Saat ia akan terjatuh, seorang wanita menangkap tubuhnya dan membawanya menjauh dari keramaian.
"Rayyan, kenapa kau bisa seperti ini? Astaga, kau mabuk?"
"Kau siapa?" Rayyan memicingkan matanya agar ia bisa melihat lebih jelas siapa wanita di depannya.
"Aku Santi, wali kelasmu. Apa kau tidak sayang pada dirimu sampai mabuk mabukan?" Tanya Santi memegang bahunya.
Rayyan terduduk lemas. Santi pun ikut berjongkok saat melihat pemuda itu mulai menangis.
Santi panik, ia pikir Rayyan menangis karena ia yang sudah memarahi nya.
"Aku, aku terlambat. Aku pengecut. Sia sia selama ini aku berkorban untuknya"
Santi yang tak paham apa maksud Rayyan berkata seperti itu, memilih untuk mendengarkan saja.
"Andai aku lebih dulu menyatakan nya dari Dirga. Pasti Laila bakalan menjadi milikku. Tapi, apakah Laila akan menerima ku? Sudahlah, semua sudah terlambat. Aku hanya bisa melihat mereka bermesraan di depanku"
Santi mulai paham sekarang. Rayyan seperti ini karena patah hati saat ternyata Laila dan Dirga pacaran, padahal dia menyukai Laila. Hehh, cinta yang bertepuk sebelah tangan.
"Padahal aku menyukai Laila dari kecil. Aku sangat ingin bersamanya. Aku sudah mengorbankan semua untuknya. Dirga brengsek! Bisa bisanya dia menikung sahabatnya sendiri"
Santi hanya bisa geleng geleng kepala saat Rayyan terus memaki Dirga. Setelah menghentikan taksi, ia membawa Rayyan ke rumah Widya, ibunya Rayyan. Ia akan membahas Rayyan bersama Widya karena ia takut Rayyan sudah kecanduan alkohol.
Santi hanya bisa menghela nafas panjang saat Rayyan berpikir ia adalah Laila dan mulai mengoceh tak jelas. Anak ini tidak boleh di biarkan mabuk lagi kalau tidak, ia akan menjadi sangat cerewet.
Setelah taksi berhenti di depan kediaman Setya. Santi memapah Rayyan memasuki rumah.
"Astaga, Rayyan! Kenapa dengan dia?" Widya yang sedang menonton tv sambil menunggu suaminya pulang, langsung berlari menghampiri anaknya yang di papah Santi.
"Dia mabuk. Aku menemukan dia di jalan dalam keadaan seperti ini" Jawab Santi. Widya langsung membantu Santi untuk memapah Rayyan sampai kamar.
"Anak ini minta di beri pelajaran. Siapa yang mengajari nya mabuk? Awas saat ia sudah sadar nanti" Omel Widya, terkadang ia mencubit anaknya itu karena kesal.
Setelah merebahkan Rayyan di ranjangnya. Widya meminta Santi untuk menemani Rayyan sebentar karena ia harus menghampiri suaminya yang baru pulang dan akan membuatkan minum untuk mereka.
Santi melihat sekeliling. Kamar ini cukup rapi dan tertata dengan bagus. Ia mencari saklar lampu karena kamar itu hanya disinari cahaya bulan yang masuk dari jendela. Itu membuatnya sedikit tidak nyaman.
Saat tangannya meraba-raba dinding, tak sengaja kakinya tersandung kaki Rayyan yang menjuntai ke bawah hingga ia terjatuh tepat menimpa Rayyan.
Rayyan yang masih dalam keadaan setengah sadar, berpikir jika wanita yang menimpanya itu adalah Laila. Ia segera menarik pinggang wanita itu ketika ia hendak berdiri.
"Jangan pergi. Kau boleh menolak ku tapi jangan pergi meninggalkan ku"
Rayyan memeluk erat Santi dan memutar tubuhnya hingga ia sekarang yang menimpa Santi.
"Rayyan! Apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan aku" Berontak Santi mendorong dada Rayyan, namun pemuda itu begitu kokoh hingga tak bergerak sedikitpun.
"Kenapa kau tidak peka jika selama ini aku menyukaimu? Kenapa juga harus Dirga yang menjadi pacarmu? Apa kau tahu aku begitu tersiksa saat kalian bersama? Apa kau tidak pernah menganggap ku sebagai pria?" Tanya Rayyan dengan wajah sendu.
"Rayyan, sadar! Ini aku, Santi, wali kelasmu, bukan Laila!" Ucap Santi, namun Rayyan seperti tak mendengar nya. Bagaimana pun juga ia harus membuat Rayyan sadar jika ia bukan Laila. Jika Widya melihat mereka dalam keadaan seperti ini, entah apa yang akan dipikirkan wanita itu dan lebih parahnya, apa yang akan dia perbuat.
Rayyan yang berada di bawah pengaruh alkohol, tanpa sadar mendekatkan bibirnya pada Santi dan mulai m*lumat nya.
Santi mencoba memukul Rayyan, namun pemuda itu seakan kebal terhadap semua pukulannya.
Rayyan menurunkan ciumannya pada leher Santi dan meninggalkan banyak jejak di sana hingga membuat Santi mendesah.
Rayyan membuka kancing baju Santi perlahan dan terus meninggalkan jejak di leher Santi.
"Rayyan, sshh" Santi memukul punggung Rayyan namun pemuda itu malah memegang tangannya dan meletakkan nya di atas kepala Santi. Tentu itu membuat tangannya sulit untuk bergerak.
'Anak ini benar benar gila. Aku tidak boleh terlena.. Aku harus mengehentikan nya'
Namun belum sempat Santi melakukannya, pintu tiba tiba terbuka dan menampakkan Widya dan Reza di sana.
Santi hanya bisa menutup matanya malu tanpa bisa berbuat apapun.
Widya hanya bengong melihat anaknya sedang mencumbu anak orang lain di depan matanya sendiri. Sedangkan Reza sampai mangap karena kelakuan anaknya yang tak pernah terpikir dalam otaknya.
•
•
"Rayyan, bisa kau jelaskan ini pada mama dan papa?!" Ucap Widya mengintrogasi Rayyan dan Santi di ruang tamu. Widya sudah menyadarkan Rayyan dengan menyiram wajah putranya itu dengan air es.
Rayyan menatap Santi yang terlihat terus menunduk. Ia berpikir kenapa saat itu Santi tidak melawannya dan hanya pasrah. Jika Santi melawannya, pasti tidak akan seperti ini jadinya.
"Ma, ini hanya salah paham. Ka_kami tidak melakukan apapun"
"Tidak melakukan apapun? Terus itu apa?" Tunjuk Widya pada leher Santi yang di penuhi noda merah.
"Sejak kapan kau pandai melakukan ini, ha? Pertama pulang dalam keadaan mabuk, kedua merepotkan guru mu sendiri dan ketiga kau hampir.. melakukan itu pada gurumu" Ucap Widya memegang keningnya yang terasa berdenyut. Kelakuan anaknya ini benar benar membuat nya sakit kepala.
"Kami tidak sampai melakukan lebih, ma. Percayalah" Ucap Rayyan membela dirinya terus. Ia memang ingat sedikit apa saja yang ia lakukan tadi pada Santi.
"Karena kami memergoki mu kan? Jika tidak, kau pasti akan melakukan lebih dari ini" Timpal Reza.
Rayyan tak bisa berkata kata lagi. Kedua orangtuanya terus menyudutkan nya.
"Begini saja, kalian menikah besok" Ucap Reza membuat Rayyan dan Santi terkesiap dan saling menatap.
"MENIKAH?!" Ucap mereka berdua.
"Mama setuju"
"Maaf om, tante. Sepertinya kami tidak perlu menikah. Rayyan tidak melakukan apapun padaku. Ya, tidak lebih tapi sungguh tidak perlu sampai menikah" Ucap Santi keberatan.
"Dia benar, ma. Aku terlalu muda untuk menikah, aku masih sekolah, ma. Lagian kami tidak melakukan lebih. Bukankah ini tidak adil?" Ucap Rayyan mendukung ucapan Santi.
"Tapi kau harus bertanggung jawab, Rayyan. Memang tidak lebih, tapi kau sudah menyentuhnya. Papa tidak mau tahu, kalian harus menikah besok. Tidak ada penolakan" Ucap Reza memberi keputusan. Rayyan tak bisa melakukan apapun lagi, jika papanya sudah seperti itu, maka tidak ada satupun yang bisa menggoyahkan keputusannya.
Santi hanya bisa menghela nafas. Ia tidak ingin menikah dulu, apalagi menikah dengan siswanya sendiri. Niatnya ingin menolong, kenapa jadi seperti ini?
"Santi, ini tidak apa kan? Kami hanya ingin bertanggung jawab" Ucap Widya memegang tangan Santi.
"Tapi tante_"
"Ini demi kebaikan kalian berdua. Lagian kau wanita yang baik, anggun dan pekerja keras. Aku yakin kau adalah yang terbaik untuk Rayyan, putraku" Ucap Widya membujuknya.
"Benar, kami akan mendatangi rumahmu besok untuk lamarannya" Ucap Reza menimpali.
Santi pulang di antar sopir pribadi Reza. Selama perjalanan wajahnya terlihat sendu memikirkan nasibnya setelah ini. Menikah? Hei, ayolah, bukankah itu terlalu berlebihan? Ia ingin menolak, tapi sangat sulit. Jika pun besok orang tua Rayyan akan melamarnya di depan orang tuanya, ia yakin orang tuanya akan menyetujuinya karena mereka gila uang. Saat mereka tahu Rayyan berasal dari keluarga kaya, mereka tak akan berpikir dua kali untuk menikahkan nya.
Setelah berterimakasih kepada sopir yang mengantarnya, Santi berjalan memasuki rumahnya. Ia sengaja tidak kembali ke kost-an karena orang tua Rayyan akan datang besok ke rumahnya. Tak lupa sebelum masuk ia memasang syal di lehernya agar tanda merah itu tak terlihat.
Tok tok!
Berkali kali Santi mengetuk pintu namun tak di buka juga. Mungkin mereka sudah tidur mengingat sudah jam satu malam.
Cklek
"Kau?! Kenapa datang malam malam? Mengganggu orang tidur saja!" Bentak mamanya.
Santi nyelonong masuk melewati mama nya. Ia terlalu lelah untuk berdebat dengannya, tenaganya terasa terkuras habis.
"Hei, jawab! Tunggu, kenapa kau memakai syal?" Mama nya menahan tangannya dan mencoba menarik syal yang menutupi leher Santi.
"Bukan apa apa" Santi melepaskan tangan mamanya kemudian masuk ke kamar.
. . . . . . . . .
Reyhan baru selesai mandi setelah malamnya ia dan Clara melakukan permainan panas. Ia tersenyum menatap istrinya itu yang masih tidur karena kelelahan. Ia berencana untuk membuat sarapan istimewa untuk istrinya.
Sehari setelah mereka menikah, Reyhan langsung memboyong Clara untuk bulan madu di Bali. Terhitung sudah seminggu mereka berada di sana.
Setelah membuat kopi untuk dirinya sendiri, Reyhan menatap keluar dari jendela. Pemandangan yang indah, sayang Clara masih tidur jadi tidak bisa melihatnya juga.
Reyhan mengangkat ponselnya yang berdering. Tak biasanya ibunya menelpon sepagi ini.
"Kenapa ma?"
"Bisa kau pulang lebih cepat Rey? Kau harus hadir di pernikahan adikmu"
"Pernikahan adik? Adik yang mana?" Tanya nya sambil menyeruput kopinya yang sangat nikmat.
"Adikmu siapa lagi kalau bukan Rayyan!"
Pruufft
"Rayyan menikah?!" Reyhan sampai menyemburkan kopinya sangking terkejutnya.
"Ceritanya panjang, kau datang saja, cepat. Pernikahan nya akan di langsungkan jam dua hari ini"
Reyhan segera membangunkan Clara dan mengajaknya pulang. Clara tak banyak bertanya karena ia melihat Reyhan yang begitu panik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments