Chapter 3

Hari acara pernikahan keluarga Leo akhirnya tiba. Leo dan isabella tengah bersiap mengganti pakaian yang kemarin mereka beli. Sambil berganti pakaian, mereka saling membantu dan memberikan saran satu sama lain. Isabella mengenakan gaun merah marun dengan hati-hati, memastikan bahwa gaun tersebut pas dengan sempurna di tubuhnya. Gaun itu terlihat indah dan mewah saat dipadukan dengan perhiasan berlian yang baru saja Leo belikan untuknya.

Sementara itu, Leo mengenakan jas hitam dengan penuh keanggunan. Dia memastikan bahwa jas tersebut terlihat rapi dan sesuai dengan postur tubuhnya. Jas itu benar-benar melengkapi penampilannya dan membuatnya terlihat tampan dan elegan.

"Sudah siapa, princess isabella?" Seru Leo tersenyum menatap isabella yang terlihat sangat cantik didepannya.

Isabella mengangguk. Dengan perasaan yang campur aduk, mereka berjalan bergandengan keluar dari apartement menuju parkiran mobil. Di dalam lift isabella terkesan ketika ia melihat pantulan dirinya di dinding lift.

"Waww, Gaunnya cantik." Pujinya sendiri. Ia tak habis pikir gaun itu terlihat pas dibadannya.

Leo senang mendengarnya, "Kau yang cantik, Gaun itu terlihat cantik karena kau yang memakainya." Timpal Leo membuat isabella tersipu.

Leo dan Isabella tiba di hotel yang menjadi tempat pernikahan yang mewah. Mereka merasa terkesima dengan keindahan hotel tersebut. Di sekitar area penyambutan tamu, terdapat dekorasi yang sangat mewah. Tabir putih yang indah menghiasi sepanjang area pernikahan, menciptakan suasana yang romantis dan elegan. Cahaya lampu yang lembut dan hiasan bunga yang cantik menambah nuansa keanggunan dalam ruangan.

Para petugas yang mengenakan pakaian formal berjas hitam dengan senyum ramah menyambut para tamu saat mereka turun dari mobil. Mereka siap membantu para tamu dengan segala kebutuhan yang mereka miliki.

Ketika Leo dan isabella keluar dari mobil, mereka langsung disambut oleh dua pria berjas hitam yang bertugas sebagai petugas pengantar tamu. Petugas pengantar tamu dengan sopan membuka pintu mobil dan memberikan tangan kepada Leo dan Isabella untuk membantu mereka turun dari mobil.

Saat mereka menginjakkan kaki di atas karpet merah yang terhampar di depan pintu masuk hotel, seketika itu juga mereka menjadi pusat perhatian. Mata-mata para tamu yang hadir terpaku pada mereka, terpesona dengan penampilan mewah dan elegan yang mereka miliki.

Namun, di antara sorotan mata yang memuja, Isabella merasakan pandangan tajam dari Saras, ibu Leo. Saras terlihat tidak senang dengan kehadiran Isabella dan menyunggingkan senyuman mencemooh. Isabella merasa sedikit tidak nyaman, tetapi dia berusaha untuk tidak membiarkan hal itu mengganggunya.

Leo, yang juga menyadari pandangan ibunya, Ia menggenggam erat tangan Isabella sebagai tanda dukungan dan kenyamanan. Dia ingin memastikan bahwa Isabella merasa dihargai dan dicintai di sampingnya.

Mereka berdua melangkah dengan anggun dan percaya diri melewati karpet merah, mengabaikan pandangan negatif dari Saras dan beberapa anggota keluarga lainnya. Mereka tahu bahwa yang terpenting adalah cinta dan dukungan mereka satu sama lain, dan mereka tidak akan membiarkan hal-hal negatif menghancurkan momen bahagia ini.

Saat mereka memasuki ruangan pernikahan yang megah, mereka disambut oleh sorak-sorai dan tepuk tangan hangat dari tamu-tamu yang hadir. Leo dan Isabella merasa diterima dan disambut dengan hangat oleh orang-orang yang benar-benar peduli tentang kebahagiaan mereka.

Leo dan Isabella di tuntun menuju meja untuk mereka. Mereka sudah di pilihkan duduk di meja yang dekat dengan Panggung penyambutan kedua mempelai. Isabella terlihat senang.

Namun, perhatian semua tamu teralihkan ketika seorang gadis cantik memasuki ruangan pernikahan. Elizabeth tiba di acara pernikahan dengan tampilan yang memukau. Rambutnya terurai dengan indah, panjang dan mengalir dengan lembut di sepanjang bahunya. Rambutnya diberikan aksen dengan mahkota berlian yang cantik, menambah kilauan dan keanggunan pada penampilannya.

Gaun yang dipilih oleh Saras, ibu Leo, untuk Elizabeth adalah gaun yang sangat elegan dan mewah. Gaun tersebut terbuat dari kain satin berwarna putih bersih, dengan potongan yang pas di tubuhnya. Gaun ini memiliki detail renda yang halus dan bordir yang indah, memberikan sentuhan romantis dan anggun pada penampilannya.

Elizabeth juga memakai perhiasan yang serasi dengan gaunnya. Dia mengenakan kalung berlian yang anggun di lehernya, yang menyempurnakan penampilan elegannya. Dia juga memakai anting-anting berlian yang cantik, memberikan sentuhan kilauan yang mempesona pada wajahnya.

Saras, ibu Leo, dengan senyuman hangat menyambut kedatangan Elizabeth. Dia merasa senang bisa bertemu dengan calon menantunya yang baru. Saras segera menghampiri Elizabeth dan mengajaknya duduk bersama keluarga inti.

Dengan penuh kehangatan, Saras memperkenalkan Elizabeth kepada semua tamu undangan yang hadir. Dia menjelaskan bahwa Elizabeth adalah gadis yang sudah dipilih oleh keluarga sebagai calon istri Leo. Saras dengan bangga menyebutkan kebaikan dan kualitas yang dimiliki Elizabeth, serta keyakinan bahwa dia akan menjadi pasangan yang baik untuk Leo.

Isabella, yang mendengar pengenalan tersebut, merasa tidak enak hati. Dia merasa sedih dan cemas karena mengetahui perasaan Leo terhadap perjodohan tersebut. Namun, Leo dengan lembut menguatkan Isabella, memberikan dukungan dan meyakinkan bahwa dia tetap setia pada Isabella.

Melihat itu, Leo menarik pinggang isabella. "Isabella, tidak usah didengarkan apa perkataan ibu. Yang memilih pendamping bukan ibu, tapi aku. Aku akan memilihmu apapun yang terjadi, Siapapun wanitanya aku tidak akan memilihnya jika itu bukan dirimu." Bisiknya mencoba menenangkan isabella.

Saat Saras memperkenalkan Elizabeth kepada keluarga inti dan tamu undangan, Elizabeth dengan sikap yang sopan dan ramah menyapa semua orang. Dia mencoba membangun hubungan yang baik dengan keluarga Leo dan tamu undangan, meskipun dia juga merasakan ketegangan yang ada.

"Wahh saras, kamu sangat beruntung punya calon menantu seperti Elizabeth. Kamu pintar sekali dalam memilih menantu." Puji seorang teman saras, ia tak bisa melepaskan pandangan dari Elizabeth.

Elizabeth tersenyum mendengarnya. Ia menundukkan kepala sekilas sebagai rasa hormat atas pujian yang dilontarkan untuknya.

"Tentu saja, jeng. Lizzy, adalah lulusan terbaik dari Universitas Georgetown di Washington." Ucap saras bangga.

Semua teman-teman saras terpukau mendengarnya. "Benarkah itu? Kalau boleh tau kamu mengambil jurusan apa di sana? Sepupu juga kuliah disana." Tanya salah satu teman Saras lagi.

Saya mengambil jurusan Ilmu Politik di Universitas Georgetown. Belajar tentang politik dan hubungan internasional memberikan wawasan yang luas dan memungkinkan saya untuk memahami dinamika dunia dengan lebih baik." Jawab Elizabeth dengan senyumannya.

Lagi-lagi semua teman-teman saras memuji Elizabeth. Mereka jadi mengininkan menantu yang sama dengan Elizabeth. Bahkan ada salah satu teman saras yang menyarankan Elizabeth menjadi menantunya saja karena Leo sudah mempunyai kekasih.

"Saras, berikan saja Elizabeth padaku. Kau lihat sendiri, Putra sulungmu itu masih setia berdampingan dengan gadis itu." Ucapnya.

Saras tertawa mendengarnya. Elizabeth mengernyit, ia mencari sosok Leo yang dijodohkan dengannya. Bagaimana bisa pria itu hadir dengan gadis lain sedangkan dirinya juga datang dalam pesta ini. Namun alangkah terkejutnya Elizabeth saat melihat sosok pria yang kemarin menyenggol mobilnya.

Astaga, itukan pria kemarin yang menyenggol mobilku! Ucapnya membatin.

Namun, perhatian semua orang kembali teralihkan ketika seorang pria tampan datang dengan

Saat acara pernikahan dimulai, lampu sorot yang lembut menerangi panggung, menciptakan suasana yang magis di ruangan pernikahan. Musik merdu mengalun di udara, mengisi ruangan dengan keharmonisan dan kegembiraan.

Para tamu undangan duduk dengan penuh semangat, menantikan kedatangan mempelai wanita dan pria. Mereka terlihat anggun dalam pakaian formal mereka, siap menyambut momen yang bersejarah ini.

Ketika pintu gerbang pernikahan terbuka, mempelai wanita dan pria muncul berjalan bersama. Semua orang bangkit berdiri, dan sorak-sorai kegembiraan memenuhi ruangan. Suasana penuh sukacita dan haru menyambut kedua mempelai.

Mempelai wanita, yang merupakan keponakan Leo, mengenakan gaun pernikahan yang memukau. Gaun tersebut terbuat dari kain satin dengan potongan yang elegan dan mengalir dengan lembut. Gaun ini memiliki detail renda yang indah dan payet yang berkilauan, memberikan sentuhan mewah dan anggun pada penampilannya.

Gaun pernikahan mempelai wanita ini memiliki kerah renda yang halus dan lengan panjang yang memberikan kesan romantis. Gaun tersebut dipadukan dengan veil yang panjang dan dihiasi dengan kristal-kristal yang memancarkan kilauan yang mempesona. Dia memegang buket bunga segar yang indah, melengkapi penampilannya yang memukau.

Sedangkan mempelai pria, mengenakan setelan jas yang elegan dan modern. Jas hitam yang dikenakannya dipadukan dengan dasi yang serasi, menciptakan tampilan yang klasik namun tetap trendi. Setelan jas tersebut memberikan kesan kejantanan dan keanggunan yang sesuai dengan momen pernikahan ini.

Kedua mempelai berjalan bersama dengan langkah yang mantap dan penuh kebahagiaan. Mereka saling memandang dengan penuh cinta dan harapan untuk masa depan yang indah bersama.

Semua tamu ikut terbawa suasana ketika kedua mempelai membawakan sebuah lagu romantis pernikahan. Tak hanya itu, beberapa teman akrab dari kedua mempelai juga ikut andil memberikan pesan untuk kedua mempelai. Acaranya sungguh meriah, bahkan saat acara hikmat akan berganti dengan acara hiburan atau makan-makan, sebuah kue berukuran raksasa di bawa ke tengah-tengah panggung. Semua tamu bertepuk tangan bahagia, mereka menyuruh kedua mempelai untuk segera memotong kuenya. Beberapa petugas acara menyiapkan semua barang yang diperlukan, salah satunya pisau panjang untuk membelah kue raksasa itu.

Saat kuenya terbelah semua orang bersorak sorai kembali. Isabella sungguh senang dengan acara ini, dia bahkan melupakan kejadian saat saras memperkenalkan Elizabeth tadi di awal acara. Kini, dirinya dan Leo hanyut dalam moment hikmat yang membuat mereka membayangkan jika mereka berdiri di atas panggung menjadi sepasang mempelai.

Acara hikmat itu berakhir, Kini saatnya para tamu undangan untuk menikmati makanan yang disediakan dan mendengarkan hiburan, bahkan ada dari beberapa tamu yang bernyanyi di atas panggung.

Acaranya berjalan seperti acara pernikahan mewah biasanya.

Saat acara bebas dimulai, suasana riuh rendah terdengar di sekeliling. Saras, dengan penuh percaya diri, memegang lengan Elizabeth dan mengajaknya mendekati Leo dan Isabella yang sedang berbincang di tengah kerumunan orang.

"Leo, isabella. Bolehkan saya mengganggu sebentar? Saya ingin memperkenalkan Elizabeth kepada kalian berdua." Ucap saras dengan lantang. Dia melirik isabella sekilas dengan tatapan sinis.

Leo hanya mendesah dan memalingkan wajah ketika ibunya datang membawa gadis yang bernama Elizabeth itu.

"Leo, dia Elizabeth, calon istrimu yang sudah kakek buyutmu pilihkan untuk menemani hari-harimu." Saras terlihat sangat senang memperkenalkan Elizabeth pada Leo.

"Dia baru saja menyelesaikan kuliahnya di kampus Universitas Georgetown di Washington, D.C. Elizabeth mengambil jurusan ilmu politik, cerdas bukan?" Lanjutnya.

Leo tidak berkomentar apa-apa, dia hanya mempertahankan genggaman tangan isabella dilengannya.

"Mulai hari ini kau harus terus bersamanya, Karena beberapa bulan kedepan pernikahan kalian akan segera diselenggarakan."

Leo terkejut mendengarnya. Ia menatap tajam ibunya. "Apa maksud ibu? Aku tidak menyukai itu, aku sudah mempunyai pasangan yang ku pilih sendiri. Apa ibu tidak melihatnya?"

Dengan santai saras menggeleng, "Ibu tidak melihatnya karena pasangan yang kau maksud itu makhluk tak kasat mata." Ucapnya menahan tawa.

Elizabeth juga menahan tawanya mendengar kalimat yang keluar dari calon mertuanya itu. Dia menatap sekilas isabella, wanita yang sedari tadi bergelayut dilengan Leo.

"Bu, ibu sudah keterlaluan!"

Isabella, yang juga terkejut dengan pengumuman tersebut, merasa perlu untuk menenangkan Leo. Dia mengerti bahwa mereka berada di tempat yang ramai dan situasi ini membutuhkan penanganan yang hati-hati.

"Leo, tenanglah. Apa kau lupa kita sedang berada di kerumunan orang?" Bisik isabella.

Leo menahan amarahnya. Ia hampir saja kelepasan jika saja isabella tidak mengingatkannya.

Namun, suara bisik-bisik para tamu mengalihkan pandangan saras.

Ketika musik berhenti sejenak, perhatian semua orang tertuju pada pintu masuk. Tiba-tiba, seorang pria tampan muncul dengan langkah yang mantap dan penuh percaya diri. Namanya adalah Adrian, adik dari Leo.

Adrian mengenakan jas yang sangat elegan dan sesuai dengan acara pernikahan ini. Jas hitam yang dikenakannya dipadukan dengan kemeja putih yang rapi dan dasi berwarna senada. Pakaian tersebut memberikan kesan yang klasik namun tetap modern, mencerminkan gaya yang sopan dan berkelas.

Setiap gerakan Adrian terlihat anggun dan berwibawa. Ia berjalan dengan langkah mantap, menjaga postur tubuhnya dengan tegap. Tatapan matanya penuh percaya diri dan senyumannya yang ramah membuatnya terlihat sangat menawan.

Adrian juga memiliki rambut yang rapi dan wajah yang tampan. Ia terlihat sangat memperhatikan detail penampilannya, dari ujung rambut hingga ujung sepatunya. Semua orang yang melihatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan kehadirannya yang menarik.

Ketika Adrian tiba di acara pernikahan tersebut, pandangan semua orang tertuju padanya. Sorak-sorai kekaguman dan bisikan-bisikan terdengar di antara para tamu undangan. Penampilannya yang elegan dan karismanya yang memikat membuatnya menjadi pusat perhatian.

Adrian dengan sikap yang ramah dan sopan menyapa keluarga dan tamu undangan yang hadir. Dia dengan rendah hati menerima pujian dan ucapan selamat yang diberikan oleh mereka.

Saras menghela nafas panjangnya ketika mendapati putra keduanya itu datang terlambat lagi di acara keluarga. "Dasar anak yang tidak tahu malu, mengapa dia datang terlambat lagi?!" Geramnya melangkah menghampiri Adrian, Tak lupa ia mengajak calon menantunya Elizabeth untuk ikut dengannya.

Leo senang akhirnya ibunya pergi. Dengan memperhatikan waktu, dia mengajak isabella untuk pergi dari acara itu. Acaranya sudah selesai, urusan mereka pun sudah usai disana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!