Tak terasa sudah seminggu pernikahan mereka berjalan. Tidak ada kasih sayang, cinta ataupun hak dan kewajiban yang di lakukan oleh Santi dan Rayyan. Mereka seperti orang asing yang hanya tinggal satu atap karena sebuah ikatan yang tak ada artinya bagi mereka.
Santi sudah mencoba untuk bersikap layaknya istri seperti saran dan nasehat dari sahabat sahabatnya, namun Rayyan bersikap acuh tak acuh padanya. Pemuda itu lebih sering menghabiskan waktu di luar daripada di rumah bersamanya.
Widya dan Reza yang khawatir dengan hubungan mereka yang tak akan bertahan lama, memutuskan untuk memberi mereka waktu berdua saja dengan menyuruh mereka berbulan madu.
Mereka membicarakan rencana mereka itu dengan anak dan menantunya di ruang tamu.
"Aku tidak bisa, aku masih sibuk sekolah, Ma" Tolak Rayyan saat kedua orangtuanya mengusulkan rencana bulan madu mereka.
"Pekerjaan ku juga masih banyak. Mungkin lain kali" Santi juga menolak usulan mereka berdua.
"Tidak apa kan jika kalian izin beberapa hari? Ayolah, apa kalian ingin hubungan kalian seperti ini terus? Kalian juga butuh waktu berdua. Cobalah untuk membuka hati kalian masing masing. Aku tahu kalian menikah secara terpaksa, tapi cobalah untuk menerimanya" Ucap Widya memberi nasehat.
"Begini saja, dalam waktu enam bulan, jika kalian juga tidak bisa menerima pasangan kalian maka kalian boleh berpisah" Ucap Reza. Widya langsung menepuk paha suaminya saat mendengar ucapannya. Ia bingung kenapa suaminya bisa berkata semudah itu. Apa dia pikir pernikahan semudah itu? Apa dia tidak berpikir akan nasib Santi jika harus menjadi janda di usia muda? Dia yang mengusulkan untuk menikahkan mereka tapi dia juga yang mengusulkan mereka bisa berpisah jika selama enam bulan tak bisa menerima pernikahan ini. Kali ini ia benar benar marah dengan keputusan suaminya.
"Tenanglah sayang, mereka tidak akan berpisah, kita akan membuat mereka saling jatuh cinta. Kau tenang saja" Bisik Reza, namun Widya tak percaya, ia tahu benar bagaimana sifat anaknya itu. Tapi semoga saja ucapan suaminya benar.
Rayyan yang mendengar ucapan papanya tadi, menjadi begitu senang. Enam bulan, hanya enam bulan ia harus bertahan dan mereka akan berpisah. Sedangkan Santi tak bereaksi apapun, ia tidak senang maupun sedih karena ia tidak memiliki perasaan apapun pada Rayyan. Baginya, ia hanya menjalankan kewajibannya sebagai istri dan menantu di keluarga ini.
"Ucapan papa akan papa penuhi dengan satu syarat, kalian harus bulan madu selama tiga hari. Habiskan waktu bersama dan jangan lupa kirimkan foto jika kalian memang bersenang senang" Ucap Reza.
"Termasuk foto ranjang?" Tanya Rayyan polos.
TAKK!
"Tentu tidak, untuk apa kami melihat itu juga" Ucap Widya menggetok kepala Rayyan dengan selopnya.
Bagi Rayyan tidak masalah. Bulan madu itu akan sama saja seperti di rumah, tidak akan terjadi apapun. Malah ia bisa refreshing di sana untuk sejenak melupakan Laila yang masih ada di dalam hatinya sampai saat ini.
Setelah menghabiskan waktu bersama keluarga, Rayyan dan Santi berjalan kembali menuju kamar. Rayyan bersiap siap tidur di sofa dan Santi di ranjang.
"Mau tukar tempat untuk hari ini saja?" Tanya Santi. Ia tahu Rayyan tidak nyaman tidur di sofa, namun pemuda itu tetap memaksakannya.
"Tidak"
Sungguh Santi tidak menyangka akan seperti ini sifat Rayyan. Ia pikir, ia yang akan bersifat dingin, ternyata Rayyan lebih dingin darinya. Selama beberapa bulan ia menjadi wali kelas Rayyan, ia hanya melihat sifat Rayyan yang ceria, nakal, usil dan juga manja. Ia melihat itu semua saat Rayyan bersama sahabat sahabatnya. Berbeda jauh saat bersama dirinya sekarang, Rayyan akan menjadi pendiam, dingin, cuek dan tatapan benci yang juga tak pernah lepas dari wajahnya.
Jika dulu ia berpikir Rayyan akan bersikap manja dan mencari perhatian nya seperti yang di ucapkan Clara, namun sekarang sepertinya ialah yang mencari perhatian dari suaminya itu. Orang orang hanya melihat Rayyan versi cerianya, tapi Santi melihat Rayyan versi dinginnya. Kurasa akan sulit menjalani rumah tangga yang di isi oleh orang orang yang sama sama dingin.
Melihat Rayyan sudah terlelap di sofa, Santi memilih untuk merebahkan tubuhnya di ranjang. Malam ini sama seperti malam malam sebelumnya dan mungkin juga akan seterusnya begini. Tak ada hak dan kewajiban yang mereka lakukan seperti pasangan suami istri yang lain.
. . . . . . . . .
Jam pelajaran sudah berlangsung namun Dirga tak kunjung datang. 'Apa dia tidak masuk hari ini?' Batin Rayyan bertanya.
'Tidak biasanya dia seperti ini. Apa terjadi sesuatu lagi?' Rayyan tahu benar sifat sahabatnya itu, ia tidak mungkin cuti sekolah, bahkan hujan, badai, angin ribut dia akan tetap datang ke sekolah karena ia tidak ingin ada alpa di absennya. Sahabatnya itu memang gila akan nilai dan juga pengetahuan. Tak heran jika Dirga selalu mendapatkan juara dan ikut lomba di sekolah maupun luar sekolah.
Hari ini Rayyan begitu bersemangat mengikuti pelajaran karena penjaskes adalah mapel favorit nya.
"La, belikan gue air dong" Pinta Rayyan memberikan uang pada Laila yang sedang duduk sambil melihatnya bermain basket bersama teman kelasnya yang lain.
"Oke, gue akan ambilin air keran buat lo"
"Kok air keran sih? Gue minta air mineral, Laila" Kesal Rayyan sambil mencubit pipi Laila.
"Jangan cubit cubit, Ray. Pipi gue udah ada yang punya. Lagian tadi lo gak ada bilang mau beli air apa" Ucap Laila menepis tangan Rayyan.
"Iya deh, lo kan udah jadi milik Dirga. Apalah daya gue yang cuma bisa melihat kemesraan kalian dan juga cuma bisa nangis di pojokan" Ucap Rayyan dengan mimik sedih. Ia memang sedih dan mengatakan yang sejujurnya, namun bagi Laila, itu seperti candaan dari Rayyan.
"Udah, lo kan udah punya Bu Santi. Gue beliin air mineral untuk lo dulu ya" Laila berlari meninggalkan Rayyan yang masih menatapnya.
"Sayang banget Dirga gak datang. Padahal bentar lagi kita bakalan tanding basket sama anak Cempaka putih" Ujar salah seorang teman Rayyan.
"Iya, padahal dia kapten tim kita. Kenapa dia gak datang ya? Semalam juga engga" Ucap yang lain menimpali.
Rayyan yang mendengarnya semakin yakin pasti terjadi sesuatu pada sahabatnya. Bukan tanpa alasan dia khawatir, ia dan Dirga memiliki rahasia yang di sembunyikan dari Laila dan juga keluarga mereka.
Sepulang sekolah, Laila mengajaknya untuk menjenguk Dirga. Ternyata Dirga sempat mengirimkan pesan padanya jika ia sedang sakit karena itu tidak masuk.
"Katanya mau jenguk Dirga, kok malah ke sini?" Tanya Rayyan saat Laila membawanya ke ruang guru.
"Lo gimana sih? Kita minta izin dulu dong sama Bu Santi. Ntar gue di cap pelakor sama Bu Santi karena jalan bareng suaminya tanpa izin" Ucap Laila kemudian masuk ke ruang guru untuk memanggil Santi.
"Ada apa?" Tanya Santi setibanya mereka di tempat Rayyan menunggu.
"Kita mau jenguk Dirga, Bu. Jadi, untuk hari ini aku pinjam Rayyan dulu ya"
"Lo pikir gue barang sampai di pinjam?" Ucap Rayyan memiting kepala Laila, tentu dengan lembut, ia tidak ingin sampai menyakitinya.
"Pergilah, kirim salamku pada Dirga" Ucap Santi.
Laila kemudian pamit dan menarik tangan Rayyan untuk cepat.
"Bisakah aku menjalani pernikahan seperti ini?" Gumam Santi sambil menatap kepergian Rayyan dan Laila. Pernikahan mereka yang rumit, tidak ada cinta tapi menikah. Dan sang suami malah menyukai pacar sahabatnya sendiri. Dan ia, orang yang tidak paham dengan apa itu cinta. Bagaimana pernikahan mereka bisa berjalan jika mereka saja seperti ini?
Rayyan dan Laila menyempatkan diri untuk membeli buah tangan untuk Dirga. Rasanya tidak sopan jika menjenguk tanpa membawa apapun.
Laila memilih semua makanan dan juga buahan yang di sukai Dirga. Tangannya penuh menjinjing plastik yang berisi makanan dan buahan di kedua tangannya.
"Banyak amat yang lo beli?" Ucap Rayyan mengambil semua kantong plastik di tangan Laila.
"Kita akan berkunjung ke rumah sahabat sekaligus pacar gue, gue harus membawa semua ini agar ia senang dan lekas sembuh" Sahut Laila membuat Rayyan hanya tersenyum simpul.
Rayyan melihat hanya ada makanan kesukaan Dirga yang di beli Laila, maka ia mengajak Laila untuk membeli makanan kesukaan mereka berdua.
"La, apa lo juga suka sama Dirga dari awal kita ketemu?"
"Gak juga. Gue mulai suka sama dia pas kita awal masuk SMA. Gue lihat, dia makin lama makin keren dan juga tampan. Gue pengen ngomong jujur sama dia, tapi gue takut di tolak dan persahabatan kita jadi hancur" Sahut Laila.
"Oh, apa lo gak pernah suka sama gue?" Tanya Rayyan ingin tahu apa jawaban Laila.
Melihat Laila hanya diam membuat Rayyan segera menyenggol lengannya dan berkata hanya bercanda. Laila bernafas lega, ia pikir Rayyan serius.
Setelah sampai di rumah Dirga. Rayyan sudah merasa ada yang aneh dengan rumah itu. Sedikit berantakan dan seperti ada bekas perkelahian.
Dirga tinggal sendiri karena kedua orangtuanya sudah tiada. Rumahnya juga cukup jauh dari pemukiman warga.
Dirga duduk di sofa sambil menonton tv dan membiarkan pintu terbuka. Ia begitu senang saat kekasih dan sahabat baiknya datang menjenguknya.
"Katanya sakit, kok lo kelihatan baik baik aja?" Ucap Rayyan duduk di sebelahnya.
"Emang gue harus di infus dulu biar kelihatan sakit?" Tanya balik Dirga.
Laila berjalan untuk meletakkan buah buahan yang di belinya di kulkas. Ia segera menyalin makanan yang sudah di belinya di piring.
Melihat Laila sibuk di dapur, Rayyan segera bertanya pada Dirga apa yang terjadi padanya.
"Mereka datang tadi malam. Saat itu gue baru siap mandi, tiba tiba pintu gue di dobrak dan mereka masuk. Gue berhasil memukul mundur mereka untuk keluar dari rumah gue. Tapi ternyata di luar masih ada beberapa orang yang menunggu gue. Saat gue lengah, mereka menembak tangan kiri gue" Dirga menggulung lengan bajunya dan memperlihatkan lengannya yang di balut perban.
"Brengsek! Gue akan datangi markas mereka nanti malam"
"Jangan gegabah Ray, mereka bukan tandingan lo. Apalagi lo sendiri" Ucap Dirga menasehati.
"Tapi semalam lo sendiri juga. Udah, lo tenang aja. Gue bisa mengurusnya, gue tinggal pinjam senjata lo doang"
Melihat Laila datang menghampiri, Rayyan dan Dirga memutuskan untuk membahas pertandingan basket yang akan di laksanakan sebentar lagi. Mereka tidak ingin Laila tahu masalah mereka.
"Gue mungkin gak bisa karena gak enak badan. Sebagai pengganti nya, lo aja, Ray" Ucap Dirga.
"Lo tahu gue gak jago basket kan? Kalau kalah gimana?" Tanya Rayyan pesimis pada dirinya.
"Lo pasti bisa. Gue yakin"
Rayyan akan memikirkannya lagi nanti. Tidak mungkin juga Dirga bisa bertanding dengan luka tembakan di lengannya. Tapi dia juga tidak yakin dengan kemampuannya bermain basket. Ia takut mengecewakan teman temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
marrydiana
semangat update thor, mampir juga di karua aku(suamiku preman)🙏
2024-01-26
0