Terpaksa Menikah Dengan ABG

Terpaksa Menikah Dengan ABG

Bab 01 (Kisah Hidup Santi)

POV Santika Emiko berusia 9 tahun.

Hari ini aku pulang agak terlambat ke rumah setelah menjemput adikku, namun aku tidak menemuinya di tempat nya biasa bermain. Aku takut mamah marah padaku, jadi aku terus mencari adikku sampai malam menjelang.

"Kemana saja kamu?! Dasar anak tidak berguna! Seharusnya kamu menjemput adikmu dulu, kasian kan dia menunggu mu begitu lama" Bentak mama padaku. Mungkin mama berpikir aku bukannya menjemput adik tapi malah keluyuran. Padahal aku mencari adikku itu sampai aku tidak makan siang dan perutku sangat lapar sekarang.

Ini adalah hal biasa bagiku, di bentak, di maki, tak di akui, dan selalu harus mengalah. Awalnya, aku adalah anak yang paling di sayangi oleh kedua orang tuaku, paling di manja karena memang saat itu hanya ada aku. Tapi semua berubah semenjak kehadiran anak itu..

"Wlee, kakak kenak marah lagi. Makanya jangan keluyuran mulu" Dia adikku, Shakilla Anindya. Selama hampir enam tahun aku merasakan begitu manisnya kasih sayang sebuah keluarga, aku di manja, apapun yang aku inginkan di turuti. Namun semenjak kehadiran nya, aku tak di anggap lagi, aku... di lupakan. Jika kalian tanya apakah aku membencinya, jawabannya tidak. Aku masih menyayanginya walaupun dia selalu merebut semua milikku.

Sebenarnya semenjak mama mengandung Shakilla, aku sudah merasa mereka mengabaikan aku. Mereka sibuk dengan Shakilla yang bahkan belum lahir. Kasih sayang mereka berkurang, waktu mereka untukku berkurang, hingga aku akhirnya menjadi penyendiri dan pendiam karena percuma aku mencari perhatian mereka, mereka selalu mengacuhkan aku bahkan membentak ku karena aku terus mengganggu mereka.

Saat ini usia Shakilla adalah empat tahun. Dia begitu di manja oleh mama dan papa. Mereka bertiga sering berkumpul bersama, bermain, dan juga pergi berlibur bersama. Sedangkan aku? Saat aku ingin menghabiskan waktuku bersama mereka, mereka malah menyuruhku untuk masuk ke kamar dan belajar.

Mereka bilang aku anak yang jelek, tidak berguna dan bodoh. Bodoh? Apa mereka tidak tahu aku selalu mendapatkan juara umum di sekolah? Aku selalu ingin menunjukkan prestasi ku pada mereka, namun mereka acuh padaku. Jadi, aku menyembunyikan kepintaran ku ini.

Sampai ketika saat SMP aku bertemu Clara dan Mita. Kami mengikuti sebuah olimpiade bersama dengan mapel yang berbeda. Kami bertiga menang dengan hasil yang sangat memuaskan.

Mama dan papa baru mengetahui kalau ternyata aku ini jenius dari guru yang memberi tahu jika aku menang olimpiade. Mama dan papa begitu senang, mereka membanggakan aku di depan keluarga, tetangga dan teman karib mereka.

Semenjak itu mereka menuntut ku untuk menjadi lebih pintar. Mereka hanya ingin kepintaran ku bisa memenangkan lomba dan mereka akan menyombongkan ku di depan keluarga.

Di depan keluarga besar ku, mereka akan terlihat sangat menyayangiku, mereka berdua akan memperlakukan ku sama seperti Shakilla. Namun saat di rumah, mereka hanya menyuruhku untuk belajar, belajar dan belajar tanpa memperdulikan ku.

Hari ini saat aku kembali memenangkan sebuah lomba di SMP. Mereka mengambil piala dan piagam yang aku pegang dan langsung memotret nya... tanpa aku di sana.

"Bagus, tetap pertahankan prestasi mu. Jadilah anak yang membanggakan dan jangan buat kami malu" Ucap mama sinis. Hanya itu? Tidak adakah ucapan selamat atau perayaan atas kemenangan ku ini?

Lagi, papah kembali menyuruh ku belajar untuk lomba fisika beberapa Minggu lagi. Aku muak belajar... tapi, hanya itu cara agar mereka melirikku.

Beberapa bulan kemudian aku lulus SMP dan kembali mendapatkan juara. Aku menunjukkan nya dengan bangga pada kedua orangtuaku. Tapi mereka mengacuhkan aku dan hanya mengatakan 'bagus'. Tapi saat adikku mendapatkan ranking 20 di sekolah nya, mama begitu histeris. Bukan karena ia terkejut dengan adikku yang mendapat kan ranking 20 dari 22 siswa, tapi karena ia begitu bahagia saat anaknya mendapatkan ranking lebih tinggi dari dua siswa di kelasnya. Bukankah itu aneh? Seharusnya ia memarahi Shakilla yang tidak mau belajar hingga ranking nya sangat buruk. Tapi kedua orangtuaku malah mengadakan perayaan atas pencapaian Shakilla yang tak ada apa apanya denganku.

Aku bingung dengan sikap mereka yang mengacuhkan aku bahkan menganggap ku tak ada. Mereka lebih menyayangi Shakilla daripada aku. Semua yang Shakilla lakukan mau itu buruk atau baik, mereka akan mendukung nya. Apapun yang Shakilla inginkan, mereka akan berikan. Apapun hasil yang Shakilla dapatkan, mereka akan merayakan nya dengan penuh suka cita. Sedangkan aku hanya mengintip dari balik pintu kamar betapa senangnya mereka tanpa aku.

Pernah aku bertanya pada mama kenapa mereka tak adil padaku, tapi mama selalu acuh dan menganggap pertanyaan ku hanya angin lalu. Hingga aku menyerah untuk mencari jawaban itu.

Di abaikan dan tak di anggap membuatku lupa akan kasih sayang keluarga. Aku menjadi lebih pendiam dan penyendiri. Aku menjadi lebih mandiri karena aku sering melakukan semuanya sendiri. Aku bahkan menjadi pribadi yang buruk jika aku marah, aku pernah menyakiti seseorang sampai koma karena ia berani mengambil tas ku.

Tapi bersama kedua sahabatku, aku menjadi pribadi yang lebih baik. Aku bisa tertawa bahagia bersama mereka, bercanda tawa dan juga menghabiskan waktu bersama.

Sayangnya karena sifatku yang dingin dan terkesan kejam, tidak ada satu pria pun yang mau mendekati ku. Hal itu membuat ku tak pernah merasakan cinta dari seorang pria dan aku menjadi bodoh jika soal cinta.

Karena minder dengan segala kekurangan ku, aku juga menjadi enggan untuk mendekati seorang pria. Bahkan saat Alvan yang adalah teman kelasku saat di SMA menembak ku, aku menolaknya dengan dingin dan kejam. Bukan mau ku untuk bertingkah seperti itu, tapi memang aku tidak tahu cara menolaknya dengan baik.

Aku sudah mencoba untuk mengikuti saran Mita untuk melakukan kencan buta, tapi aku hanya diam saat kencan berlangsung dan membuat pria itu pergi meninggalkan ku.

Aku merasa kebahagiaan ku hanya ada pada sahabat sahabat ku. Bukan pada keluarga ku dan bukan pada seorang pria. Mungkin karena aku tidak mendapatkan cinta dari keduanya hingga aku menjadi batu jika sudah mengenai itu.

POV Author.

Santi yang baru lulus kuliah sudah mengirim CV kerja ke beberapa perusahaan, namun tidak ada kabar sampai sekarang.

Ia yang muak berada di rumah, memilih untuk ngekos di tempat yang masih berada di kota itu.

Setelah menata barang barangnya, Santi berencana untuk membeli makanan karena ia begitu lapar.

Tiba tiba ponselnya berdering saat ia sedang menunggu pesanannya.

"Apa?" Tanya nya pada penelpon itu.

"Barang lo ketinggalan nih. Bawa gih, merusak pemandangan gue aja" Ucap Shakilla sinis dan langsung mematikan sambungan nya.

Setelah pesanan nya jadi, Santi segera kembali ke kamar kos nya dan memakan makanannya seorang diri. Ini sudah biasa baginya karena di rumah pun dia masak dan makan sendiri.

Selesai makan, ia segera kembali ke rumahnya yang tak jauh dari tempatnya ngekos.

Ia masuk setelah mengucapkan salam dan langsung ke kamarnya untuk mengambil barang nya yang ketinggalan.

"Gak sopan banget kamu jadi anak! Bukannya cium tangan mamanya dulu atau apa, malah nyelonong aja" Cibir mamanya yang duduk santai di sofa. Ia memang tak terlahir di keluarga kaya, namun ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.

"Maaf"

"Udah dapat kerjaan apa belum? Kamu harus balas budi sama mama karena udah merawat kamu. Kalau dapat gaji, bagi 50 persennya ke mamah" Ucap Mamanya membuat Santi yang akan keluar rumah, berhenti.

"Balas budi? Kalau begitu kenapa Shakilla tidak membalas budi juga?" Tanya Santi sinis.

"Dia tidak perlu balas budi karena ia masih terlalu muda. Kau sebagai kakak seharusnya membiayai kehidupan keluarga mu. Jangan jadi anak durhaka!" Santi merasa ibunya itu mulai membentak.

"Apa papa tidak bisa membiayai kalian lagi?...Baik, aku akan membiayai kalian, tapi aku lah yang akan menentukan berapa uang yang harus aku keluarkan. Jangan kalian pikir bisa memoroti ku" Ucap Santi menatap datar mamanya.

"Membiayai? Kau bahkan belum dapat pekerjaan" Ucap Shakilla ikut nimbrung. Ia memutar bola matanya malas dan duduk di samping mamanya.

"Aku akan dapat pekerjaan secepatnya"

"Karena aku kasian dengan kakak ku ini. Tidak apa kan jika aku ingin membantumu?" Melihat Santi hanya diam membuat Shakilla memilih untuk melanjutkan ucapannya saja.

"Ekhem, sekolah ku sedang membutuhkan guru matematika baru. Siapa tahu kau di terima"

"Aku akan melamar ke sana hari ini" Santi kemudian meninggalkan rumahnya. Bisakah di sebut rumah jika dia saja merasa tak nyaman di sana? Ia merasa asing dengan rumah dan keluarga yang ada di rumah itu.

Seperti ucapannya, Santi langsung melamar kerja di SMA itu... SMA tempatnya dulu bersekolah. SMA yang memiliki banyak kenangan bersama tiga sahabatnya, yaitu Clara, Mita dan Rena. Ia tidak menyangka akan bekerja di sana.

Santi baru bekerja beberapa Minggu, namun karena kinerjanya yang ternyata sangat bagus, kepala sekolah memintanya nya untuk menjadi wali kelas 12-A. Hari ini merupakan hari pertamanya menjadi wali kelas di kelas itu.

"Perkenalkan, saya Santika Emiko, wali kelas kalian yang baru menggantikan Bu Halimah sekaligus saya guru Matematika kalian" Santi berjalan mengelilingi ruangan kelas dan menatap tajam satu persatu muridnya.

"Selama kelas saya berlangsung, tidak ada yang boleh ribut, tak mengerjakan tugas yang saya berikan dan juga tidak boleh tidur"

Brak!

Santi menggebrak meja seorang siswa yang tertidur selama ia bicara tadi. Tentu itu membuat nya geram karena merasa tak di hargai. Ia semakin geram saat melihat siswa itu masih tertidur lelap.

Teman siswa itu mencoba untuk membangunkannya, namun tak berhasil.

"Ish, Ray bangun. Kebo! Bangun dong" Ucapnya menepuk lengan temannya itu.

"Apa-an sih, Ga. Jangan ganggu gue" Ucapnya menepis tangan Dirga.

Santi yang terlanjur geram menarik telinga siswa itu membuat siswa itu terbangun dan meringis kesakitan.

"Siapapun yang melakukan hal hal yang saya sebutkan tadi akan mendapatkan hukuman seperti ini atau hukuman lain yang akan saya siapkan. Jadi, siapa yang berani coba?"

Siswa siswi itu langsung menggeleng cepat saat Santi menatap mereka.

Santi melihat nama siswa itu di bajunya. "Baik Rayyan, temui saya di ruang guru saat jam istirahat"

Terpopuler

Comments

Yunisa Turki

Yunisa Turki

lanjut

2024-03-31

0

Rey

Rey

hai kak aku mampir 🤗.
ayo kak saling mampir,baca dan berbalas like di setiap part'nya 😍

2024-01-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!