Permintaan konyol

Lea bersama Rani membawakan makanan yang mereka pesan menuju meja, dimana Selly tengah menunggu.

Baru saja duduk usai meletakan nampannya, Selly mendekat, "Tau gitu gue yang pesan,"

Lea mengernyit, "Maksudnya?" tanyanya bingung, dia mulai menyuapkan mie bakso kedalam mulutnya.

"Ya ampun Lea, Lo nggak sadar yang dibelakang Lo tadi siapa?" ujar Selly dengan hebohnya, begitu juga dengan Rani setuju dengan pendapat Selly.

"Emang siapa?" Lea jelas tau siapa lelaki yang dimaksud oleh sahabatnya, karena hanya lelaki itu yang berada tepat dibelakangnya.

"Lo tinggal di gua apa gimana sih? Perasaan kita berdua sering banget ngomongin itu cowok, jangan-jangan setiap kita curhat, Lo nggak pernah dengerin," sahut Rani dengan mulut penuh makanan.

"Telen dulu Rani," Lea mengingatkan, "Lagian emang penting ya, gue harus tau cowok-cowok di sekolah, kita nih mau cari ilmu, bukan nyari cowok...," dan selanjutnya adalah nasehat-nasehat yang dilontarkan Lea untuk kedua sahabatnya.

Rani membungkam mulut Lea dengan bakso miliknya, "Berisik Lo, gue heran, kok bisa kita temenan dari SMP, padahal pemikiran kita beda jauh," Selly menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Lea memanyunkan bibirnya kesal, "Jelek Lo," ejek Rani, "Seenggaknya sebelum Lo lulus, Lo harus jadi remaja SMA yang normal, nikmati masa muda yang nggak akan datang dua kali ini, biar bisa cerita sama anak cucu, jangan cuman tau, matematika sama karate doang,"

Selly menunjuk padanya dengan garpu yang menusuk bakso, "Betul kata Rani, jangan kaku banget lah,"

Merasa dikeroyok, Lea akhirnya mengalah, "Iya-iya, jadi siapa cowok yang tadi dibelakang gue?"

Bukannya menjawab, kedua sahabatnya yang duduk bersebrangan dengannya, malah terdiam, terlihat jelas tatapan berbinar dari mereka, Lea mengikuti arah pandangan kedua sahabatnya, terlihat seorang lelaki yang berjalan ke arahnya.

Sebenarnya bukan hanya kedua sahabatnya, tapi juga hampir seluruh siswi-siswi yang sedang makan di kantin, menatap ke arah lelaki itu.

"Boleh gue duduk disini?" tanya lelaki itu ramah, Rani dan Selly mengangguk antusias tak lupa menunjukkan senyum terbaik mereka.

Berbeda dengan kedua sahabatnya yang terlihat bersemangat, Lea memilih melanjutkan makannya, seolah tak memperdulikan tatapan pengunjung kantin, yang tertuju kepada lelaki disebelahnya, belum lagi bisikan-bisikan yang ia dengar dari sekitar.

Siapa sebenarnya lelaki itu? Setahunya lelaki yang paling terkenal di sekolah adalah ketua OSIS.

Lea melirik kedua sahabatnya, yang bertopang dagu menatap pada lelaki disebelahnya.

Dirinya hampir menyelesaikan makannya, saat dia hendak mengambil air minum miliknya, lelaki itu dengan santainya mengambil minuman miliknya dan tanpa rasa bersalah meminumnya, lalu menyisakan setengah gelas.

"Minum gue," protes Lea.

Rani, Selly dan pengunjung kantin terkejut dengan tindakan lelaki disebelah Lea, ini kali pertama mereka melihat lelaki tampan itu berbagi minuman dengan seorang perempuan.

"Gue lupa nggak pesan minum, dan makanan gue pedes,"

"Ya udah sisanya buat Lo aja," Rasanya Lea kesal sekali.

"Terserah,"

Lea sudah selesai makan, sementara kedua sahabatnya masih diam menatap ke arah sebelahnya, "Gue duluan ya!" katanya pada Rani dan Selly.

Lea berlalu dari kantin, tidak langsung ke kelas, dia berjalan menuju toilet terlebih dahulu, dan tanpa Lea sadari, dia diikuti oleh lelaki yang sama.

Baru saja keluar dari toilet khusus siswi, tangan Lea ditarik dan tubuhnya di dorong masuk, menuju gudang disebelah toilet.

Tak sempat melawan, pintu gudang terlanjur ditutup, lelaki jangkung itu berdiri dibelakang pintu, "Kenapa nomor gue masih belum Lo save?" tanyanya, terlihat jelas raut wajah kesal.

"Apa pentingnya sih? Lagian kita nggak sedekat itu buat saling tukeran nomor, bahkan gue nggak tau Lo siapa?" Dengan polosnya Lea berkata seperti itu.

Perkataan Lea seolah memicu percikan amarah dari dalam diri lelaki tampan itu, harga dirinya terluka, bisa-bisanya dia tak dikenal di sekolah ini, kemana saja gadis dengan segudang prestasi itu?

"Astaga Azalea Adista, Lo keterlaluan banget," Cedric tak habis pikir dengan gadis itu, "Setidaknya kalau gue emang jarang masuk, kedua temen Lo, pasti sering ngomongin gue kan? Keliatan banget kalau mereka kagum sama ketampanan gue," ungkapnya jumawa, tapi memang benar, dirinya itu pernah dinobatkan sebagai siswa tertampan di SMA Pratama.

Lea tertawa mengejek, "Gue kesini mau cari ilmu bukan nyari cowok, apalagi model kayak Lo!" dia memindai penampilan lelaki jangkung itu dari ujung rambut hingga ujung kaki, rambut sedikit panjang, piercing-an di alis sebelah kiri, dua disisi bibir bawah, juga di telinga kanan dan kiri, masing-masing dua dan satu, belum lagi kemeja seragam yang tidak dikancing, memperlihatkan kaos polos, selain itu jam tangan di tangan kiri, ada juga gelang tali berwarna hitam, dan terakhir sepatu yang tidak sesuai dengan standar aturan sekolah.

"Udah liatin gue? Gimana? Udah tertarik, apa Lo baru sadar, kalau gue ganteng?"

Lea memutar bola matanya malas, "Gue heran deh, sebenarnya mau Lo apa sih? Apa maksud Lo deketin gue? Dan kenapa Lo ngotot banget?"

"Karena gue ingin, emang salah, kalau gue deket sama Lo?"

"Tapi kok, gue rada curiga, kalau Lo punya maksud terselubung ya?" Lea menatap penuh curiga pada lelaki jangkung itu, "Udah deh, jujur aja, apa maksud Lo bersikap kayak gini?"

Cedric terkekeh, lalu dalam waktu sekejap, wajahnya berubah serius, "Gue mau tidur sama Lo, gue mau Lo hamil anak gue,"

Lea menganga mendengar ucapan lelaki itu, "Gue mau sebelum kita lulus, Lo udah hamil anak gue," lanjut lelaki itu.

Lea memejamkan matanya, ia berusaha bersabar menghadapi lelaki kurang ajar dihadapannya, rasanya ia ingin memaki dan menghajar lelaki itu, tapi ia ingat, jika ini masih berada di lingkungan sekolah, jangan sampai nama baiknya tercemar.

"Lo tenang aja, gue bakal kasih Lo duit berapapun, asal Lo bersedia hamil anak gue,"

Rasanya ingin tertawa mendengar ucapan terakhir dari lelaki tak tau malu itu, Lea berasal dari keluarga berkecukupan, meskipun bukan konglomerat, tapi uang yang dihasilkan kedua orangtuanya lebih dari cukup untuk kehidupan mereka, belum lagi, uang hadiah dari berbagai kejuaraan yang dia ikuti, jadi intinya dia tak butuh dengan uang pemberian dari lelaki kurang ajar itu.

"Kenapa mesti gue? Kenapa nggak minta ke pacar Lo? Gue aja baru tau elo, saat Lo bantu gue nolongin Leo,"

"Karena Lo murid terpintar disekolah ini," jawab Cedric jujur.

Lea menghela nafas, "Orang gila," makinya, akhirnya umpatan itu keluar dari mulutnya, "Sekarang minggir, sebelum gue teriak, dan Lo dituduh macem-macem,"

"Silahkan," tantang Cedric, "Dan Lo pikir gue bakal dikeluarin dari sekolah?" lelaki itu tertawa, "Mau senakal apapun gue, nggak bakal pihak sekolah ngeluarin gue,"

Lea terdiam berfikir, dia membenarkan perkataan dari lelaki itu, seharusnya dengan penampilan seperti itu, pasti sudah dikeluarkan dari sekolah.

Otak cerdasnya mulai berfikir, agar dirinya bisa keluar dari tempatnya saat ini, sebuah ide tiba-tiba muncul.

Lea mulai mendekati lelaki yang berdiri dibelakang pintu, hal itu membuat lelaki itu tersenyum, "Jadi Lo bersedia?"

Lea tersenyum lebar, "Kapan?"

"Terserah, Lo yang tentuin tempatnya," Cedric mulai mendekat, menyambut gadis yang tingginya hanya sebatas bahunya, dia juga membuka tangannya bersiap memeluk gadis itu, tapi..., Bugh..., bugh..., Lea tak ada pilihan lain, dia menendang tulang kering Cedric dua kali, yang otomatis membuat lelaki itu tumbang dan merintih kesakitan.

"Bangun woy..., udah siang, kalau mimpi jangan ketinggian, jatuhnya sakit," ejek Lea sebelum meninggalkan tempat itu.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!