Entah mengapa hari ini, Lea merasa dirinya tidak beruntung, tadi pagi untuk pertama kalinya, ia bangun kesiangan, Leo dan kedua orang tuanya tak membangunkannya.
Bahkan saat dirinya keluar kamar, rumah sudah sepi, keluarganya yang lain, telah memulai aktivitas masing-masing.
Saking terburu-buru, ia hanya cuci muka dan sikat gigi, Lea juga melewatkan sarapan, kurang dari lima menit lagi, bel masuk sekolah akan berbunyi, sementara waktu tempuh dari rumah menuju sekolahnya, kurang lebih lima belas menit, itu kalau lalu lintas lancar, tapi seingatnya, saat jam segini lalu lintas sedang padat-padatnya, berbarengan dengan orang-orang yang berangkat kerja.
Saat tiba di sekolah, gerbang sudah ditutup, dari balik helmnya, Lea menghembuskan nafasnya kasar, selama dua setengah tahun ia menimba ilmu disini, untuk pertama kalinya ia terlambat masuk.
Apa yang harus dilakukannya sekarang? Tak mungkin dia membolos, karena hari ini ulangan matematika, pelajaran favoritnya, tak jauh darinya, ada beberapa murid yang bernasib sama dengannya, tapi kebanyakan dari mereka justru berbalik arah.
Lea putuskan untuk menemui sekuriti penjaga gerbang sekolah, dalam hati ia berdoa, agar pak Mamat mau berbaik hati padanya.
Sayangnya, walau dirinya terkenal sebagai murid kebanggaan sekolah, ia tetap tak ijinkan masuk.
Akhirnya ia putuskan untuk berbalik, namun baru saja akan menyalakan motornya, ia dihampiri lelaki yang kemarin menolong adiknya.
"Wah..., ternyata murid teladan bisa terlambat juga ya! Mau bolos kayaknya," sama seperti kemarin, murid itu tak mengancingkan kemeja seragamnya, "Kalau mau, gue bisa bantu Lo buat masuk," tawar lelaki jangkung, yang belum Lea tau namanya.
Mendengar tawaran yang baginya menggiurkan, ia pun bertanya, "Gimana caranya ?"
Lea bisa melihat siswa itu menyeringai, sempat berprasangka buruk, tapi ia tak punya pilihan lain, selain mengikuti.
Lelaki itu membonceng dirinya, dan mengarahkan jalan, yang katanya tempat rahasia.
Motor berhenti tepat di gang yang kemarin ia datangi, saat mengikuti Leo, ia tak menyangka jika di sana berbatasan langsung dengan tembok belakang sekolah.
"Lo naik dulu gih," perintah lelaki itu, Lea hanya menurut, ia menaiki susunan bangku rusak yang sudah tak terpakai, untung saja tadi ia memakai celana olahraga dibalik rok kotak-kotak seragamnya, sehingga pahanya tak terekspos.
Lea malu, apalagi lelaki itu berada dibawah memegangi susunan bangku, agar tidak roboh.
Ia sudah duduk diatas tembok sekolah, melihat ke sekelilingnya, sepi tak ada seorangpun di sana, yang ia ketahui adalah gudang.
Lea baru menyadari jika lelaki itu kini duduk berhadapan diatas tembok bersamanya, "Lo bisa lompat kan?" Lea mengangguk, "Entar Lo bakal gue tangkap,"
Lea melihat motornya yang terparkir, "Motor gue gimana?"
Lelaki itu menoleh, "Siniin kuncinya, entar pulang sekolah, Lo bisa ambil di warung kopi depan, gue titipin kuncinya ke penjaga warung,"
Sempat ragu, tapi pada akhirnya Lea memberikan kunci motornya dengan gantungan berupa boneka kucing berwarna merah muda.
Lelaki itu melompat terlebih dahulu, lalu memintanya untuk melompat, Lea menurut dan tubuhnya ditangkap, keduanya sempat bertatapan, hingga Lea memutuskan tatapan terlebih dahulu serta meminta untuk diturunkan.
Lea merogoh saku kemeja seragamnya, dan memberikan uang sebesar dua puluh ribu rupiah, "Makasih udah bantuin gue," setelah mengatakannya, ia berlalu dari sana.
Kesialan selanjutnya adalah saat diakhir pelajaran olahraga, tak sengaja Lea terkena lemparan bola yang membuatnya pingsan dan harus beristirahat di UKS, sehingga ia melewatkan ulangan Matematika di jam pelajaran selanjutnya.
Pulang sekolah, usai mengambil motornya di
warung kopi diseberang sekolah, kesialan itu datang lagi, motornya mogok karena kehabisan bahan bakar, harusnya kemarin jadwalnya mengisi bahan bakar, tapi uangnya malah ia gunakan untuk menyelamatkan adiknya.
Tak cukup sampai disitu, sedang mendorong motor miliknya, menuju tempat pengisian bahan bakar, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.
Lea segera memasukan tasnya ke dalam bagasi motornya, sayangnya ia lupa tak memakai jaket dan jas hujan miliknya tertinggal di rumah, alhasil ia basah kuyup.
Sepertinya ia pernah melakukan kesalahan fatal yang tak disadarinya, karena kesialan berikutnya datang, ketika sebuah mobil yang melintas dengan kencangnya mencipratkan genangan air bercampur lumpur pada jalan berlubang, tak jauh darinya.
Lengkap sudah penderitaannya hari ini, penampilannya bahkan cukup mengenaskan, kemeja seragam yang berwarna putih berubah warna menjadi kecokelatan, rok kotak-kotak biru terkena noda lumpur, badannya juga mulai kedinginan.
Lea memutuskan untuk mampir ke minimarket, ia sangat lapar, sedari pagi, ia belum mengisi perutnya dengan makanan berat, hanya sepotong roti dan sekotak susu yang ia dapat setelah ia pingsan.
Ia tidak peduli dengan penilaian orang tentang penampilannya sekarang, perutnya minta diisi, toh ia memiliki uang pada kartu debitnya untuk membayar.
Lea membeli nasi kotak dengan lauk rendang, sosis panggang, tak lupa mie cup kuah serta air mineral, ia meminta kasir untuk menghangatkannya.
Lea menikmati makanannya di teras minimarket, ada kursi panjang di sana, ia makan dengan lahap, sampai ada suara tawa tak jauh darinya.
"Pft...."
Lea menoleh dan mendapati lelaki berseragam sekolah sama dengannya, lelaki yang kemarin menolong adiknya serta dirinya tadi pagi.
Namun Lea tak mempedulikan lelaki itu, ia terus menikmati makanannya, bahkan suara menyeruput mie cup kuah cukup nyaring terdengar, tak lupa sosis panggang yang cukup besar.
"Wah, gue jadi pengen nyobain, enak banget ya?" Celetuk lelaki yang entah kapan duduk disampingnya, lagi-lagi Lea tak mempedulikannya.
Cedric sedikit tersinggung dengan sikap cuek gadis itu, pertama kalinya ada seorang gadis tidak memandang dirinya yang tampan itu, ia mendengus kesal, "Apa mie cup itu lebih menarik dari gue?"
Lea tidak menjawab pertanyaan lelaki itu, ia membuka segel botol air mineral dan langsung meminumnya hingga setengah botol, ia mengucap syukur karena perutnya sudah terisi hingga kenyang.
Hujan masih turun dengan derasnya, Lea tau lelaki disampingnya masih menatapnya, namun dirinya tak ingin berurusan dengan berandal itu.
Sebenarnya Lea tidak terlalu mengenal lelaki disampingnya, selama dua setengah tahun bersekolah, ia bahkan hanya mengenal teman sekelasnya saja, serta teman yang mengikuti pertandingan bersamanya.
Lea cukup pemilih dalam berteman, ia hanya bergaul dengan murid berprestasi di sekolahnya.
Cedric yang terus didiamkan lama-lama kesal juga, "Apa begitu cara murid berprestasi berterima kasih, dengan orang yang sudah menolongnya?" sindirnya.
Merasa tersindir, Lea melirik lelaki disampingnya, "Gue udah ngasih Lo duit, jadi itu cara gue berterima kasih dengan orang macam Lo," sahutnya ketus.
Cedric tersenyum miris, yah dia sudah terbiasa mendapatkan pandangan dan ucapan ketus seperti itu, tapi entah mengapa ia sakit hati mendengar ucapan ketus dari gadis disampingnya.
"Apa menurut Lo, duit segitu cukup sebanding dengan nyawa yang udah gue selamatkan?" Tanya Cedric menatap gadis itu tajam.
"Apa mau Lo? Berapa yang Lo minta?" tanya Lea balik.
Cedric mendekati gadis itu, "Tidur sama gue," bisiknya frontal.
Mendengar hal itu rasanya Lea ingin menghajar lelaki disampingnya, kurang ajar sekali, namun ia tidak boleh melakukannya, itu akan mencoreng reputasinya sebagai siswi teladan.
Lea tidak menanggapi ucapan itu, bahkan ia meninggalkan tempat, ia rela menerobos hujan menuntun motornya dari pada harus berhadapan dengan lelaki brandal itu.
Kebetulan tak jauh dari minimarket ada yang menjual bahan bakar eceran, ia hanya butuh satu botol untuk membuat motornya bisa menyala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments