Keluarga Arimbi

Nama nenek Arimbi adalah Rukmini. Nama Rukmini saja bisa juga dijadikan bahan tertawaan oleh Dodi. Bagaimana Arimbi tidak membenci Dodi?

"Nama neneknya saja rok mini, ya sudah pasti dia suka memakai yang mini-mini!" ujar Dodi pada komplotannya yang isinya lebih banyak pengangguran itu, saat Arimbi lewat. Begitu melihat Arimbi lewat, teman-teman Dodi langsung bersiul iseng dan menggoda Arimbi, membuat Arimbi memasang wajah jutek dan mendengus kasar. Arimbi sendiri setiap melihat Dodi dan teman-temannya itu, merasa kalau dia seperti melihat komplotan si berat yang terdapat pada fiksi Donald bebek. Komplotan penjahat yang suka mengincar harta paman Gober. Andai saja mata mereka diberi penutup topeng hitam pasti akan mirip. Hanya incarannya saja yang beda, kalau komplotan si Berat asli mengincar harta paman Gober, kalau komplotan si Berat Dodi, hanya mengincar perempuan cantik yang lewat, sekedar cuci mata dan menggoda saja. Sungguh hobi yang tidak bermutu!

"Awas kau gendut! Aku lapor ke nenek, biar nenek kasih pelajaran ke kamu!" ancam Arimbi yang tidak sengaja mendengar perkataan Dodi, padahal Dodi memang sengaja biar terdengar oleh Arimbi.

Mendengar itu Dodi dan komplotannya langsung membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing.

Harus diakui kalau nenek Arimbi sebenarnya perempuan yang hebat dan kuat di usia lima puluh tiga tahun. Nenek Arimbi cukup ditakuti di kampung mereka, bayangkan saja nenek Arimbi pernah berhasil menangkap maling jemuran dan membuat maling itu babak belur. Apalagi kalau maling jemuran yang memiliki kelainan jiwa, yang suka nyolong pakaian dalam wanita, jika ketahuan pasti habis di tangan nenek Arimbi. Makanya untuk sekarang ini kampung mereka cukup aman dari maling jemuran.

Jadi kelompok si Dodi langsung membubarkan diri begitu mendengar Arimbi akan memanggil neneknya itu. Sampai sekarang mereka tidak mengerti nenek Rukmini punya ilmu apa. Padahal tubuhnya kurus kecil tapi tenaganya bisa begitu kuat!

*********

"Bi, kau jangan kerjanya keluyuran terus dong!" ujar nenek Rukmini.

"Aku bukan asal keluyuran nek, aku lagi coba cari kerja," ujar Arimbi sambil menyuapi ibunya makan. Walau sikap Arimbi agak konyol, tapi dia adalah anak yang cukup menyayangi ibunya dan berbakti. Sedangkan Sutini seperti biasa menunjuk ke arah kangkung sambil berkata ambyar, artinya Sutini ingin makan kangkung.

"Tadi pak Tatang datang ke sini tawari pekerjaan buat mu, katanya penghasilannya lumayan besar. Kalau kau sama pak Tatang, nenek masih percaya! Dari pada kau ikut yang lain ke kota," ujar Rukmini akhirnya memutuskan memberitahu tawaran dari Tatang kepada Arimbi, setelah melihat cucunya yang sering kerja serabutan tidak menentu itu.

"Benarkah nek? Memang pekerjaan apa?" tanya Arimbi langsung dengan mata berbinar-binar memandang ke arah neneknya penuh harapan.

"Katanya sih ikut nona nya yang anak orang kaya. Si Tatang di sana jadi supir di keluarga itu. Sepertinya majikannya kaya dan royal, kau lihat saja rumah si Tatang sering direnovasi, bahkan baru lebaran kemaren Tatang membeli tiga anak sapi buat investasi saat dapat THR, katanya lebih menjanjikan daripada investasi emas," cerita Rukmini.

"Siapa tahu nanti kalau kau sudah bekerja juga bisa beli anak sapi bi, nanti anak sapinya nenek yang jaga, buat tabungan mu kelak," sambung Rukmini. Sebenarnya Rukmini khawatir kalau Arimbi bekerja di kota, karena cucunya punya fisik yang cantik, dia sering mendengar kalau ada majikan yang cabul. Tetapi tidak mungkin Rukmini membiarkan Arimbi selamanya tinggal di kampung yang sudah dapat dipastikan tidak ada masa depannya, karena ibunya yang sakit jiwa dan asal usul Arimbi yang tidak jelas. Rukmini juga berharap kalau suatu hari Arimbi bisa menemukan pasangan yang baik di lain kota. Rukmini sering merasa kasihan dengan nasib Arimbi yang selalu dijauhi perempuan dan laki-laki yang seumur Arimbi di kampung mereka.

Mungkin kalau yang laki-laki takut jatuh cinta, kalau yang perempuan iri karena kecantikan Arimbi, pikir Rukmini menghibur dirinya sendiri saat itu.

**********

"Benar ya nek? Aku mau, aku mau bekerja dan ikut pak Tatang! Pekerjaan apapun boleh," sahut Arimbi yang langsung menghampiri sang nenek dan menggenggam pergelangan tangan nenek Rukmini

"Tapi aku gak mau beli sapi nek, kalau uang ku banyak, aku mau bawa nenek dan ibu tinggal di kota lain, agar keluarga kita tidak dihina lagi nek!" sambung Arimbi lagi.

"Sudah! Kau bekerja baik-baik saja dan menjaga diri. Kau bawa baju-baju yang sopan, baju mu yang pendek-pendek jangan kau bawa ya! Ingat kau harus jaga diri dan jangan berpakaian yang mengundang. Soal nenek dan ibu tidak usah kau pikirkan, yang penting kau bisa hidup mandiri dan baik, nenek sudah bahagia. Nenek dan ibu tinggal di kampung tidak bermasalah, lagipula nenek dan ibu mu sudah tua. Selesai makan kau bersiap-siap, di atas tempat tidur mu nenek tadi sudah beliin baju yang lebih bagus, bisa kau pakai saat bertemu calon bos mu!" ujar Rukmini menasehati Arimbi.

"Baik nek, Nenek memang yang paling baik!" ujar Arimbi dengan mata berkaca-kaca karena terharu.

"Sudah! Sudah! Jangan cengeng! Kau kan tahu nenek, nenek paling tidak suka perempuan yang lemah dan cengeng. Ayo habiskan makan mu, setelah itu bersiap-siap, besok pagi-pagi pak Tatang sudah mau balik Jakarta lagi. Aku sudah bilang kalau kau mau, pagi-pagi kau akan ke rumahnya," ujar Rukmini.

"Baik nek, nenek doakan aku sukses ya!" ujar Arimbi memeluk sang nenek.

"Nenek pasti mendoakan yang terbaik buat cucu kesayangan nenek!" sahut Rukmini kali ini tidak menolak dipeluk, padahal biasanya paling anti. Malah Rukmini menepuk-nepuk punggung Arimbi.

"Ambyar! Ambyar!" seru Sutini tiba-tiba yang mengagetkan nenek dan cucu itu.

"Iya Bu, iya, Arimbi suapi lagi ya!" ujar Arimbi segera menghampiri sang ibu dan kembali menyuapi Sutini sambil menatap Sutini dengan sedih.

Maafkan Arimbi Bu, mungkin hari ini terakhir Arimbi menyuapi ibu, besok Arimbi mau ke kota, semoga Arimbi berhasil dan bisa membahagiakan ibu dan nenek suatu hari! janji Arimbi dalam hati.

TES!

Setetes air mata terjatuh, Arimbi cepat-cepat menghapusnya sebelum kelihatan sang nenek yang paling anti melihat perempuan yang menangis.

*********

Itulah yang membuat Arimbi kini muncul di kota. Arimbi sudah memakai baju yang diberikan neneknya agar terlihat sopan, tapi di luar dugaan sang nona pemberi pekerjaan malah menyuruh dia memakai baju hitam yang rasanya lebih seksi lagi dari bajunya yang biasa. Arimbi cukup percaya diri dengan baju itu, sayangnya sepatu haknya yang membuat dia kelimpungan karena tidak terbiasa, maklum saja di kampung biasanya hanya pakai sendal, kadang malah bertelanjang kaki.

"Seperti gini langkahnya, jangan seperti rusa yang habis kena tembak jalannya!" gerutu Clara dengan tidak sabar dan mempraktekkan cara jalan dengan hak tinggi. Entah karena bakat alam atau Arimbi yang pintar meniru, sebentar saja jalan Arimbi sudah lancar walaupun tidak seanggun Clara.

"Gerak mu jangan mencurigakan ya, misi akan segera kita mulai!" ujar Clara.

"Siap nona!" jawab Arimbi lantang, padahal jantungnya berdetak kencang.

Bersambung............

Terpopuler

Comments

😘Si imut anaknya bapak 🥸☺️

😘Si imut anaknya bapak 🥸☺️

ampun Thor gue bengek Sampek air mataku bercucuran 😭😭😭

2024-01-06

1

Riska Rosani

Riska Rosani

jadi baper sama Arimbi😭

2024-01-03

2

Natania Linlin

Natania Linlin

lanjut lagi kak makin seru

2024-01-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!