumam bersamaan.

"Masuk...!"

Cek..lek....

Wajah pucat seorang pelayan bernama Ines memberitahukan informasi pada tuan dan nyonya nya itu." Ada apa? Kenapa kamu gugup seperti itu?" selidik nyonya Ayumi berdiri dengan berkacak pinggang ke arah Inez.

"Di bawah ada polisi nyonya. Mereka sedang mencari nona muda," ucap Ines.

"Astaga...! Bagaimana ini papi?" panik nyonya Ayumi.

"Kita harus bilang kalau putri kita pulang dan tidur di rumahnya. Dan dia saat ini sedang syok karena baru mengetahui berita kematian Devina," jelas tuan Ferdian Dermawan menciptakan alibi untuk putrinya.

"Ya Tuhan. Menyusahkan saja ini anak. Sekalinya dikasih kebebasan langsung mendapatkan masalah. Tahu gitu tidak usah kasih kebebasan sekalian," geram nyonya Ayumi jadi membenci putri kebanggaannya itu.

Delisa masih terperangkap dalam pikirannya. Kedua orangtuanya yang tidak mengerti kondisi kejiwaan putrinya saat ini menganggap jika Delisa hanya menghindari pertanyaan mereka dan berpura-pura terlihat syok.

Dibawah sana, polisi sedang bicara serius dengan tuan Ferdian Dermawan. Mereka menanyakan keberadaan Delisa namun nyonya Ayumi yang cepat tanggap mulai bersandiwara dengan kondisi putrinya.

Tujuannya bukan untuk melindungi putrinya namun ia hanya menjaga reputasi keluarga besar agar perusahaan mereka tidak terkena imbas dengan masalah Devina.

"Jam berapa putri anda tiba di rumah semalam nyonya?" tanya polisi Beno.

"Sekitar jam 12 malam," bohong nyonya Ayumi asal bicara.

"Apakah kamu bisa bertemu dengan putri anda? Kami hanya ingin tahu keadaannya. Dan kami juga ingin memeriksa beberapa hal termasuk urine dan keterlibatan nona Delisa yang mungkin saja ikut melakukan se*s bebas dengan teman-temannya ," ucap polwan cantik yang bernama Fenya.

"Apaaa....? Kenapa sampai sejauh itu kalian membutuhkan bukti atas keterlibatan putriku sementara dua tidak melakukan apapun. Bahkan dia tidak mabuk sama sekali semalam." Lagi-lagi tuan Ferdinand berbohong.

"Boleh kami periksa bekas baju yang dipakainya semalam?" selidik polwan itu tidak main-main.

"Sial...!" bagaimana ini? Bahkan baju putriku yang dipakainya semalam masih melekat di tubuhnya.

"Jika harus tes urine, bagaimana kalau putriku terkena narkoba juga? Ya Tuhan. Ini sangat membuatku pusing," keluh nyonya Ayumi membatin.

"Ok. Silahkan ikut denganku ke kamar putri kami. Kondisinya saat ini tidak baik-baik saja," ucap tuan Ferdinand mulai melunak. Tidak segarang tadi.

Di kamar Delisa, gadis ini benar-benar terlihat syok dengan posisi tubuh tidak berubah dengan ekspresi wajah yang terlihat sendu dan pikiran kosong. Kematian Devina menjadi pukulan berat baginya.

Satu-satu yang menjadi saksinya atas tidak terlibat dirinya adalah Jericho. Apa kabar pria tampan itu yang mengaku sudah tidur dengan dirinya.

"Apakah nona Delisa seperti ini sejak tadi?" tanya polisi Fenya pada nyonya Ayumi yang mulai gelisah melihat keadaan putrinya.

"Benar Bu. Sejak kami memberitahukan kabar kematian temannya Devina, ekspresinya ya seperti itu setelah siuman dari pingsannya," jelas nyonya Ayumi apa adanya.

"Ada dokter psikolog di sini. Biar dia yang memeriksa keadaannya Delisa sebelum putri kalian mengalami trauma yang lebih berat," ujar polisi Fenya.

"Silahkan dokter...! Kami serahkan keselamatan putri kami pada anda," ucap nyonya Ayumi meninggalkan dokter Ajeng yang memang khusus melayani pasien gangguan mental dan pasien narkoba.

Ada juga dokter yang akan memeriksa keterlibatan Delisa dalam pesta seks yaitu dokter obgyn yang berhubungan langsung dengan area kewanitaan Delisa.

"Selamat pagi nona Delisa...!" sapa dokter Ajeng ramah.

Delisa terdiam hanya gerakan matanya saja yang menatap wajah dokter cantik itu. Dokter Ajeng memperkenalkan dirinya dan mulai mencaritahu tentang peristiwa semalam dengan masuk ke dalam alam bawah sadarnya Delisa.

"Apa yang kamu lakukan kemarin malam sekitar pukul 7 malam, nona Delisa? Apakah kamu masih ingat?" tanya dokter Ajeng lembut.

"Ke diskotik."

"Dengan siapa kamu ke sana?"

"Devina, Sella dan Della. Kami bertempat ke sana."

"Bisa kamu ceritakan apa yang kalian lakukan di dalam diskotik itu?" selidik dokter Ajeng lebih lanjut.

Delisa menceritakan apa yang dia ingat untuk terakhir kalinya dan selebihnya ia tidak mengingat lagi karena minuman yang ia tenggak sudah bercampur dengan obat penenang yang membuatnya tidak sadarkan diri.

"Bagaimana bisa kamu pulang dalam keadaan mabuk dan mengetahui jalan pulang ke rumahmu?" tanya dokter Ajeng dan kali ini Delisa mengingat ia tidur di tempat lain dan melihat wajah seseorang dan ia belum sempat berkenalan dengan Jericho hingga tiba di rumahnya.

Delisa tidak bisa lagi menceritakan apapun pada dokter Ajeng tentang Jericho karena ia tidak yakin dengan apa yang ia ingat saat ini. Apakah itu nyata baginya atau hanya bagian dari mimpi. Delisa memegang kepalanya yang terasa sangat sakit sambil mendesis.

Dokter Ajeng tidak bisa lagi mengorek informasi lebih lanjut pada Delisa. Iapun menarik kesimpulan kalau Delisa tidak terlibat atas kematian Devina. Kasus itu menjadi buntu bagi mereka karena kondisi kejiwaan Delisa.

"Aku sudah selesai dokter Rika. Silahkan lanjutkan tugas anda untuk mengetahui gadis ini ikut terlibat pesta s*ks atau tidak?" ucap dokter Ajeng meninggalkan dokter Rika dengan Delisa sendirian di dalam kamar untuk menjaga privasi Delisa.

"Baiklah."

Dokter Rika mengambil darah Delisa untuk mengetahui kadar alkohol yang mungkin terdapat di dalam darah Delisa. Setelah itu ia melanjutkan tugas intinya yaitu memeriksa jalur rahim Delisa.

Beberapa menit kemudian, dokter Rika menyelesaikan tugasnya dan turun kembali ke lantai bawah menemui kedua orangtuanya Delisa.

"Apa kalian menemukan sesuatu pada putriku? Apakah dia terlibat dalam pesta se*s?" cecar nyonya Ayumi tidak sabaran.

Dokter Rika menarik nafas panjang lalu melihat ke arah polisi Beno, polwan Fenya dan dokter Ajeng.

"Sebenarnya nona Delisa ....?"

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Diah Elmawati

Diah Elmawati

Niat hati mencelakakan kawan sendiri ternyata terbalik pada diri sendiri yang diperkosa dengan brutal oleh maniak sek dan sekarang sang maniak bisa bebas karena Devina dibuat ketergantungan obat narkoba.

2024-01-09

1

suti markonah

suti markonah

semangat thorr...

2024-01-09

1

Sukhana Ana Lestari

Sukhana Ana Lestari

Innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun..
Akuh pikir cuma pingsan si Devina itu.. ternyata sampe tewas.. karmanya di bayar tunai & langsung lunas..

2024-01-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!