Sayap Patah Terindah

Sayap Patah Terindah

prolog

"jika mencintai mu adalah keindahan dan memiliki mu adalah anugerah terbesar namun aku hanya bisa memendam dalam diam sebab cinta kita sudah bersama tanpa pernah bertanya apa yang selalu menjadi damba."

🌼🌼🌼

"trap"

"trap"

"trap"

Langkah kedua kakinya terdengar begitu cepat, bagai di buru di Padang pasir yang tandus, dengan sedikit terengah dia memasuki ruangannya dengan cepat.

"ahhhhhhh rasanya kedua kaki ku akan patah kali ini."ucapnya dengan memijit pelan kedua kakinya, dengan kedua jari tangannya secara bergantian. Belum sempat bernafas dengan tenang, seseorang sudah kembali mengetuk pintu ruangannya.

"tok"

"tok"

"tok"

"permisi Bu." ucap seseorang dari luar, membuatnya mendongak seketika, dan seraya berteriak " iya masuk saja." ujarnya dengan mengakhiri pijatan di kedua kakinya, dan berangsur duduk dengan benar.

"ada apa?"tanyanya, dengan datar.

"beberapa investor meminta bertemu anda secara langsung Bu, mereka bahkan tidak ingin aku hadir di rapat, sungguh Bu aku malu."ucap nya dengan melempar wajahnya di meja tepat di depannya saat ini.

"haduh males banget sih, kenapa harus aku juga? Jadi kamu tidak berfungsi dong di sini?"ucapnya dengan kesal.

"itu lah masalah nya Bu, saya tidak di anggap sama sekali. Dan saat ini aku sudah kehilangan wajah ku, padahal baru kemarin aku pergi ke salon rasanya ingin pindah planet sekarang juga."ucapnya dengan memasang wajah sedih.

"aish banyak banget sih mau nya, tidak kamu katakan kalau aku sedang tidak ada, dan sedang menikmati libur keluarga bersama?"tanyanya lagi, masih penasaran dengan jawabannya.

"sudah bu astaga, tetapi mereka malah meminta di undur waktu meeting nya, dan menunggu ibu datang."ucapnya dengan pasrah.

"ya sudah lah! apa boleh buat, pergilah! kamu hari ini libur, kamu pasti pusing. Nanti akan ku beritahu kapan meeting nya."ujarnya lagi, dengan membuang nafasnya kasar.

"ah yang bener Bu? Saya boleh keluar?" tanyanya dengan kegirangan.

"ya udah lah, gak jadi." jawab Nisa kesal.

"eh, eh, jangan marah. Okey aku pergi sekarang. terimakasih ibuk ku yang cantik, dan juga baik hati." ujarnya dengan kegirangan. sebelum akhirnya meninggalkan ruangan Nisa seorang diri.

"huh, ada-ada saja. kenapa juga harus aku? Detail sekali orang ini." ujar Nisa dengan malas, dengan keras dia melempar tubuhnya di kursi miliknya.

Anisa Asyifa, ibu muda yang memiliki seorang anak laki-laki. Namun tidak memiliki suami, bukan karena tidak ingin bersuami atau di tinggal dengan sengaja oleh suaminya, melainkan karena suaminya meninggal di saat tahun pernikahannya yang masih belum lama. Yaitu meninggal karena sebuah penyakit yang di derita olehnya.

Dan hingga saat ini, dia masih enggan kembali menjalin kisah, meski banyak sekali para pria yang mencoba merebut hatinya, dan dia tetap enggan. Padahal keluarga juga selalu mendesaknya, untuk kembali menikah. Dan begitu juga dengan keluarga suaminya yang telah meninggal, tentu saja mereka juga tidak ingin melihatnya yang terus saja menyendiri. Apa lagi, usianya yang masih muda, tentu mereka juga ingin Nisa kembali melanjutkan hidupnya dengan bahagia.

Dalam kesehariannya, dia menjalan kan tugas sebagai CEO di perusahaan yang di tinggalkan oleh suaminya, dan beberapa atas namanya, dan juga atas nama anak mereka. Dia sangat bangga terhadap suaminya, karena berencana cukup matang. Namun dia merasa bodoh, dan menyesal, karena tidak pernah peka dengan sakit yang di derita oleh suaminya, sehingga membuatnya harus kehilangan untuk selamanya. Bahkan, sebelum dia sempat menikmati usaha suaminya bersama.

Dia mencoba tetap berjalan, dan tidak terus berlarut dalam kesedihan, dia hanya tetap setia kepada kesendiriannya. Karena bukan tanpa alasan, dia bahkan enggan untuk sekedar mencari kecocokan. Sebab, dia tak ingin menambah koleksi patah hatinya untuk kesekian kali nya.

Lagi pula, patah hati bukan barang antik yang bisa di koleksi, yang bisa di lelang saat nanti dia membutuhkan uang. Itu lah, mengapa Nisa menikmati momennya sendiri, meski tak jarang banyak cobaan menghampiri.

" duh, janda masih muda kok gak cari suami. Jangan-jangan jadi simpanan om-om lagi."

"gak mungkin dong, dia gak punya simpanan. suaminya meninggal kok, dia malah jadi kaya." beberapa komentar orang lain, tentang dirinya.

Kadang, ada rasa sakit yang mengusik sudut hatinya. Padahal, selama ini dia sudah berusaha keras, agar tidak menyakiti orang lain. Namun, dengan mudahnya orang lain melukai perasaannya, atau karena dirinya saja yang terlalu terbawa suasana.

Pikiran Nisa terus melayang, mengingat beberapa moment orang-orang terdekatnya yang selalu memintanya untuk mencari pengganti.

"dek, kamu kenapa gak mau cari suami lagi?"

"kami gak papa loh, kasian juga Abi. Dia juga mau kamu melanjutkan hidup." tanya kakak iparnya suatu hari.

"loh, menurut kalian aku selama ini tidak melanjutkan hidup? Justru karena aku melanjutkan hidup, aku tidak perlu capek-capek cari suami." jawab Nisa ketika itu.

"bukan begitu, kamu paham lah maksud kamu apa." kata mereka lagi.

"aku nyaman kak, aku tidak ingin beranjak dulu dari keadaan ini."

"tolong ya, jangan minta aku untuk mencari apa yang tidak perlu di cari." ujar Nisa lagi dengan sendu.

"ya sudah, kalau itu keputusan mu. Tolong juga, semoga suatu hari nanti kamu berubah pikiran."

"dan, jangan sungkan untuk mengundang kami," ujarnya lagi dengan sedikit tertawa.

"oh, lalu kalian akan menertawakan ku. Atau aku dan Abi barengan saja menikahnya, itu terdengar amazing sih." ujar Nisa lagi dengan cemberut.

"hei, menikah itu ibadah terpanjang. Kenapa harus di tertawakan. " sambung salah satu dari mereka.

"ya kalian, terus memaksa ku. Padahal, aku tidak jelek-jelek banget deh perasaan. Kenapa coba harus di paksa-paksa. Nanti kalau aku bosan sendiri, aku pasti cari kalian. Ha! Ha! Ha!" ujar Nisa lagi, kali ini tertawanya terdengar begitu nyaring di telinga.

Dan begitu lah, keakraban mereka. Meski suaminya telah meninggal, namun hubungan Nisa dengan kakak ipar dan juga adik iparnya tetap berjalan dengan baik. Bahkan, Nisa terharu, karena tidak satu pun dari mereka yang menggangu harta peninggalan saudaranya itu.

Apa lagi, mereka sangat akrab dengan Abi. Membuat hubungan mereka semakin dekat. Tak jarang, saat libur tiba, Abi sengaja pergi menginap di tempat saudaranya yang ada di sana.

"apa aku sudah bosan sendiri?" tanya Nisa pada dirinya sendiri.

"tidak, tidak!"

"kamu tidak bosan sendiri, kamu hanya sedang di serang gabut, setengahnya lagi mengantuk. Jadi pikiran mu melantur ke mana-mana." ujar Nisa pada dirinya sendiri.

Menjadi orang tua, nyatanya cukup menyita waktu, serta tenaganya. Pantas saja, orang tuanya dahulu begitu tekun bekerja, katanya agar anaknya kelak tidak perlu bekerja seperti dirinya.

Terpopuler

Comments

Ayleela

Ayleela

love this much kakk😍

2024-01-29

1

Ayleela

Ayleela

Well single mom yang fokus karirr

2024-01-29

1

Ayleela

Ayleela

coba coba aja nis koleksi 1 aja dulu😅😅

2024-01-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!