"Meski berdua bisa melengkapi rasa. Namun, aku tetap terlena pada kesendirian saat bumi semakin larut🥀"
"siapa Bu?" tanya Ara dengan penasaran.
"kepo banget deh Ra! Heran banget deh." jawab nya dengan meringis.
"ya elah Bu dikit aja, aku bisa mati penasaran nih kalau gak di kasih tahu."ucap nya dengan manyun.
"lah bodo amat."ucap nya dengan melangkah pergi.
"loh buk mau kemana lagi astaga udah mau mulai nih."ucap nya dengan panik dan segera mengekor di belakang nya.
Dan ternyata Nisa berjalan menuju ruang an meeting hari ini dengan cepat Ara menghela nafas nya kasar,"hah ya ampun kabur kemana lagi."ucap nya dengan lirih.
"kabur? Siapa yang kabur?"ucap seseorang yang berada di belakang nya tiba-tiba dengan cepat dia menoleh dan dia merasa asing"apa dia juga mengantri untuk bertemu Bu Nisa? Ya ampun tampan nya."batin nya dengan membisu.
"hello? Kamu mendengar ku?"ulang nya sekali lagi dengan melambaikan tangan nya, membuat Ara seketika tersadar.
"ah anda siapa?"ucap nya dengan reflek.
"di tanya malah balik tanya gak jelas."ucap nya dengan berlalu meninggalkan nya dan melangkah menuju ruang tepat di mana meeting akan di mulai.
"ha ya ampun! Dia marah saja terlihat tampan apa lagi kalau tersenyum."ucap nya dengan memegangi dada nya.
"astaga, bisa di marah Bu Nisa ini nanti jika aku yang telat."ucap nya dengan segera beranjak karena tak ingin mendapat ceramah dari bos nya.
*****
Sementara itu, Nisa sudah berada di tempat di mana dia bersama beberapa klien penting. Entah mengapa, perasaannya tidak enak sejak pertama datang. Padahal, biasanya Nisa biasa saja. Karena, ini bukan pertama kalinya dia mengikuti rapat seperti ini. Bahkan, meski dia tidak berpengalaman sekalipun. Dulu, awal-awal dia bahkan nekat melakukan presentasi di hadapan banyak orang, dan itu berhasil. Menurut Nisa, beberapa klien seperti sedang mempermainkan dirinya, terlihat sekali saat pertama kali mereka bertemu di ruangan itu. Senyum palsunya, membuat Nisa merasa bergidik seketika saat itu, bukan takut. Tapi, Nisa lebih merasa bahwa hal buruk sepertinya akan terjadi.
"bagaimana kerjasama ini akan menguntung kan menurut anda Bu Nisa yang terhormat."tanya seseorang mencoba memberi pertanyaan kepada nya, dan dengan segera dia menoleh ke arah nya untuk melihat dan sudah di pastikan dia siapa, sungguh rasa nya di begitu malas meladeni nya namun dia mencoba untuk tetap tenang dan tersenyum dengan manis membuat beberapa rekan tertawa juga dengan lebar.
"baik lah calon donatur yang terhormat, menurut pandangan saya anda baru saja bergabung bersama kami ya? Kalau anda tidak mengerti tentang 5W 1 H dari kerja sama ini, silahkan di buka pada halaman tujuh belas tepat nya di dokumen ponsel atau leptop yang anda bawa, terimakasih untuk pertanyaan nya, sekian dari saya, hadirin sekalian selamat beristirahat dan menjalan kan aktivitas nya kembali masing-masing. Saya permisi dulu, karena saya harus ada rapat lain setelah ini."jawab Nisa panjang lebar, Nisa bahkan sengaja memberinya jawaban dengan jelas, dan padat. Agar tidak ada lagi pertanyaan. Sehingga Nisa keluar dari ruangan itu dengan tersenyum seperti penuh kemenangan.
"oh iya Ara, tolong di bantu calon donatur yang terhormat bersama para anggota yang lain untuk survei lapangan secara langsung."ucap nya sebelum berlalu.
"siap Bu."jawab Ara dengan tersenyum bahagia, dia merasa senang karena bisa bersama orang yang di temui nya beberapa waktu lalu.
Sementara itu, saat Nisa telah berhasil kembali, dan memasuki lif menuju ke lantai bawah, karena dia akan segera pulang ke rumah. Selama masih ada pengganggu nya dia tak akan kembali, dia memilih kembali kerumah nya dan bertemu dengan ayah, dan ibu nya, beserta anak semata wayang nya, lagi pula dia sudah memintanya untuk kembali beberapa waktu yang lalu.
Namun, saat lif itu akan tertutup, seseorang segera melesat menyusul nya, dan bisa di pastikan dia siapa."ngapain?"ujar Nisa dengan kaget.
"ketemu kamu lah, kamu tega banget sih ninggalin aku."jawabnya dengan melemah.
"aku mau pulang ke rumah, Abi sudah menghubungi ku beberapa kali."kata Nisa dengan jujur.
"bagus dong, aku sekalian bisa kenalan."ujarnya lagi, dengan tersenyum.
"sembarangan, gak boleh!" jawab Nisa dengan meninggi. Mana bisa dia ikut pulang bersamanya, bisa beda cerita, dan yang pasti bakal ada banyak sekali pertanyaan. Dan Nisa, tidak ingin pusing dengan hal itu.
"lah kenapa?" protesnya lagi, tidak terima.
"aku bawa kamu ke ayah sekalian kalau kamu gak mau aku ikut pulang, biar di kira kita kawin lari sekalian." ancamnya, dengan membuang nafasnya kasar.
"lah apa beda nya, emang iya kan." jawab Nisa lagi, dengan kesal.
"jelas beda, kita di paksa. Tapi, kalau kawin lari kita yang memaksa." jawabnya dengan cengengesan.
"terserah! males ngomong sama tukang ngeyel" ujar Nisa menyerah.
"kamu yang ngeyel." balasnya lagi, masih tidak terima.
"kamu ya, jangan sembarangan!" ucap Nisa lagi, dengan memasang wajah marah.
"eh, eh, kamu.!" jawabnya lagi, masih tidak mau kalah dari Nisa.
"nyebelin !" teriak Nisa tepat di wajahnya, sebelum akhirnya dia berhasil keluar lebih dulu dari lif yang mereka gunakan bersama.
Namun, tetap saja dia terus mengekor di belakang Nisa. Membuatnya merasa tidak nyaman sama sekali.
"dasar sinting!" batin Nisa dengan kesal.
"orang ini, memang tidak ada kerjaan sepertinya. Ngapain coba, dari tadi ngikutin terus." batin Nisa, sebelum akhirnya dia menghentikan langkahnya.
Jarak dari kantor itu menuju apartemen Nisa memang dekat, tak jarang Nisa hanya berjalan kaki saat akan ke kantor. Karena , Nisa sendiri memang sengaja membeli apartemen yang dekat dengan kantor itu, selain dia dulu tidak pandai menyetir mobil, dia dulu juga masih takut keramaian. Makanya, dia senang sekali saat pemilik apartemen itu, mengizinkannya untuk membelinya.
"mobil kamu mana? dari tadi jalan terus." teriaknya dari belakang. Karena dia sejak tadi mengikuti kemana Nisa melangkah.
"lah, kamu ngapain ngikutin dari tadi. Terserah saya dong mau kemana." jawab Nisa kesal.
"Nisa, ayolah!" ucapnya memelas.
"aku capek tauk, nanti aku bisa kesasar nih." ujarnya lagi, dengan mengusap keringat yang mulai mengalir di tubuhnya.
"dih, rasain! Salah sendiri bikin repot." batin Nisa tertawa.
Tiba-tiba Nisa di tarik olehnya, membuat Nisa terkejut setengah mati. Dengan segera Nisa melepas tangannya yang terasa sedikit sakit, karena terkejut.
"duduk dulu, capek." ucapnya dengan pelan. Sementara Nisa toleh kanan kiri, keduanya berada di bawah pohon yang teduh, tetapi kanan, dan kiri jalan raya yang ramai. keduanya bahkan terlihat seperti orang hilang saat ini.
"mau kamu apa sih?" tanya Nisa heran.
"aku, mau kamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Ayleela
gatahan kalo liat yang seger seger😍😍🤣
2024-02-09
1