Eps 2

Untuk pertama kalinya, Cindy berangkat sekolah diantar oleh Paman angkatnya. Karena kedua orangtuanya mendadak ada pekerjaan yang tidak bisa mereka tinggalkan meskipun hanya setengah jam.

“Paman, kenapa harus Paman yang mengantarkan Cindy? Kenapa tidak Ayah dan Ibu saja?” tanya Cindy kesal.

David hanya diam sambil terus berjalan menuju sekolah Cindy.

Jarak antara rumah dan sekolah sekitar 5 menit jika berjalan kaki, namun Cindy tidak pernah berangkat seorang diri. Dirinya pasti diantar oleh Ayah ataupun Ibu ke sekolah.

“Paman, kaki Cindy rasanya capek,” ucap Cindy yang tidak ingin melanjutkan langkahnya menuju sekolah.

Tanpa berbicara, David langsung menggendong Cindy agar segera sampai ke sekolah.

“Paman, turunkan Cindy. Cindy malu,” ucap Cindy sambil melihat ke arah sekitar, takut jika ada teman-teman yang melihat dirinya digendong layaknya anak kecil.

“Tadi kamu bilang capek, jadi Paman berinisiatif untuk menggendong kamu,” balas David sambil menurunkan Cindy dari gendongannya.

Cindy yang kesal, menendang lutut David dan berlari menuju sekolahnya dengan cukup cepat.

David tersebut kecil melihat Cindy yang berlari dengan kaki kecilnya.

David saat itu tidak langsung pulang ke rumah, ia terus berjalan sambil memantau kemana larinya Cindy.

Setelah Cindy benar-benar masuk ke dalam kelas, David pun memutuskan untuk pulang dan akan datang kembali ke sekolah ketika waktu pulang sekolah.

Di rumah, David memilih untuk membereskan rumah. Ia melakukan pekerjaan rumah dengan hati senang, mulai dari menyapu, mengepel, mencuci piring hingga pakaiannya pun ia lakukan.

Ia sadar, untuk tinggal di tempat itu tidaklah gratis. Ada keringat yang harus ia bayar untuk bisa terus tinggal di rumah tersebut.

Setelah semuanya beres, David beristirahat sejenak di ruang tamu untuk tidur sebentar. Ia akan tidur selama 10 menit, sebelumnya akhirnya ia bangun untuk menjemput Cindy di sekolah.

David memejamkan matanya dan akhirnya tertidur pulas.

Bunyi bel sekolah berbunyi, yang artinya sudah waktunya bagi anak-anak sekolah pulang. Cindy keluar dari kelasnya seraya menoleh ke arah gerbang sekolah, namun ia tidak melihat orang tuanya ataupun Paman angkatnya.

Cindy yang sudah tahu harus bagaimana ketika belum ada yang menjemputnya, memutuskan untuk menunggu di ruang koperasi sekolah.

“Cindy, kamu belum dijemput?” tanya salah satu guru yang bertugas menjaga koperasi di hari itu.

“Iya Bu, Cindy disini dulu ya,” jawab Cindy dengan sopan.

Tak sampai 5 menit, Paman angkatnya pun datang untuk menjemput Cindy.

“Bu, Cindy pulang ya. Assalamu'alaikum,” ucap Cindy.

Cindy dan Paman angkatnya pun berjalan bersama menuju rumah.

“Kenapa Paman yang menjemput Cindy? Ayah dan Ibu belum pulang ya?” tanya Cindy.

David tak menjawab pertanyaan Cindy, karena fokus memayungi Cindy dari teriknya panas matahari.

“Paman bawa uang? Belikan Cindy es teh ya,” ucap Cindy sambil menunjuk ke arah penjual es teh jumbo yang harganya 3 ribu.

“Paman tidak ada David uang, Cindy,” balas David.

Cindy mengeluarkan uang di sakunya, uang yang seharusnya ia tabung pada akhirnya ia gunakan untuk membeli es teh.

“Ayo Paman, kita beli es teh,” ujar Cindy sambil menarik tangan David untuk segera membeli es teh tersebut.

Sesampainya di rumah, rupanya orang tua Cindy sudah pulang. Mereka berdua kompak mengucapkan terima kasih karena rumah mereka terlihat rapi. Namun, meskipun begitu keduanya melarang David untuk melakukan pekerjaan rumah tersebut dikemudian hari.

“David, kami sangat berterima kasih. Tapi tolong, untuk kedepannya jangan seperti ini ya. Kami tidak ingin membuat kamu merasa tidak nyaman,” pungkas Ayah Rianto.

“Tidak apa-apa, Mas. Kalau saya hanya berdiam diri saja, yang ada saya justru yang merasa merepotkan Mas dan Mbak. Jadi, biarkan saya melakukan apa yang sudah seharusnya saya lakukan di sini,” balas David.

David dari awal memang tidak ingin merepotkan keluarga tersebut, ia tidak ingin bila kehadirannya justru menjadi beban untuk mereka.

“Ayah, Ibu baru pulang ya?” tanya Cindy dengan napas terengah-engah.

“Iya sayang, kamu kenapa berkeringat?” tanya Ayah Rianto.

“Tadi habis balap lari sama Paman David,” jawab Cindy dan berlari masuk ke dalam kamarnya untuk segera mendinginkan tubuhnya yang terasa panas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!