Bab 5 Yuna meninggal

Sekarang sudah hampir dua belas jam Yuna dalam keadaan koma, Gilang semakin takut.

Sakit itu bukan musibah, teguran atau ujian. Tapi bagi orang yang menyakini kuasa Allah, sakit adalah rahmat.

Berita Yuna yang melahirkan secara prematur berujung dengan kondisi koma membuat semua keluarga besar bergantian melihat kondisi Yuna.

Bagaimana tidak dikatakan rahmat. Dengan sakitnya seseorang, membuat keluarga yang jauh serta dalam kesibukan menyempatkan diri untuk datang membesuk.

Hubungan yang semula renggang menjadi dekat, yang berselisih kembali menjadi akur dan hangat. Seperti yang terjadi dengan Gina dan Aulia.

Dua saudara kakak dan adik itu saling berangkulan, saling meminta maaf dan saling bertangis-tangisan.

Bagi Aulia, Yuna seperti anaknya sendiri. Sebab sebelum ia memiliki Silla, Aulia sangat menyanyangi keponakannya itu. Jadi melihat keadaan Yuna sekarang, tentu membuat Aulia juga ikut bersedih.

Aulia dan Gina seakan-akan lupa, jika salah satu di antara mereka berdua pernah mengatakan sudah putus hubungan keluarga.

Semua keluarga juga mendadak amnesia, jika dua kubu pernah saling menyalahkan dan saling menjelek-jelekkan. Saat ini semua keluarga sangat akur, sama-sama mendoakan yang terbaik untuk Yuna.

Tepat tiga hari Yuna berada di ruang ICU, Yuna pergi tanpa pesan dan tanpa tersadar kembali.

Hanya saja selama di ruang ICU, Gilang senantiasa membalikkan kalimat-kalimat tauhid ke telinga Yuna.

Gilang sudah tidak bisa lagi menangis, sebab air matanya sudah habis selama tiga hari ini.

Ketika dokter mengatakan Yuna sudah pergi, Gilang hanya bengong seperti orang tidak mendengar apapun yang di sampaikan oleh Dokter. Sukanya serasa ikut pergi bersama dengan ruh Yuna, pergi jauh.

Allah lebih sayangkan dengan anak yang baik seperti Yuna, lebih mencintai Yuna daripada suami dan keluarganya.

Jika Yuna tersadar, bisa saja ia akan menjadi wanita yang menderita lahir batin karena bisa saja ia kehilangan cinta suaminya. Kata Dokter kemungkinan Yuna akan mengalami kelumpuhan total di seluruh tubuhnya jika ia bangun dan tersadar.

Karena Allah amat sangat menyanyangi Yuna, maka Allah mengambil Yuna di saat sang suami masih sangat menyanyanginya.

......................

Di rumah duka, orang-orang melayani hampir semua ikut menangis. Terutama kaum wanita.

Bukan menangisi jasad Yuna, tapi menangisi kedua anak Gilang yang terus menangis di sebelah tubuh yang sudah terbujur kaku dalam keabadian.

Fania yang sudah berumur 5 tahun itu terus menangis, tapi tidak tahu apa yang terjadi. Apakah ia sudah cukup paham jika ibunya sudah tiada atau belum.

Terakhir kali ia melihat ibunya pergi dengan sang adik untuk membeli bakso, setelah itu dia tidak pernah bertemu dengan ibunya lagi. Karena Gilang melarang kedua mertuanya membawa anak-anak ke rumah sakit, saat Yuna masih dalam keadaan koma di ruang ICU.

Dan baru sekarang sang Ibu pulang, namun wanita yang paling menyanyangi dirinya itu pulang dalam keadaan mata yang terus terpejam dalam keheningan yang tiada bertepi.

Berbeda dengan Galih. Bocah lelaki yang sepertinya belum paham akan namanya kematian terus meraung-raung minta di sapa san di gendong oleh Yuna.

Gilang memeluk kedua anaknya dengan erat, tanpa isakan, tapi kedua matanya terus saja basah.

Saat Yasmin dan Gina, lalu ibunya sendiri atau siapapun yang hendak mengambil salah satu anaknya untuk di tenangkan, Gilang menolak. Gilang ingin menikmati rasa sakit kehilangan itu dengan kedua anaknya tidak sendirian.

Gilang juga ingin, kedua anaknya menangis itu dalam dekapannya, bukan dalam dekapan orang lain. Meskipun itu kakek dan neneknya.

"Pergilah, Na. Kembali lah pada Tuhanmu! Mas ridho dan ikhlas. Mas akan bersaksi di hadapan Allah, kalau kamu adalah istri terbaik buat Mas dan ibu terbaik buat anak-anak kita. Tapi biarkan kami menangis hari ini, menangisi perpisahan denganmu. Karena selanjutnya kamu hanya akan hidup di dalam hati kami," lirih Gilang sambil membelai jasad Yuna dengan air mata berderai. Para ibu-ibu semakin menangis.

Gilang tidak peduli, jika ia dikatakan laki-laki cengeng. Siapa sih yang tidak menangis, kala yang paling kita kasih pergi untuk selamanya. Tidak ada.

Luapan kesedihan terlihat dari air mata yang tidak bisa di tahan supaya jangan keluar.

Kedua orang tua Gilang yang sudah semakin sepuh, senantiasa berada di samping Gilang dan kedua anaknya.

Sementara Bram, Gina, Yasmin dan juga keluarga lainnya, baik dari pihak Gilang maupun pihak Yuna sedang mempersiapkan fardhu kifayah untuk almarhum Yuna.

Dari memandikan, mengkafani, mensholatkan hingga menguburkan, Gilang ikut serta.

Saat semua orang satu demi satu mulai meninggalkan area pemakaman, Gilang kembali menangis. Kali ini tangis Gilang akhirnya pecah. Tidak seperti saat di rumah tadi, cuma air mata yang mengalir. Sekarang ia menangis heboh.

Bapaknya Gilang yang tahu, jika anak bungsu nya sedang rapuh dan sedih, merengkuhnya dengan erat.

Tidak ada kata penghiburan atau kata-kata nasehat yang keluar dari lisan sang bapak, karena Gilang tidak membutuhkan itu. Gilang hanya ingin meluapkan apa yang menyesak di dalam dadanya. Jadi biarkan ia melepaskan nya lewat tangisan.

Di saat semua keluarga masih dalam suasana duka. Silla tetap secara rutin membawa ASI untuk baby Husna. Dan Ferdy yang bertugas untuk mengawasi bayi mungil itu secara langsung di sela-sela ia menjalankan tugas utamanya.

Pihak rumah sakit juga tahu, jika baby Husna adalah anak dari kerabat Ferdy. Jadi sedikit spesial mereka memperlakukan bayi tersebut.

"Silla, apa kamu melihat Bara di pemakaman almarhum kak Yuna kemarin?" tanya Ferdy saat keduanya sudah bersiap hendak tidur.

Sebelumnya Silla sudah melompat ASI -nya terlebih dahulu lalu di simpan di dalam lemari pendingin yang memang di khususkan untuk menyimpan ASI.

"Nggak memperhatikan sih, Mas. Kedua anak-anak Mas Gilang sudah menyita habis semua para pelayat, termasuk aku. Jadi aku tidak begitu mengingat siapa yang datang." jawab Silla.

"Atau mungkin karena nggak ada yang ngabarin ya? Soalnya Mas ngga ada lihat dia datang sih." ucap Ferdy.

"Bisa jadi, Mas. Toh antara keluarga besar sudah tidak memiliki hubungan dengan Mas Bara, jadi buat apa di beritahu.

Meskipun dulu pernah menjadi bagian, namun semua sudah terputus. Nggak enak juga kan kalau dia datang dengan Khadijah." urai Silla, Ferdy menganguk-anggukan kepalanya.

Lagian posisi Bara sangat tidak enak, karena mantan selingkuhan Yasmin. Berbeda dengan Ferdy, dia mantan suami. Nama Ferdy juga masih bersih, justru Yasmin dan keluarganya yang rasanya tidak enak Dengan Ferdy. Tapi karena Silla dan Ferdy tidak terlalu membesar-besarkan masalah yang sudah berlalu, ketidaknyamanan itu segera di tepis.

"Bagaimana kondisi Husna, Mas?" tanya Silla mengalihkan pembicaraan.

"Alhamdulillah, perkembangan nya bagus. Insya allah, saar ASI Yasmin sudah bisa keluar, Husna juga sudah bisa di bawa pulang."

"Alhamdulillah kalau begitu." balas Silla.

"Husna jadi anak persusuan juga sama kamu, Sil."

"Iya, Mas. Itulah gunanya keluarga. Seburuk-buruknya keluarga, mereka tempat anggota keluarga yang lain untuk kembali."

"Iya sama seperti kamu. Rumah bagi seorang suami itu istri bukan anak-anak atau bangunan itu. Yang namanya rumah itu, istri. Tanpa istri, seorang suami akan goyah dan terasa kosong seperti Mas Gilang.

Begitu juga dengan rumah ini. Saat Mas pulang, kalau nggak ada kamu seperti Mas tidak pulang ke rumah. Dan rasanya hampa." ucap Ferdy sambil memeluk Silla dengan erat, Silla balas memeluk suaminya lebih erat lagi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Sabiya

Sabiya

ikhlas lebih baik👍

2024-01-07

0

Sabiya

Sabiya

pling g bisa lihat anak kecil😭😭

2024-01-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!