Malam Hari.
Cindy terbangun dari tidurnya dan terkejut ketika malam menunjukan pukul 8.
Ia dengan buru-buru masuk ke dalam kamar untuk mandi karena dirinya sedang datang bulan.
“Ibu kenapa tidak membangunkan Cindy?” tanya Cindy dengan kesal.
“Mau bangunin yang bagaimana? Kamu dari tadi Ibu bangunkan sama sekali tidak bangun,” jawab Ibu Julia.
“Benarkah?” tanya Cindy memastikan dengan handuk yang terbalut sempurna di kepalanya.
“Iya Cindy, kamu itu susah sekali dibangunkan. Kamu kecapean ya?” tanya Ayah Rianto.
Cindy menggelengkan kepalanya dan memutuskan untuk pergi ke ruang makan.
“Paman belum makan ya? Mau makan bareng Cindy?” tanya Cindy.
“Boleh,” balas David singkat dan langsung duduk di kursi meja makan.
“Paman, Tante Renata di rumah lama ya?” tanya Cindy penasaran.
“Tidak perlu tahu urusan orang dewasa,” celetuk David.
“Urusan orang dewasa? Paman pikir Cindy masih kecil? Usia kita hanya berbeda 6 tahun saja, bisa-bisanya Paman bicara seperti itu pada Cindy,” tutur Cindy panjang lebar.
Mendengar ocehan Cindy yang cukup panjang, David tertawa kecil. Begitulah sifat lucu yang disukai oleh David dari Cindy.
“Paman menertawakan Cindy?” Cindy protes dan langsung memukul kepala David dengan centong nasi.
David yang tak terima, ikut membalas perbuatan Cindy. Ia mengambil centong di tangan Cindy dan memukul kepala Cindy dengan centong tersebut.
Ketika mereka sedang dalam perkelahian, Cindy tak sengaja menarik pakaian David yang mana kancing baju tersebut terlepas.
Terpampang jelas perut sixpack milik David, Cindy memandangi perut sixpack tersebut tanpa berkedip sedikitpun.
“Apa yang sedang kamu lihat, Cindy?” tanya David sambil mencoba menutup auratnya yang terbuka ulah dari Cindy.
Cindy tersadar dan secepat mungkin berbalik badan.
“Me.. Memangnya apa yang Cindy lihat? Cindy tidak lihat apa-apa kok,” jawab Cindy dengan suara gemetar.
Cindy pun berlari secepat mungkin meninggalkan ruang makan sekaligus kabur dari David.
Cindy memegang perutnya, ia sebenarnya ingin sekali mengisi perutnya. Namun disamping itu, dirinya malu karena ketangkap basah memandangi apa yang seharusnya tidak boleh ia lakukan.
“Cindy!” panggil David seraya mengetuk pintu kamar.
Cindy terkejut, ia berjalan bolak-balik tak karuan mengetahui bahwa David datang menyusul.
“Cindy, Paman tahu kamu belum makan. Ayo cepat keluar, kita makan bareng,” ujar David yang terlihat biasa saja setelah apa yang terjadi.
“Cindy tidak lapar, Paman. Cindy mau tidur saja,” jawab Cindy dari dalam kamar tanpa ada niatan untuk membuka pintu.
Suara David sudah tak terdengar lagi, Cindy yang penasaran perlahan membuka pintu kamar.
“Ini makanlah,” ucap David seraya menyodorkan kantong plastik berwarna putih.
Cindy reflek menerimanya dan David pun melenggang pergi.
“Apa ini?” tanya Cindy sambil menutup pintu kamar.
Cindy membuka isi kantong plastik tersebut. Wajahnya langsung merah semu melihat ada banyak cemilan untuknya.
“Ya ampun, kok aku malah salah tingkah begini?” tanya Cindy sambil menyentuh pipinya yang terasa hangat.
Cindy menggelengkan kepalanya, kemudian menjitak kepalanya sendiri.
“Sadar Cindy,” ujar Cindy bermonolog.
Cindy mengatur napasnya dan memutuskan menghabiskan semua cemilan yang David berikan untuknya.
Saat Cindy sibuk menghabiskan cemilan, ponsel Cindy terus saja berdering. Namun, Cindy sama sekali tidak mengetahui panggilan tersebut.
Setelah semua cemilan habis, Cindy tiba-tiba sadar kalau ia belum memeriksa ponselnya sama sekali.
“Ya ampun, aku lupa kalau dari sore sampai sekarang belum juga memeriksa ponselku,” ucap Cindy bermonolog.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments