di Landa rindu

"kamu tahu tidak, capek itu ketika kita sudah melupakan. Tetapi, tiba-tiba keadaan memaksa mu untuk kembali mengingat, sesuatu yang bahkan, kamu tidak ingin teringat."

Saat Nisa berkemas ponsel nya terus saja berdering dengan malas dia meraih nya, namun layar di ponsel nya tidak menunjukan nama pemilik nomor tersebut membuat nya enggan menjawab. Namun dia juga penasaran sebab, sejak tadi memanggil nya terus menerus akhirnya dia memutuskan untuk mengangkat nya.

"halo dengan siapa?"ucap nya begitu panggilan itu tersambung.

"kak Nisa?"ucap seseorang di telepon.

"iya, ini siapa ya?" tanya nya dengan heran.

"hah syukur lah akhirnya aku mendapat nomor mu setelah mencari berhari-hari kak."ucap seseorang lagi dari panggilan ponsel nya, dengan pelan Nisa menjauhkan ponsel nya dari telinga nya mencoba mengingat siapa namun tidak mengingat nya juga.

"maaf ini siapa ya?" tanya nya lagi.

"ini aku kak, Nana. Aku ingin membicarakan hal penting kak. Sebenarnya, sudah berhari-hari yang lalu, dan ini darurat. Aku baru saja mendapat nomor kak Nisa, dari ponselnya Alisa. "ujarnya panjang, mencoba menjelaskan kepada Nisa, dengan pelan.

"oooooooooh iya-iya aku ingat, dia menghubungi ku beberapa waktu lalu."jawab Nisa pelan, sembari mengangguk kecil, dan mencoba mengingat.

"apa kak Nisa sedang sibuk?"tanya Nana, memulai percakapan mereka.

"tidak sih, katakan saja ada apa?." jawab Nisa dengan cepat.

"jadi begini kak, aku dan Alisa kan, di pesantren. Dan baru saja pulang beberapa waktu ini, namun mendadak Alisa aneh, dan dia seperti tertekan, bahkan histeris beberapa kali. Saat dia sedang tidak terkendali seperti itu dia terus saja mencari, dan menyebut nama kak Nisa. Kalau kakak tidak keberatan, boleh tidak kak Nisa segera kemari? kasihan sekali dia." ujar Nana mulai bercerita kepadanya dengan pelan.

"apa? Aku tidak mengerti. Em begini saja, kebetulan aku akan kembali, dan ini sedang berkemas. Jika memang memungkinkan, aku akan berkunjung nanti."jawab Nisa sembari membereskan beberapa barangnya lagi.

"sungguh kak? Terima kasih ya kak. kami menunggu kedatangan kak Nisa, karena kami sangat-sangat membutuhkan kehadiran kak Nisa, dia benar-benar tak ingin bertemu orang lain, selain kak Nisa."ujarnya lagi penuh harap, dari panggilan ponsel nya.

"baik Na, sudah dulu ya. aku akan lanjut berkemas dulu kalau begitu."kata Nisa lagi.

"iya kak Nisa."ucap nya sebelum mematikan panggilan nya tersebut.

...****************...

"sayang" panggil seorang, yang sedang mencoba mencari keberadaan Nisa saat ini, karena dia merasa kesal lagi-lagi dia harus kehilangan jejak Nisa yang terlalu gesit untuk nya.

"kamu ya, cepet banget sih hilang nya. aku nyariin kemana-mana tauk, kenapa gak bilang sih kalau udah di rumah di telpon gak di angkat lagi, bikin orang panik aja."ucap nya dengan kesal. Sembari melempar tubuhnya ke ranjang kamar Nisa, kedua matanya memperhatikan jemari Nisa yang sedang sibuk merapikan barangnya.

"kamu ngapain? Nyariin aku? Siapa yang suruh? Aku udah biasa kali gak usah lebay. Selama ini kamu di luar negeri aku juga biasa kali, sendirian kemana-mana." jawab Nisa dengan kesal, dan membereskan meja nya dengan cepat . Serta mengecek kembali isi tas nya yang akan di bawa pulang oleh nya, dia tidak membawa baju, hanya isi tas ringan saja, sebab dia hanya sebentar. karena putra semata wayang nya sudah meminta nya untuk kembali, dia tidak bisa menunda-nunda lagi atau dia akan di pecat jadi ibu kandung nya. Itu pesan dari nya dengan membuang nafas kasar, Nisa kembali memasukan ponsel nya ke dalam tas hitam milik nya.

"serius pulang?" tanya nya dengan bangkit dari berbaringnya , lalu duduk di tepi ranjang.

"hmmmmm" jawab Nisa pelan.

"besok aja boleh gak?"ujarnya dengan pelan.

"apa nya?"tanya Nisa dengan menyatukan kedua alis nya.

"aku kangen banget sama kamu, kalau aku gak boleh ikut, malam ini temani aku dulu ya?"ucap nya dengan tatapan memohon. Dengan pelan Nisa mendekat dan memeriksa dahi nya"tidak panas tapi kenapa ngelantur bicara nya."ucap Nisa dengan heran.

"aku serius, bukan tubuh ku yang demam. Tapi hati dan juga perasaan ku yang demam menahan rindu sungguh."ucap nya dengan meraih tangan Nisa dengan mendadak membuat Nisa terduduk tepat di pangkuan nya, dan menatap kedua mata nya dengan dekat.

"plis ya, malam ini temani, dan obati rindu ku."ucap nya dengan memeluk Nisa dengan erat, sementara Nisa masih bingung dia harus berekspresi apa.

"kamu gak sungguh-sungguh kan?"tanya Nisa dengan heran.

"kapan aku berbohong," ujarnya lagi dengan datar.

Hingga beberapa saat kemudian, tidak ada lagi obrolan apapun dari keduanya. Nisa hanya diam saja, begitu juga dengan Albert yang sedang memeluknya dengan erat.

"perasaan apa ini," batin Nisa kesal.

Nisa bahkan sudah lama sekali, tidak pernah sedekat ini dengan pria mana pun. Akan tetapi, entah mengapa melihat Albert yang bermanja dengannya seperti ini, membuat perasaanya hangat.

Ya, Nisa merindukan momen seperti ini. Meski pun, saat ini dengan orang yang berbeda, pada kenyataanya Nisa tetap butuh orang lain. Yang bisa kapan saja, menemaninya saat dia merasa lelah.

Meski ego terus mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Tanpa sosok pria lain lagi, tetap saja kekosongan itu tetaplah nyata. hanya saja, terkadang Nisa pandai membuang perasaan sepi itu, dengan berbagai kesibukan miliknya.

Hingga tanpa di rasa, putranya sudah tumbuh dewasa. Bahkan, meminta dirinya untuk kembali memiliki teman hidup, meskipun dia tidak berniat, nyatanya orang di sekitarnya mengerti tentang rasa sepinya selama ini.

"apa aku harus memulai? Apa aku sudah siap dengan segala kemungkinannya." meski terdiam, nyatanya perasaanya sedang berperang, karena hatinya mulai di taklukan oleh Albert.

Sosok yang awalnya membuatnya terkejut, karena panggilan namanya memiliki kesamaan, dengan seseorang yang telah membuatnya merasa bahagia ketika itu.

"bagaimana kalau aku harus kembali luka? Bagaimana kalau aku justru memburuk ?" batinnya lagi, dengan takut. menikah bukan hanya perihal hati, karena hingga saat ini hatinya masih kosong, semenjak kepergian orang terkasihnya. Nisa bahkan takut, Jiak dia harus kecewa lagi.

Meskipun, banyak orang yang mendukungnya. Tetap saja, perasan trauma akan luka hingga saat ini masih ada di benaknya.

"kamu mikirin apa? Dalam banget," tanya Albert pelan, Nisa bahkan tidak menjawab saat di tanya oleh dirinya. Karena Nisa sedang berada di pusat imajinasi dengan segala pertanyaan yang ada di benaknya.

"sayang," panggil Albert sekali lagi, hingga beberapa saat kemudian, barulah bisa kembali tersadar dari lamunannya.

"dengar aku gak?" tanya Albert pelan.

"iya-iya, awas dulu." jawab Nisa dengan beranjak dari dekapan Albert, dengan cepat Nisa masuk kedalam kamar mandi. Mencoba membuang segala hal yang sedang berperang di otaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!