Bab 02 (Rayyan Patah Hati)

Saat jam istirahat, dengan malas Rayyan mendatangi ruang guru. Ia duduk dengan wajah jengkel di depan Santi.

"Bersihkan ruang kelas sepulang sekolah" Perintah Santi.

Jelas, Rayyan menolaknya karena bukan dia yang piket hari ini. Tapi Santi mengancamnya dengan hukuman yang lebih berat. Mau tak mau, Rayyan harus menjalankan hukuman nya itu.

Saat bel pulang sekolah berdering. Rayyan baru membuka matanya karena ia selalu tidur di jam pelajaran yang tak ia suka. Berbeda dengan kakaknya yaitu Reyhan yang selalu tidur setelah bel pulang sekolah berbunyi, Rayyan malah tidur saat jam pelajaran berlangsung.

"Ray, lo gak pulang?" Tanya Dirga sambil menyandang tas nya.

"Gue di hukum sama guru nyebelin itu untuk bersihin kelas" Ucap Rayyan lesu.

"Kasihan banget sahabat gue yang satu ini" Laila mengacak rambut Rayyan dengan gemas.

"Tolongin gue, La" Pinta Rayyan memelas dengan wajah imutnya.

"Gue sih oke oke aja. Gak tau tuh kalau si Dirga"

"Ayolah, Ga, please. Atau lo mau di depak dari trio LDR?" Ancam Rayyan. Trio LDR adalah nama yang Rayyan berikan untuk mereka bertiga, yaitu Laila, Dirga dan Rayyan.

"Emangnya LDR bisa berdiri tanpa gue?" Tanya Dirga sombong. Tapi melihat Rayyan dan Laila menatapnya tajam, ia akhirnya mengalah dan membantu Rayyan untuk membersihkan kelas.

"Kalau sampai nilai ulangan gue turun, awas kalian berdua" Ucap Dirga menatap tajam Rayyan dan Laila.

"Iya deh, si paling pintar plus rajin belajar" Cibir Rayyan.

Pertemanan mereka bertiga sudah terjalin semenjak SD. Wajar mereka begitu dekat layaknya saudara. Laila adalah gadis yang cukup pintar, ceria, bar bar dan mood booster bagi Rayyan dan Dirga. Sedangkan Dirga adalah yang paling dingin, cuek, pintar dan paling rajin di antara mereka, tentu rajin dalam belajar. Dan Rayyan adalah yang paling manja dan kekanak kanakan, ceroboh, brandal sekolah dan juga agak bodoh.

Mereka mengerjakan hukuman itu bersama sama hingga rasanya bukan seperti hukuman, melainkan menghabiskan waktu bersama sahabat. Hukuman yang di penuhi canda tawa dan keisengan masing masing di antara mereka.

Santi tersenyum menatap mereka yang terlihat bahagia dari jendela kelas. Ia teringat dirinya dulu saat bersama tiga sahabat nya di kelas itu. Sama seperti mereka, bisa bercanda tawa dan melupakan beban kehidupan yang di alami masing masing.

"Aku pikir dia akan kabur, ternyata tidak" Santi melangkah kembali ke ruang guru. Rencananya ia tadi ingin melihat apakah Rayyan mengerjakan hukuman yang ia berikan atau tidak. Walaupun Rayyan terlihat seperti brandalan, ternyata dia bertanggung jawab juga.

Hingga bulan terus berlalu tanpa terasa. Santi melangkah cepat agar tak terlambat ke pernikahan sahabatnya, Clara. Ia segera duduk di samping Mita dan merebut jus yang ada di tangan Mita.

"Ambil sendiri dong, San" Kesal Mita. Santi memberikan kembali jus yang tinggal setengah itu kepada Mita.

Rayyan yang baru menyadari ternyata Laila adalah adik dari Clara yang adalah kakak iparnya, terus membuntuti gadis itu kemanapun.

"Lo gak ada kerjaan lain apa selain ngikutin kemanapun gue pergi?" Tanya Laila kesal.

"Ya elah La, emangnya kenapa? Lo gak seneng ternyata kita bakalan jadi iparan?" Tanya Rayyan namun Laila tak menggubris nya.

"Ketularan Dirga, lo? Kok jadi cuek sih?"

"Shhutt, jangan ganggu gue, Rayyan. Gue lagi mantau cogan nih"

Mendengar ucapan Laila membuat Rayyan menepuk keningnya sendiri. Gadis itu tak pernah berubah.

Rayyan menajamkan matanya saat melihat sosok yang sepertinya ia kenal.

"La, La, itu Bu Santi kan?" Tanya Rayyan sambil menepuk bahu Laila dan menunjuk Santi.

"Iya, dia itu sahabatnya kakak" Jawab Laila acuh.

"Guru nyebelin itu? Pasti kakak lo tersiksa punya sahabat galak kek gitu"

Selama Santi menjadi wali kelasnya, ia memang sering berurusan dengan Santi karena ia yang sering membuat masalah di sekolah dan Santi selalu menghukum nya dengan berat. Karena itu dia jadi tak suka dengan Santi dan menyebutnya menyebalkan.

"Dirga mana ya?" Laila celingukan mencari pemuda itu yang tak terlihat di acara pernikahan kakaknya.

"Mungkin dia gak datang" Sahut Rayyan acuh.

"Tapi dia bilang bakalan datang, kok" Ucap Laila gusar.

"Maaf gue terlambat" Ucap Dirga yang muncul di belakang mereka berdua.

"Darimana aja sih?" Ucap Laila kesal dan memukul lengan Dirga.

"Ada urusan. Oh ya Ray, lo jangan lupa datang malam Minggu ini di taman kota. Lo juga, La" Ucap Dirga. Rayyan mengangguk walau ia bertanya tanya ada acara apa di taman kota.

 . . . . . . . . . . . .

Malam minggu telah tiba. Rayyan merapikan rambutnya di depan kaca dan memastikan penampilannya sudah oke.

"Mau kemana Ray?" Tanya Widya saat melihat putranya itu terburu buru turun dari tangga.

"Ada acara sama teman, ma. Rayyan pergi dulu ya, titip salam sama papa" Ucapnya mencium tangan Widya.

Rayyan melajukan motornya dengan semangat menuju taman kota. Jalanan itu serasa arena balap baginya membuatnya melaju dengan kecepatan tinggi.

"Kenapa begitu ramai?" Tanyanya saat melihat orang orang berkumpul di satu tempat.

"Apa ini yang di maksud Dirga? Aku pikir acara untuk kami bertiga saja" Ucapnya sambil memasuki taman.

Laila melambaikan tangan ke arahnya membuatnya menghampiri gadis yang terlihat sangat cantik itu. Ia selalu terpesona jika menatap gadis itu, tapi malam ini ia tidak bisa berkata kata lagi dan tatapannya hanya terpaku pada gadis di depannya yang terlihat lebih cantik dari biasanya.

"Apa gue cocok pake gaun ini?" Tanya Laila meminta pendapat Rayyan.

"Ray? Helo, Rayyan, lo gak kesambet setan kan? Kok dari tadi bengong?" Laila melambaikan tangannya tepat di depan wajah Rayyan.

"Ha? Eh, iya. Lo cantik kok. Btw, gaun nya dari siapa?" Tanya Rayyan gugup. Ia tahu Laila tak menyukai gaun seperti ini, ia lebih suka pakaian kasual.

"Dari Dirga. Bagus kan? Nah, itu orangnya!" Tunjuk Laila pada Dirga yang menghampiri mereka dengan setelan jasnya.

"Ada apa ini sebenarnya?" Tanya Rayyan yang merasa ada yang mereka sembunyikan darinya, atau lebih tepatnya mereka tak memberitahu nya. Dekorasi cantik ini, teman teman kelasnya yang ada di sini dan juga mereka berdua yang menggunakan pakaian serasi. Apa tujuan sebenarnya dari acara ini?

"Sebenarnya kami ingin memberi tahu lo lebih awal, tapi Laila bilang ingin memberi kejutan untuk lo. Jadi gue menyiapkan ini" Sahut Dirga.

"Kejutan?"

Tanpa menjawab pertanyaan Rayyan, Dirga menggandeng tangan Laila menuju tempat yang ia siapkan dengan begitu indah.

Semua temannya yang awalnya saling mengobrol, langsung terdiam saat Dirga sudah berdiri di tempat itu.

Rayyan menatap di antara keramaian. Perasaannya sudah was was. Ia takut apa yang di pikirkan nya benar.

Dirga mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya dan membukanya di depan Laila. Ia berlutut dan menyodorkan kotak itu pada Laila.

"Aku tahu aku bukan pria yang romantis. Aku kaku, cuek, dingin dan aku tahu aku memiliki banyak kekurangan untuk bisa pantas bersamamu"

Rayyan mundur beberapa langkah karena shock. Bersamamu? Ia kemudian menatap nanar kedua sahabat nya itu.

"Aku tahu awal aku menyatakan perasaan ku, aku tidak menyiapkan bunga atau dekorasi seperti ini. Karena itu aku ingin menyatakannya ulang dari awal"

"Laila, aku jatuh cinta padamu dari awal kita bertemu. Aku terus memikirkan mu sampai aku sulit tidur setiap malam. Dulu aku tidak memiliki keberanian untuk mengatakannya, tapi sekarang aku sudah mendapatkan keberanian itu... I love you so much, Laila"

Suara tepukan tangan menggema setelah Dirga mengatakannya. Laila tersenyum bahagia, matanya tampak berkaca kaca. Dirga berdiri dan memasangkan kalung itu pada Laila.

Sedangkan Rayyan... Tidak ada yang tahu jika hatinya begitu hancur. Memang tidak ada persahabatan di antara pria dan wanita. Ia juga menyukai Laila dari kecil. Ia tidak menyangka Dirga juga menyukai Laila karena pemuda itu begitu pandai menutupi perasaannya.

Ia mencoba tersenyum, ia mencoba tegar di depan semua orang. Tidak ada yang boleh tahu jika hatinya sedang hancur.

"Bro, selamat ya" Ucap Rayyan memeluk dan menepuk punggung Dirga.

"Thanks"

"Udah berapa lama hubungan kalian jalan?" Tanya Rayyan.

"Sebulan" Jawab Laila tersenyum dan bergelayut manja di lengan Dirga.

Rayyan mencoba untuk terlihat baik baik saja di depan mereka berdua. Ia paksakan bibir nya untuk tersenyum, padahal hatinya begitu miris melihat keromantisan mereka. Ia ingin berteriak menyesali kenapa tak dari dulu dia menyatakan perasaannya pada Laila. Tapi semua sudah terlambat saat ia menyadari bahwa Laila sudah menjadi milik sahabatnya.

"Dih, kejam banget sih gak ngasih tahu gue" Ucap Rayyan cemberut.

"Sorry, kan udah gue bilang, gue mau ngasih kejutan buat lo. Ternyata gue juga di kasih kejutan sama Dirga" Balas Laila menatap mesra kekasihnya itu.

"Ya, lo berhasil buat gue terkejut. Kalian berhasil" Ucap Rayyan dengan mata berkaca-kaca. Ia mencoba menyembunyikan nya dari mereka. Bagiamana pun juga dia tidak akan sanggup untuk melanjutkan aktingnya di depan mereka untuk waktu yang lama.

"Kok nada lo kayak sedih gitu sih, Ray?" Tanya Laila mencoba menatap mata Rayyan yang terus menghindar.

"Ya jelas gue sedih karena kalian gak ngasih tahu gue lebih awal. Kan gue bisa bantu Dirga untuk menyiapkan ini"

"Eh, sekali lagi selamat ya. Sorry gue gak bisa lama, mama nelpon gue tadi. Kalian tahu sendiri kan gimana mama gue" Ucap Rayyan. Laila dan Dirga mengangguk paham dan membiarkan Rayyan meninggalkan acara mereka yang belum selesai itu.

Brrumm!

Motor Rayyan terus melaju bahkan saat lampu merah. Ia hampir kecelakaan, tapi beruntungnya tuhan masih sayang pada nyawanya hingga tidak mengambilnya.

"Sialan!" Teriaknya dari motornya yang masih melaju kencang.

"Andai gue duluan yang menyatakan perasaan gue. Pasti sekarang Laila sama gue, bukan sama Dirga. Gue emang pengecut karena takut untuk nyatain perasaan gue selama ini hingga gue keduluan oleh sahabat gue sendiri" Gumamnya, ia semakin menambah kecepatan motornya hingga seperti kilatan petir yang melewati jalan.

Entah ide dari mana atau ia yang memang terlalu sedih karena orang yang di cintai nya telah di miliki orang lain hingga membuatnya memilih mendatangi bar untuk melampiaskan rasa sedih dan sesalnya.

Entah sudah berapa gelas yang ia habiskan, namun yang jelas ia sudah mabuk parah. Meski begitu pun ia tetap meminta gelasnya di isi. Seorang wanita mendatangi nya dan mengisi gelasnya.

"Apa yang membuat mu ke sini anak manis?" Ucap wanita itu memperhatikan wajah Rayyan yang sangat tampan di usia mudanya.

"Jangan ganggu aku dan pergilah" Ucap Rayyan kemudian meneguk minuman nya.

"Hei, aku bisa menemani mu di sini. Apa kau tidak mau bersamaku anak manis?" Tanya wanita itu menggoda nya. Ia membelai pipi Rayyan dan menatap mata Rayyan yang menatapnya tajam.

Plakk

"Aku bilang pergi! Kau berani menyentuhku. Apa kau ingin mati?" Rayyan berdiri dan menatap tajam pada wanita itu yang tersungkur karena terkena tamparannya.

Beberapa pria merengsek maju menghajar nya karena sudah melukai wanita itu yang ternyata adalah pemilik bar.

Rayyan yang memang membutuhkan sesuatu untuk melampiaskan rasa sedih, kesal dan sesal di hatinya, dengan senang hati meladeni ke empat pria yang menghajarnya. Namun akibat ia yang mabuk parah, ia dengan mudah di kalahkan dan di usir dari bar.

Rayyan berjalan perlahan menuju motornya. Tapi ia bahkan tak tahu motornya yang mana. Dari pada pusing mencari motornya, ia memilih untuk jalan kaki saja.

Ia berjalan sempoyongan di tengah keramaian. Kepalanya terasa berat dan pandangannya mulai kabur.

Saat ia akan terjatuh, seorang wanita menangkap tubuhnya dan membawanya menjauh dari keramaian.

"Rayyan, kenapa kau bisa seperti ini? Astaga, kau mabuk?"

Terpopuler

Comments

Yunisa Turki

Yunisa Turki

lanjut dongs

2024-03-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!