Tes
Tes
Tes
Zira menatap wajah pucatnya di depan cermin , dia membasuh darah yang keluar dari hidungnya di wastafel, pusing itulah yang di rasakan Zira saat ini, namun itu tak sebanding dengan rasa sakit yang di torehkan oleh kedu orang tuanya.
...----------------...
" Ma, Kepala Zira pusing" rengek Zira kecil.
"Zira tidur saja ya, nanti mama belikan obat sekalian jemput kak Zahra pulang les" timpal Nita lalu melenggang keluar dari dalam rumah, sedangkan Zira kecil hanya menatap mamanya dengan sendu, lalu dia melangkah masuk ke dalam kamarnya dengan berpegangan pada tembok agar tidak jatuh karna rasa pusing yang di rasanya.
Satu jam kemudian Zira yang berada di kamarnya, bangun dari ranjangnya saat mendengar suara deru mesin mobil yang sudah di pastikan itu milik mamanya, lagi lagi dengan berpegangan pada tembok Zira berusaha untuk keluar dari dalam kamarnya.
"Ma, obat pusing untuk Zira mana?" tanya Zira kecil menghampiri Mamanya yang akan menutup pintu kamar Kakanya, kebetulan kamar Zira dan Zahra terpisah.
"Astaga, Zira maaf ya, mama lupa, tadi Kak Zahra mengaduh kelelahan, jadi mama langsung pulang, maaf ya Zira, kamu tidak marah kan sama mama, kamu juga tahu kalau Kak Zahra kesehatannya tidak baik " timpal Nita yang tidak perduli dengan wajah kecewa Zira kecil, tapi malah dengan teganya meminta Zira kecil untuk memahami kondisi Zahra.
" Iya, Zira tidak apa apa, Zira tidur saja, nanti pasti pusingnya akan hilang sendiri" ujar Zira menggigit bibirnya agar tangisnya tidak pecah.
...----------------...
Crassss
Crassss
Zira membasuh wajahnya meskipun rasa sakit terus menggerogoti hatinya, namun Zira sudah tidak menangis lagi seperti dulu, mungkin karna air matanya sudah mengering. ''Kenapa kalian harus melahirkanku, jika kalian hanya perduli dengan putri sulung kalian'' gumam Zira mencengkram pinggiran wastafel dengan kuat.
Merasa wajahnya sudah terlihat baik baik saja, Zira melangkah meninggalkan kamar yang menjadi saksi percintaan panas dirinya dengan Zico.
''Kenapa kamu melakukan itu ''
Zira menghentikan langkahnya saat sudah di ambang pintu keluar club, lalu dia membalikkan badannya dan menatap Brayen dengan tajam.
''Apapun yang aku lakukan, itu tidak ada urusannya denganmu'' Zira menimpali dengan nada ketus, lalu dia membalikkan badannya dan pergi.
Brayen terus menatap punggung Zira sampai hilang di balik pintu club, semalam dia tidak tahu siapa yang ingin di jebak oleh Zira, namun tadi pagi saat dia hendak menata botol botol bir di rak, dia di buat mengerutkan dahinya melihat kedatangan kedua orang tua Zira dan kakanya Zahra, dan pergi ke lantai dua dengan langkah terburu buru, dan tak berselang lama Brayen bergegas naik ke lantai dua saat mendengar suara teriakan seorang wanita, dan saat itulah dia tahu jika yang di jebak Zira adalah calon tunangan kakanya.
''Sebenarnya apa yang membuatmu tega melakukan hal menjijikkan itu'' gumam Brayen, tak ada satupun yang tahu apa yang sedang di alami oleh Zira kecuali dokter Rio dan istrinya Mala, hanya dua orang itulah yang tahu kepahitan hidup yang di jalani Zira sejak kecil.
Zira mengemudikan mobilnya dengan tatapan terus lurus kedepan, ada sedikit rasa menyesal di hatinya setelah menyerahkan keperawannya pada Zico, entah setan apa yang merasukinya membuatnya nekat melakukan hal menjijikkan itu, tapi tadi malam saat dia memeberikan obat perangsang itu pada pelayan, dirinya seakan akan yakin jika Zico akan bertanggung jawab padanya, tapi pagi ini melihat Zico yang pergi meninggalkannya tanpa sepatah katapun membuat keyakinannya runtuh seketika.
''Heh, cukup sekali ini saja kamu melakukan hal bodoh Zira'' gumam Zira meremas setir kemudinya.
Zira tersentak saat mendengar suara dering dari ponselnya, lalu dia meraihnya ponselnya yang tergeletak di jok samping kemudi.
''Halo Kak'' sapa Zira.
''Kamu ingat kan, kalau sekarang waktunya cek up'' ujar seorang pria dari balik telfon mengingatkan, dan sudah di pastikan itu adalah dokter Rio.
''Iya, Zira ingat, sekarang Zira akan ke sana'' setelah mengatakan itu Zira langsung mematikan sambungan telfonnya sepihak.
Sepuluh menit kemudian Zira sudah berada di ruangan dokter Rio, dan kini sedang di periksa oleh dokter Rio dan juga di temani oleh Mala.
''Bagaimana kondisi Zira, semakin baik apa buruk?'' tanya Zira dengan santainya, seakan akan dia sudah tidak perduli dengan kesembuhannya, bagi Zira untuk apa sembuh jika keberadaannya saja tak di hiraukan oleh orang orang terdekatnya, saat ini dia hanya ingin menikmati sisa sisa hidupnya dengan melakukan apa yang ingin ia lakukan, entah itu kebaikan atau kejahatan dia tidak perduli.
Dokter Rio tersenyum. '' Syukurlah, kondisimu semakin membaik '' timpal dokter Rio dengan binar, berbeda dengan Zira yang terlihat biasa biasa saja.
''Kamu mau kemana Zira?'' tanya Mala melihat Zira yang berdiri dari duduknya.
''Zira mau melihat Kondisi Kak Zahra, dia di rawat di sini'' timpal Zira lalu berjalan ke arah pintu dan keluar, Dokter Rio dan Mala hanya diam saja, mereka juga tidak ada niatan bertanya apa yang terjadi dengan Zahra kenapa sampai masuk rumah sakit, mereka berdua tidak ingin membuat Zira berfikir jika mereka berdua juga memberikan perhatian pada Zahra.
''Zira''
Semua orang yang ada di ruang rawat Zahra menoleh ke arah pintu, saat mendengar Zahra menyebut nama Zira sambil menatap ke arah pintu.
Zira melangkah mendekat ke arah Kakanya yang duduk di brangkar, dia tidak perduli dengan tatapan kedua orang tua Zico begitu juga dengan Zico, tapi saat sudah berdiri di samping brangkar Kakanya Zira hanya diam saja, dan hanya menatap datar Kakanya membuat suasana di ruangan itu terasa hening.
''Zira, kaka boleh tanya sama kamu?'' tanya Zahra memecahkan keheningan.
''Tanya saja, aku akan jawab'' sahut Zira dan lagi lagi sangat datar.
''Apa selama ini kamu sengaja memilih tinggal di apartemen, agar bebas keluar masuk Club dan melakukan hubungan intim dengan semua pria '' semua orang membelalakkan kedua matanya mendengar tuduhan Zahra pada Zira termasuk Zico, dia yakin meskipun Zira sering keluar masuk club, tapi Zira bukan orang seperti itu karna dia pria pertama yang mengambil keperawanan Zira, namun Zico tertegun saat melihat Zira yang terlihat biasa biasa saja mendengar tuduhan yang di layangkan oleh Zahra.
''Ya Kaka tidak salah, aku memang sering keluar masuk club, tapi untuk tuduhan kaka tentang aku yang sering melakukan hubungan intim dengan semua pria itu tidak benar '' timpal Zira.
''Bohong!!, tidak mungkin kalau Kak Zico yang memaksamu untuk melakukannya, aku tahu seperti apa Kaka Zico, dia tidak mungkin menidurimu kalau bukan kamu yang maksa'' sentak Zahra emosi.
''Terserah Kak Zahra, percaya apa tidak aku tidak perduli'' balas Zira lalu melenggang pergi begitu saja, namun saat hampir di ambang pintu langkahnya terhenti sebentar ketika mendengar suara Mamanya.
''Mama kecewa sama kamu Zira '' seru Nita dengan nafas naik turun menahan amarah pada putri keduanya.
Zira tidak perduli dia memilih melanjutkan langkahnya kembali meninggalkan ruang rawat Zahra.
" Aku jauh lebih kecewa dengan kalian" batin Zira di sela sela langkahnya menuju ke arah parkiran rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Anggun Sriwahyuni
dobel up thor
2024-01-05
2