Binar yang gelisah terus-menerus melihat jam di ditangannya. Ia tidak ingin terlambat melihat kepergian kekasihnya meski hanya melihat dari jauh saja.
Binar tau kekasihnya tidak pergi menaiki pesawat pribadi keluarga nya. Kekasihnya memilih pesawat komersial.
Mobil melaju agak kencang. Richard tau guru putrinya ini sedang gelisah ia tidak tau urusan apa guru muridnya ke bandara.
"Aku akan menunggumu di mobil bersama Angel," ucap Richard yang entah kenapa mau menunggu guru putrinya di dalam mobil. Padahal dirinya sangat sibuk dan banyak pekerjaan yang harus di kerjakannya.
"Saya pulang sendiri saja Tuan,"
"Tidak Miss, kami akan menunggu di dalam mobil saja,"
Karena terburu-buru Binar membuka pintu mobil dan keluar dari mobil tanpa menjawab Richard. Mobil yang dikemudikan Richard memasuki pelataran parkir bandara.
Binar bergegas masuk ke ruang yang memperbolehkan pengantar bisa masuk mengantar saudaranya atau sahabatnya untuk berangkat. Di ruang chek in penumpang, pengantar bisa mengantar sambil menunggu penumpang pindah atau masuk ke ruang boarding atau ruang tunggu penumpang.
Binar berdiri di pojokan jika beruntung dirinya bisa melihat kekasihnya berangkat. Binar melihat ke pintu masuk, matanya melihat mama dari kekasihnya sedang berjalan dengan wanita yang sama umur nya dengan mama kekasihnya.
Binar masih menunggu, matanya membelalak saat di lihat nya kekasihnya sedang di rangkul oleh seorang gadis cantik dengan rambut ikal yang tergerai, kepala gadis itu menempel di lengan kekasihnya. Tampak mesra dan manja.
Pandangan kekasihnya lurus ke depan, ia tak risih dan tak menolak saat gadis itu menggamit lengannya erat.
Tangan Binar terkepal kuat. Matanya berkaca-kaca. Baru tadi malam kekasihnya mengucapkan kata-kata cinta yang membuat dirinya melambung, apa artinya semua ini? Binar terus memandang ke arah kekasihnya, tanpa ia sadari airmatanya menetes. Ia segera menghapusnya dan melangkah pergi.
Dari tempatnya berdiri, lelaki tampan yang selalu di rangkul oleh gadis di samping nya tanpa sengaja melihat sosok yang di kenalnya. Ia mengernyitkan alisnya. Tak mungkin, batinnya. Ia mencoba menepis perasaannya jika apa yang dilihatnya itu tidak benar.
Sepasang pria dan wanita tersebut masih terus tampak mesra sampai ke ruang tunggu pesawat. Si wanita tak pernah lepas tangannya dari lengan si lelaki.
"Ken, lo napa kok mukanya manyun gitu? Sedih gitu?" Mozza si wanita sahabatnya tersebut terus saja bertanya ke Kenzie pria yang selalu di rangkul nya.
Kenzie hanya diam saja.
"Bisa gak lepasin tangan lo?"
Mozza melepaskan tangannya dengan wajah mengkerut.
Mozza selalu ingin dekat lelaki di sebelahnya ini, jika bersama lelaki di sebelahnya ini hatinya selalu tenang dan bahagia.
"Ken, nanti di sana apartemen kita dekatan kan? Aku gak mau jauh-jauh sama kamu,"
"Hem," Kenzie hanya menjawab sekenanya aja.
Pesawat mereka akan segera berangkat, mereka berjalan memasuki pintu boarding dan berjalan memasuki pesawat yang akan berangkat.
Binar berjalan dengan tergesa-gesa keluar dari ruang chek in, airmatanya terus mengalir. Binar tidak sadar jika Richard dan Angel keluar dari mobil dan duduk di coffee shop yang ada di dekat bandara.
Richard menggandeng tangan putrinya untuk mengikuti langkah kaki Miss Binar yang tergesa-gesa.
"Miss, Miss, Miiiisss!" teriak Angel di belakang Binar.
Binar menoleh ke belakang, ia segera merubah raut sedih di wajahnya dengan raut yang biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.
Richard mengetahui jika guru putrinya ini sedang menangis.
"Ayo masuk mobil," ucap Richard.
"Miss, ayo," Angel menarik tangan Miss nya berjalan mengikuti daddy nya ke mobil.
"Duduk di depan," ucap Richard.
"Ayo Miss, kita duduk di depan aku mau di pangku Miss di depan,"
Binar yang hatinya sedang tidak baik-baik saja mengikuti muridnya itu, ia duduk di samping kursi daddynya Angel.
Richard mengenakan kacamata hitamnya. Ia melirik ke gadis cantik guru putrinya ini.
"Apa anda baik-baik saja Miss," tanya Richard sambil menghidupkan mesin mobil.
Binar gelagapan gak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti itu.
Binar menoleh ke arah daddy Angel. Di lihatnya lelaki itu sudah memakai kacamata hitamnya.
"Sa-ya-ba-ik saja Tuan,"
"Jangan panggil Tuan, panggil saja Richard, aku bukan tuan mu, Miss"
"Gak bisa Tuan, saya gak bisa hanya memanggil nama saja, Pak boleh?"
Richard tak menjawab, ia diam saja.
"Jika ingin mengatakan sesuatu di keluarkan aja jangan di simpan-simpan,"
Binar menatap lagi ke lelaki tampan di sebelah nya.
"Maksud Bapak?"
"Aku gak tau apa masalah mu, Miss, maaf, tetapi yang aku liat dirimu sedang tidak baik-baik saja,"
Binar menghela napasnya.
"Hanya sedikit masalah saja Pak, bisa segera di selesaikan,"
"Yakin?"
"Yakin Pak," Binar bicaranya sambil melihat ke depan, ia tidak mau wajah sedihnya dapat di baca oleh lelaki daddy dari muridnya ini.
"Saya antar ke rumah atau ke sekolah?" tanya Richard.
"Kembali ke sekolah aja Pak, mobil saya ada di kantor,"
"Baiklah,"
Richard melajukan mobilnya ke sekolah putrinya.
Di dalam mobil mereka masih diam-diaman. Angel sudah tidur dari tadi di pangkuan Binar.
***
Di dalam pesawat Kenzie merasa tidak tenang, ia tidak sempat menghubungi kekasihnya setelah pulang dari apartemennya tadi pagi. Kesibukannya menyiapkan keberangkatannya belum lagi wanita di sampingnya ini yang terus merecokinya.
Kenzie tadi seperti melihat sosok kekasihnya berdiri di pojok ruang chek in.
Apakah benar yang dilihatnya tadi? Atau kah ia salah melihat? Kenzie tidak ingin dirinya berspekulasi sendiri. Jika benar yang dilihatnya kenapa kekasihnya tidak memberitahukannya jika ia mau ke bandara.
"Ken? Kamu melamun? Apa yang kamu pikir kan, Ken?" tanya Mozza, ia merasa di cuekin oleh sahabat rasa pacar nya ini.
Meski tidak pernah mengucapkan kata cinta untuk Kenzie, tetapi Mozza merasa ia sudah seperti pacaran dengan Kenzie sahabatnya ini. Mozza seperti perempuan yang egois tidak ingin ada wanita lain di samping Kenzie.
Bagi Mozza hanya dirinya lah yang mengetahui tentang Kenzie, makanan kesukaannya, hobbynya apa yang tidak di sukainya, Mozza tau dan itu membuat dirinya bangga.
Kenzie sudah menutup matanya. Ia malas mendengarkan ocehan Mozza lebih baik ia pura-pura tidur dan memikirkan tentang kekasihnya yang di tinggalkan nya.
Kenzie sebenarnya ingin mengambil S2 di dalam negeri saja tak usaha jauh-jauh. Jika di dalam negeri ia masih bisa bertemu dan berkencan dengan kekasih tercintanya. Tetapi papanya maunya ia mengambil S2 di London.
Jika LDR an, mereka belum pernah berpisah jauh dan dalam waktu lama. Jikapun ke luar kota paling hanya sehari dua hari paling lama tiga hari. Itupun rasanya sudah sangat menyiksa bagi Kenzie.
Mozza yang melihat Kenzie tertidur merebahkan kepalanya ke bahu bidang Kenzie. Orang yang tidak mengenal mereka pasti melihat mereka berdua seperti pasangan kekasih yang romantis dan serasi.
Mozza sangat senang jika ada yang mengira mereka pacaran itulah tujuan Mozza selalu bersikap mesra ia ingin di pandang orang sebagai wanita yang beruntung. Padahal semua yang dia lakukan hanya kesemuan belaka.
Mozza seperti sudah terobsesi dengan lelaki tampan sahabat kecilnya ini. Mozza menginginkan Kenzie lah yang akan menjadi suaminya. Mozza akan melakukan segala cara agar Kenzie mencintai dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Rahma AR
cinta ngga bisa dipaksa
2024-01-05
3