Bab 2 Yuna Pendarahan

Gilang, Bram dan Gina langsung berlari ke arah mesjid. Yasmin juga ingin ikut, namun ada Yasmin yang sudah terlihat kebingungan.

Bocah berusia 5 tahun itu pasti bingung mendengar kalimat mama nya jatuh dari guru ngaji nya, tapi ia tidak berani keluar karena tidak ada yang mengajaknya.

Kakek, nenek dan papa nya sudah langsung berlari begitu saja mendengar kabar yang di sampaikan oleh Jaka.

"Kakak, ayo ikut Tante!" ajak Yasmin menyambar kunci mobilnya.

Baik Gilang maupun papa nya tidak ada yang ingat, jika saat ini pasti Yuna harus di bawa ke rumah sakit.

Tidak peduli hanya sekedar jatuh atau ... Yasmin tidak ingin berprasangka buruk, tapi kakak nya harus di bawa ke rumah sakit atau bidan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan. Kehamilannya sudah masuk tujuh bulan, sangat berbahaya kalau jatuh.

Setelah mengunci rumah, Yasmin mengendarai mobilnya dengan membawa Sarah sekalian.

Baru beberapa meter keluar rumah, ia melihat Gilang yang tengah menggendong Yuna terlihat kesalahan. Yasmin segera menghentikan mobilnya, lalu membuka pintu agar Gilang segera masuk bersama dengan kakak nya.

"Ma, ini si kakak. Di bawa pulang saja!" ucap Yasmin memberikan Sarah pada Gina, sementara Bram tengah menggendong si adek. Sepertinya lututnya berdarah, pasti karena jatuh.

Yasmin, cepat!" Perintah Gilang sedikit membentuk di sela-sela rintihan Yuna yang memegangi perutnya.

Yasmin tidak mengatakan apapun selain mengikuti perintah Gilang.

Dalam keadaan kalut, Yasmin memacu kendaraan dengan sedikit kencang sambil membunyikan klakson secara berulang-ulang agar di beri jalan dan di maklumi jika dia mengebut.

"Sabar ya, Yuna. Sabar!" ucap Gilang dengan wajah paniknya menenangkan Yuna yang kesakitan.

Yasmin bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Gilang yang begitu sayang dengan kakak nya, tanpa sadar Yasmin sudah ikut menangis melihat Yuna yang terus merintih-rintih karena kesakitan. Setelah setengah jam perjalanan, mobil yang di kendarai oleh Yasmin sudah tiba di rumah sakit.

Yuna yang terjatuh terguling ke arah depan, mengalami pendarahan sehingga mulut rahim nya sudah terbuka.

Jadi Yuna harus mengeluarkan bayi nya meskipun masih belum cukup, apalagi Yuna juga mengalami kontrakan.

Dengan tangan gemetaran, Gilang menandatangani surat persetujuan yang di sodorkan pihak rumah sakit.

Gilang yang hanya mengenakan celana selutut dan kaos tanpa kerah, tentu saja tidak membawa apapun termasuk dompet dan ponselnya. Untungnya Yasmin sudah membawa dompetnya.

"Aku pakai uangmu dulu, nanti kalau sampai rumah aku ganti." lirih Gilang menatap Yasmin penuh permohonan, Yasmin hanya mengangguk.

Di saat seperti ini, mana mungkin ia memikirkan ego nya sendiri.

Tidak lama setelahnya Bram datang sendirian, Gina tetap berada di rumah untuk menjaga kedua anak-anaknya Yuna.

Gilang yang berjalan mondar mandir tidak berani mendampingi Yuna melahirkan, karena ia tadi sudah melihat jalan lahir Yuna terus mengeluarkan darah. Gilang kuatir dirinya akan pingsan dan panik sendiri jika melihat banyak darah di ruang bersalin.

Satu jam sudah berlalu, bayi yang belum cukup umur itu berhasil di lahirkan. Keadaan nya lemah, untuk bertahan seperti nya tidak mungkin. Tapi semuanya ada pada kuasa Allah.

Dokter boleh memprediksi kalau peluang untuk bertahan hidup bagi bayi mungil itu cuman dua puluh persen, tapi kalau Allah sudah berkehendak dengan kuasa nya, suatu yang mustahil bisa jadi kenyataan. Manusia hanya bisa bertawakal dan berdoa meminta jalan terbaik.

"Pak Gilang, dokter ingin berbicara dengan bapak." ucap perawat, sontak membuat Gilang langsung berdiri.

Bram menepuk pundaknya pelan. "Semoga tidak ada apa-apa yang akan di sampaikan."

"I-iya, Pa." gagap Gilang.

Setelah nya Gilang langsung menemui dokter yang menangani Yuna.

"Ibu Yuna mengalami pendarahan Pak Gilang, kondisi nya sangat lemah. Beri ia semangat agar istri bapak memiliki keinginan untuk bertahan lebih besar," ucap Dokter sambil menatap iba pada Gilang.

Dokter tidak mengatakan banyak hal, cuma itu saja.

Tubuh Gilang seperti tidak berpijak ke bumi, kalimat dokter tadi seakan memberikan pesan yang tersirat.

Tidak mau bertanya apa-apa, karena kuatir jawaban dokter tadi membuat ia takut. Gilang segera menemui Yuna.

Wajah istrinya itu terlihat pucat dan lemah, kantung matanya menjorok ke dalam. Gilang kasihan sekali melihat kondisi istrinya. Gilang sangat tidak tega, akhirnya ia menangis.

"Mas," panggil Yuna lemah. Gilang mendekat.

"Bagaimana keadaan Husna?" tanya Yuna, Gilang tidak bisa menjawab.

Bagaimana bisa Yuna yakin jika anak yang ia lahirkan perempuan? sehingga Yuna langsung memberi nama bayi yang lahir secara prematur itu, Husna.

"Dia, baik." jawab Gilang sambil menyedot ingusnya, Yuna tersenyum lemah.

"Mas Gilang kenapa menangis?"

Gilang menggeleng.

"Aku minta maaf ya, Mas! Si Adek, ah dia sekarang sudah jadi abang." Yuna kembali tersenyum lemah.

Melihat Yuna yang bolak balik tersenyum, Gilang jadi takut sekali.

"Galih lari-lari tadi, Mas. Aku takut ia akan terjatuh, jadi ..."

"Nggak papa, Sayang. Nggak papa," potong Gilang cepat.

"Mas kalau terjadi apa-apa padaku, dan Mas Gilang nggak bisa jaga anak-anak. Titip anak-anak sama papa dan mama ya!"

"Yuna, kamu ngomong apa sih? Tidak ada yang terjadi denganmu. Anak-anak, kita yang akan merawatnya sampai dewasa. Bahkan sampai ketiga nya menikah, jangan ngomong macem-macem!"

Yuma kembali tersenyum.

"Aku capek, Mas. Aku tidur sebentar ya!"

Gilang mengangguk.

......................

"Bagaimana kondisi Kak Yuna, Mas?" tanya Yasmin langsung saat Gilang keluar dari kamar ruang perawatan Yuna.

"Tidur." jawab Gilang lemah.

"Lang, Yuna bisa menyusui bayi nya nggak? setahu papa, bayi yang terlahir prematur, lebih baik di beri Asi. Kalau minum susu formula bisa bersikap terkena necrotising enterocolitis atau bagian usus mengalami kematian jaringan." ucap Bram yang sudah sibuk searching pada ponselnya.

(sumber : https://hellosehat.com/parenting/bayi/bayi-prematur/cara-menyusui-bayi-prematur/)

Meskipun Gilang tidak menyampaikan apa yang di katakan dokter tadi, tapi Bram yang merupakan ASN di kantor pemerintahan sudah bisa merubah kondisi anak sulungnya.

Selamat kehamilan yang ketiga ini, Yuna semakin terlihat kurus dan pucat. Kondisinya seperti orang pesakitan.

Mendapat pertanyaan seperti itu dari ayah mertuanya, Gilang baru terpikir ke arah sana.

"Duh, gimana ya, Pa. Apa harus minta tolong Silla untuk memberikan sedikit ASI-nya? pasti si kecil belum butuh Asi terlalu banyak, jadi bisa minta sama Silla sedikit." jawab Gilang yang entah kenapa hanya nama Silla yang terucap dari lisannya.

"Tapi anaknya Silla kembar, Lang. Apa dia mau memberikan sedikit Asi nya?" tanya Bram ragu.

Yah, bulan lalu Silla baru saja melahirkan dua jagoan kembar yang di beri nama Andre dan Adrian. Perempuan yang di kira mandul oleh mantan mertua nya ternyata langsung hamil setelah satu bulan menikah dengan mantan suami Yasmin, Ferdy.

"Kalau menyewa ibu susu, dimana?" tanya Gilang, Bram langsung terdiam.

"Biar aku yang ke sana! Aku akan bicara pada Silla." Yasmin mengeluarkan pendapatnya.

Bram dan Gilang saling berpandangan, mereka sepertinya tidak yakin jika Yasmin bisa meminta dan mendapatkan ASI dari Silla.

"Kenapa? aku tidak akan mengganggu mereka, percayalah! ini demi anak Kak Yuna. Aku jamin, Pa. Aku tidak akan mencari masalah." Yasmin menyakinkan. Bram dan Gilang saling berpandangan, akhirnya Bram mengangguk.

Mereka mencoba percaya jika kali ini Yasmin tidak membuat masalah.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Sabiya

Sabiya

kasihan sekali

2024-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!