Beberapa tahun kemudian.
Cindy sudah beranjak dewasa, diusianya yang ke 21 tahun dirinya telah berani untuk berpacaran. Karena di umur 21 tahun itu, ia merasa sudah waktunya untuk merasakan yang namanya hubungan serius antara wanita dan juga pria.
Cindy menatap wajahnya yang cantik di cermin kamar miliknya. Berulang kali ia memuji kecantikan hakiki yang ia miliki.
“Tumben jam segini sudah siap, mau kemana kamu?” tanya David yang nyelonong masuk ke dalam kamar keponakan angkatnya itu.
“Paman seharusnya ketuk dulu dong sebelum masuk, kalau Cindy belum pakai baju bagaimana?” tanya Cindy.
“Kamu mau kemana? Ada janji ya?” tanya David penasaran.
“Mau kencan, mumpung libur kerja,” jawab Cindy sambil memoles lipbalm ke bibir.
“Kencan? Kamu sudah ada pacar? Anak mana? Kerja di mana dia?” tanya David semakin penasaran.
“Paman tidak usah banyak tanya. Bukannya Paman seharusnya pergi ya sama tante Renata?” tanya Cindy.
Renata yang Cindy maksud adalah kekasih hati David, yang sudah David pacari sejak 2 tahun yang lalu.
“Nanti malam, dia jam segini masih sibuk dengan teman-teman nya,” jawab David.
“Paman masih mau dikamar Cindy? Kalau begitu, tolong bereskan kamar Cindy ya. Cindy sekarang mau pergi kencan. Kalau Ayah dan Ibu sudah datang, tolong jangan kasih tahu mereka ya kalau Cindy sudah ada pacar,” pungkas Cindy.
“Oh tidak bisa, bagaimana Ayah dan Ibumu harus tahu,” balas David.
“Iya, Cindy juga paham. Tapi, biarkan Cindy cari waktu yang tepat untuk bicara dengan Ayah dan juga Ibu. Paman David mengerti, 'kan?” tanya Cindy yang bersiap keluar dari kamar.
David hanya menganggukkan kepalanya tanpa ingin mengiyakan.
“Good,” ucap Cindy.
Malam Hari.
“Darimana saja kamu?” tanya David serius.
David duduk tegak di kursi ruang tamu sambil melipat kedua tangannya didada.
“Kenapa baru pulang?” tanya David menunjuk ke arah jam di dinding yang menunjukkan pukul 9 malam.
Cindy yang baru saja sampai rumah, hanya meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi hal yang sama lagi.
“Ini bukan masalah janji untuk tidak mengulangi hal yang sama seperti ini lagi, Cindy. Namun, Paman harus tahu kemana saja kamu pergi?” tanya David menginterogasi Alina.
“Motor yang dikendarai pacar Cindy bermasalah, Paman. Hampir 2 jam kami menunggu motor diperbaiki, kalau Paman tidak percaya ya tidak apa-apa,” ungkap Cindy.
“Benarkah begitu?” tanya David dengan wajah yang masih serius.
“Iya Paman. Cindy tidak mungkin berbohong, kalau Paman tidak percaya Cindy akan mengantarkan Paman ke tempat bengkel dimana motor Dimas diperbaiki. Di sana juga ada CCTV-nya,” pungkas Cindy.
“Di mana alamatnya? Biar Paman pergi malam ini untuk memeriksa!”
Cindy mengernyitkan keningnya, ia reflek melempar remote televisi ke arah Pamannya.
“Jadi, Paman tidak percaya sama Cindy?” tanya Cindy kesal dan memberitahu alamat di mana dirinya dan Dimas memperbaiki motor di bengkel.
Setelah mendapatkan alamat bengkel yang dimaksud, David pun bergegas pergi seorang diri.
“Aneh, sama keponakan sendiri tidak percaya,” celetuk Cindy.
Cindy menyadari bahwa orang tuanya belum kembali. Karena takut sendirian di ruang tamu, Cindy bergegas pergi ke kamarnya untuk segera beristirahat karena besok ia harus kembali bekerja.
Keesokan pagi.
Sebelum berangkat bekerja, Cindy menghampiri David yang saat itu sedang mencuci motor milik Ayah Rianto.
“Bagaimana? Apakah Paman sudah percaya dengan ucapan Cindy?” tanya Cindy penuh percaya diri.
David tak menjawab, ia memilih fokus mencuci motor matic tersebut.
“Paman, Cindy minta tolong boleh?” tanya Cindy lirih.
“Apa?” tanya David datar.
“Tidak jadi,” jawab Cindy yang mengurungkan niatnya untuk meminta diantar oleh David.
“Ya sudah,” balas David dingin.
Cindy memutar mata dengan jengah, ia tidak habis pikir dengan sikap dingin Pamannya itu.
“Kasihan sekali wanita yang akan menjadi istri Paman,” celetuk Cindy dan berlari kecil mencari ojek terdekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments