Chapter 4

    Adrian tengah asik mengobrol dengan beberapa tamu undangan saat saras menghampirinya dan memarahinya karena terlambat lagi.

"Adrian, mengapa kau datang terlambat? Kalau kau tidak mau datang ya sudah mending tidak datang saja." Gerutu Saras.

"Bu, bisakah kecilkan sedikit suara ibu? Aku sudah besar, Lagi pula jalanan macet tadi." Timpal adrian.

Saras mengomel-ngomel tidak jelas. Membuat adrian tidak enak di pandang tamu lain. Dia kemudian baru menyadari ada gadis cantik yang berdiri disebelah ibunya itu.

"Bu, siapa dia?" Tanyanya saat saras masih mengomel.

Mendengar itu akhirnya saras berhenti mengomel, dia lupa bahwa dirinya belum mengenalkan Elizabeth pada adrian. "Dia calon kakak iparmu, Elizabeth. Cantikkan? Jauh dari si isabella itu."

Adrian terpaku sejenak. Menatap Elizabeth tak percaya. Elizabeth sangat cantik, gaun yang ia pakai sangat cocok di tubuhnya. Adrian sering mendengar cerita dari saras mengenai reputasi Elizabeth, Namun dia belum pernah melihat siapa pemilik nama Elizabeth itu sendiri. Dan hari ini, dia berkesempatan untuk melihatnya.

Ini yang kakaknya tolak mentah-mentah itu? Hah.

Mengapa ibunya tidak menjodohkan Elizabeth pada dirinya saja.

"Elizabeth, ini-

"Perkenalkan aku Adrian wiraatmaja." Adrian mengulurkan tangannya pada Elizabeth, memotong kalimat yang hendak keluar dari mulut saras.

Elizabeth tersenyum, ia menjabat tangan adrian. "Elizabeth, senang bertemu denganmu adrian."

Adrian tidak menyangka dengan kalimat itu. "Aku juga sangat senang bertemu denganmu, Kakak ipar." Ucapnya.

Meski tertarik dengan kecantikan Elizabeth, Namun Adrian bukanlah tipe adik yang suka merebut hak milik dari kakaknya. Jika saja Elizabeth di jodohkan dengannya dari awal, maka dia dengan senang hati akan menerimanya. Namun kenyataannya ibunya malah menjodohkan Leo kakaknya pada gadis secantik Elizabeth ini. Ya, mau bagaimana lagi, mungkin Elizabeth punya sepupu untuk diperkenalkan dengannya.

Waktu berlalu begitu cepat, acara pernikahan itu kini masuk ke acara malam. Leo dan isabella tidak datang, mereka memilih untuk jalan-jalan saja berdua menikmati indahnya malam. Masih di tempat yang sama dengan acara pernikahan itu, tapi bedanya Leo dan isabella berada di pantai dekat dengan hotel yang dipakai untuk acara keponakannya.

Isabella termenung menatap lautan yang terbentang di hadapannya. Angin malam berhembus menerpa helaian rambutnya. Leo memperhatikannya, ia tersenyum karena isabella sangat cantik di bawah cahaya bulan malam ini.

"Bella, apa yang kau renungkan, hemm?" Tanyanya menarik kepala isabella untuk bersandar dibahunya.

Isabella menghela nafas panjangnya. Ia merasa hubungannya dengan Leo terasa berat. Bertemu denga gadis yang bernama Elizabeth barusan membuat hatinya terguncang.

"Aku khawatir, Leo." Lirihnya.

"Khawatir apa?"

"Dia...." Isabella menjeda kalimatnya sejenak. "Elizabeth sangat cantik, dia berpendidikan tinggi dan berasal dari keluarga yang terhormat. Aku ragu jika kau tidak tertarik padanya suatu saat nanti." Ungkap isabella.

Leo memanyunkan bibirnya. Ia memeluk Isabella dari samping, menghelus kepalanya. "Bella, Apa kau tahu? Bahwa meskipun dunia terbalik aku tidak akan pernah menyukainya dan berpaling darimu."

"Kau mengetakan itu disaat kau belum tertarik padanya, aku hanya berpikir terlalu jauh kedepan, Mungkin saat itu nanti benaran terjadi."

Leo menatap dasaran laut di hadapannya. "Apa sekarang kau mulai meragukanku?" Tanyanya dengan nada yang serius.

****

    Leo baru saja selesai mandi ketika ia melihat Isabella sudah terlelap di atas sofa dengan televisi yang masih menyala. Ia tersenyum dalam kesunyian malam, menghampiri gadis itu yang begitu tenang dalam lelapnya. Leo merebut remot di tangan Isabella dengan pelan, Takut jika gadis itu terbangun, Lalu ia mematikan televisi.

Sebelumnya ia masih tidak menyangka hubungan mereka sudah berjalan hampir 3 tahun. Dulu, dia bertemu Isabella ketika dia sedang kehujanan di halte bus. Gadis itu tengah menangis, hanya mereka berdua saja disana saat itu. Namun, Leo tidak peduli dengan Isabella yang saat itu menangis tersedu-sedu. Hingga satu persatu orang datang hampir memenuhi halte, dan Isabella masih terisak dalam tangisnya.

Semua orang menatap Leo saat itu, berpikir bahwa Leo dan Isabella tengah bertengkar dalam hubungan Asmara. Semua orang disana malah menyuruh Leo untuk bertanggung jawab karena sudah membuat Isabella yang mereka anggap kekasihnya itu menangis.

Leo ingin menjelaskan, namun mereka tidak percaya. Terpaksa Leo yang baru saja selesai ikut penggelaran lari meraton menenangkan Isabella yang belum ia kenali saat itu. Ia merangkul Isabella, menepuk-nepuk pundaknya dan membisikkan sesuatu.

Namun, baru saja ia ingin membuka suara tiba-tiba Isabella bangkit dari duduknya, memarahi Leo, menuduh Leo mesum, dan meminta Leo tanggung jawab. Leo terkejut mendengar tuduhan-tuduhan itu. Tak ayal semua mata semakin memandangnya jahat. Hingga kesalah pahaman berujung perasaan mencintai satu sama lain.

Isabella sempat hamil, Karena rupanya saat itu dirinya baru saja selesai periksa keadaan perutnya dan dokter berkata bahwa dia tengah hamil tiga minggu. Isabella tidak tahu siapa ayah dari anaknya, ia mengaku telah di perkosa tiga orang pria saat dirinya baru pulang dari mengajar less privat anak-anak muridnya. Isabella tidak berbohong, hingga Leo mengusulkan untuk menggugurkan kandungan itu. Awalnya Isabella menolak, Namun takdir berkata lain, Isabella benar-benar keguguran dan dia kembali menyalahkan Leo karena Doa Leo yang sudah di kabulkan tuhan.

Sampai hari ini, kisah cinta mereka semakin terikat. Mereka seperti prangko dan surat yang selalu menempel.

Leo menggendong Isabella pelan untuk memindahkannya kedalam kamarnya. Ya, meski tinggal di apartement yang sama namun kamar mereka terpisah. Isabella tidur di kamar utama sedangkan Leo tidur dikamar yang dekat dengan dapur.

Leo menidurkan Isabella di atas kasur. Dia mengangkat sedikit kepalanya untuk memberi bantal, Lalu kemudian dia menyelimutinya sampai ke dada.

"Selamat malam, Honney." Ucapnya sembari mengecup kening Isabella sejenak.

Leo sudah beruntung mempunyai kekasih seperti Isabella. Dia merasa cukup dengan kehadiran satu wanita itu, dan jika tuhan memberikannya wanita lain dia akan menolaknya. Leo akan menolak siapapun itu, termasuk Elizabeth.

Disisi lain, Saras membawa Elizabeth untuk menginap terlebih dulu di kediaman wiraatmaja. Dia mengantar calon menantunya itu menuju kamar yang dulu di tempati oleh Leo. Ya, semenjak berpacaran dengan Isabella, Leo memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri di apartement yang saras tahu juga di tinggali oleh Isabella. Namun saras, tidak mau memberitahukannya pada Elizabeth, dia tidak mau calon menantunya membenci Leo.

"Ini kamar Leo dulu sebelum ia pindah ke apartementnya sendiri. Anggap saja ini kamarmu, Jika kau memerlukan apapun jangan pernah sungkan ya Lizzy. Kamu sudah kami anggap sebagai putri dari keluarga wiraatmaja sendiri, jadi ibu harap kamu bisa dengan cepat nyaman di sini." Ucap saras.

Elizabeth mengangguk tersenyum. Dengan senang hati dirinya akan membuat saras melihatnya puas tinggal disini. Ya, saras memaksa Elizabeth untuk tinggal dirumahnya selama 5 hari kedepan. Elizabeth awalnya menolak, Tapi saras adalah orang yang tidak mau menyerah. Apapun akan ia lakukan untuk memenuhi keinginannya. Jadi, Elizabeth mau tidak mau harus menginap disini untuk beberapa hari kedepan.

Keesokan paginya, Leo datang kerumahnya karena ayahnya memintanya untuk ikut makan malam bersama keluarga besar. Seperti biasa Isabella ikut, Mereka berjalan berdampingan memasuki rumah mewah Leo. Beberapa pelayan menyambut kehadiran mereka.

William, Ayah Leo juga ikut menyambut kedatangan putra sulungnya. Ia menuntun Leo dan Isabella ke kursinya. Betapa terkejutnya Isabella ketika melihat ada sosok Elizabeth disana. Bahkan kursi Elizabeth bersebelahan dengan kursi Leo. Lebih tepatnya gadis itu duduk di sebelah kanan Leo sedangkan dirinya di sebelah kiri Leo.

Tak ayal saras selalu memuji keserasian yang terlihat diantara Leo dan Elizabeth. "Lizzy, kau sangat serasi duduk berdampingan dengan Leo."

"Iya, kak. Aku setuju dengan tante, Kau terlihat cantik dan kak Leo terlihat tampan." Timpal seorang gadis muda yang merupakan keponakan saras.

Elizabeth tersenyum, "Terimakasih. Aku senang mendengarnya."

Leo mendengus kesal. Jika saja bukan william yang memintanya untuk datang dia pasti akan menolaknya. Semua keluarganya menentang hubungannya dengan Isabella. Hanya william yang menghormati pilihan Leo, meskipun ayahnya tidak bisa berbuat banyak karena ambisi Saras dalam surat perjodohan itu.

Semua mulai mengambil makanan mereka masing-masing, Elizabeth yang tadi sudah di ajari oleh Saras untuk mengambilkan makanan buat Leo pun kini ia lakukan. Tanpa di suruh, Elizabeth mengambil piring.

"Leo, kau mau lauk yang mana?" Tanya Elizabeth berupaya untuk akrab dengan calon suaminya itu.

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri." Leo mengambil piring itu, namun Elizabeth menolaknya. Ia kekeh mengambilkan Leo beberapa lauk yang sudah Saras beritahu tadi.

Leo tidak enak menolaknya. Ia menerima piring itu. Elizabeth belum berhenti, dia juga mengambilkan Leo minuman. Isabella merasa tidak enak, dia ragu untuk mengambil lauknya sendiri.

Leo tahu apa yang Isabella pikirkan. Ia mengambil piring, beberapa lauk, dan minuman untuk Isabella. Membuat semua orang terlihat tidak senang, begitu juga dengan Elizabeth, Dia berusaha tersenyum.

Adrian menatap Elizabeth, Kakaknya memang sengaja membuat gadis secantik Elizabeth tersinggung. Dia bisa saja membantu Elizabeth saat ini, membalas perbuatan Kakaknya dengan mengambilkan beberapa lauk juga untuk Elizabeth. Tapi gadis yang tadi ikut berbicara menahannya.

"Jangan Kak. Jangan ikut campur." Bisiknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!