Terik Cinta Hanna

Terik Cinta Hanna

Balas budi

...Selamat membaca✨...

"Kue kue... "

Seorang gadis penjual kue keliling tengah mempromosikan dagangannya, sepanjang perjalanan, hilir pejalan kaki lainnya maupun pedagang yang ada di pasar tersebut telah dilewatinya, sesekali menjajal kan dagangannya kepada orang yang lewat.

Hanna Aprilia, gadis berusia 18 tahun itu adalah penjual kue keliling tersebut, badannya yang mungil dan rambutnya yang panjang sepunggung itu berjalan menjual kuenya.

Hanna berjualan kue semenjak ia masih kelas 5 Sekolah Dasar, dari dagangannya itulah yang sekarang membuatnya lulus sekolah, walaupun hanya sebatas kelas 3 SMP saja.

"Bu, kuenya. " tawar Hanna.

Saat menawarkan dagangannya, orang yang ditawarkan dagangannya tertarik, kemudian Hanna menurunkan keranjang kuenya ke trotoar, dan membuka kain penutup keranjang tersebut untuk menampakkan kue yang dijualnya.

"Berapaan ini? " tanya ibu tersebut.

"Seribuan bu. " jawab Hanna.

Ibu tersebut mengambil beberapa kue yang ada di keranjang tersebut, dan merogoh dompetnya untuk mengambil uang, sementara Hanna membungkus kue dan memberikannya kepada ibu tersebut setelah diberikan uang.

"Terimakasih banyak, bu. " ucap Hanna.

Dari perantara ibu tersebut, merupakan pelaris pertama dagangan Hanna, Hanna menjadi bersemangat untuk berkeliling menjual dagangannya.

Suasana kota begitu ramai, setelah berjualan di pasar, Hanna juga lanjut berkeliling di trotoar jalan, sepanjang trotoar banyak sekali pedagang yang juga sama dengan dirinya, menjual dagangannya dan beberapa pembeli membeli dagangan tersebut.

Hanna merasa lelah, ia memutuskan untuk beristirahat, keranjang dagangannya itu ia taruh di sampingnya, meluruskan kakinya, dan duduk berteduh dari terik matahari.

"Panas sekali kota sekarang, berbeda dari dulu. " gumam Hanna.

Hanna mengipasi dirinya dengan penutup kue, tak lama beberapa anak SMA melintasinya, wajah bahagia dan riuh tawa tersebut terdengar sangat menyenangkan tengah memegang jajanan yang dibeli kemudian memakannya.

Hanna menatapi beberapa anak remaja tersebut, tatapan yang seolah-olah membayangkan bagaimana menjadi seperti anak anak tersebut, menyenangkan, memiliki banyak teman, dan pastinya tidak sibuk mencari uang di masa muda, hanya seorang remaja yang menikmati masa muda seperti anak muda pada biasanya.

"Coba saja ya aku bisa seperti itu, pasti rasanya menyenangkan. " gumam Hanna.

Hanna merenungi nasibnya, hanya lulusan SMP, dahulu dirinya ingin bersekolah sampai SMA, namun hasilnya dalam berdagang saja sangat kekurangan untuk membeli peralatan hingga atribut sekolah, bajunya dahulu saat SMP saja dari pemberian tetangganya yang ada di desa, ia merasa iri dengan orang-orang yang bisa bersekolah menengah atas dengan biaya orangtua.

Tak terasa air mata Hanna mengalir, ia mencoba menghapus air matanya menggunakan sapu tangan miliknya.

"Sudah ah, nanti ibu bisa sedih kalau aku ngeluh terus. " ucap Hanna.

Tak lama setelahnya, suara riuh hingga beberapa pedagang lainnya berlari kocar-kacir dengan dagangannya, Hanna melihat situasi tersebut, ia yakin bahwa petugas keamanan yang membubarkan pedagang yang tengah berjualan di pinggir jalan, dengan terburu-buru Hanna berdiri dan mengambil keranjang dagangannya, ia ikut berlari untuk menyelamatkan dirinya dari petugas keamanan yang akan menggertak dan menangkap para pedagang.

Jauhnya dari trotoar jalan, Hanna lagi lagi berlari ke pasar, dari kejauhan tidak lagi terlihat bahwa pedagang yang menyelamatkan diri tadi berlari di belakangnya, sekarang ia kembali lagi ke pasar.

"Begini ya nasib pedagang jalanan, kalau dagang di dekat orang-orang yang lalu lalang, bakal digertak sama petugas keamanan. " ucap Hanna.

Hanna masih merasa lelah, namun sekarang bukan waktunya ia bertele-tele, dagangannya belum habis, jika keburu terik matahari sudah sangat panas, maka bisa jadi orang-orang jarang membeli kue lagi dan yang ada kuenya akan berubah bentuk.

"Nggak boleh ngeluh, harus semangat. "

Hanna melanjutkan untuk menjajal kan dagangannya lagi, beberapa orang membeli kue yang dijual oleh Hanna, alhasil sudah setengah jualannya laris dibeli orang, menyisakan beberapa potong lagi kue yang dijualnya.

"Akhirnya, tinggal beberapa potong lagi, kalau memang sampai jam 10 belum laku, bakal aku bagiin sama petugas kebersihan atau anak jalanan. "

Saat tengah menghitung kue yang ada di keranjang, dari kejauhan terdengar suara teriakan meminta tolong, Hanna menoleh ke sumber suara tersebut, benar saja, dari kejauhan beberapa orang tengah mengejar pencopet yang sangat meresahkan di pasar tersebut.

"Copet! Tolong, ada copet ngambil tas saya! "

Saat terlihat mendekat, Hanna berdiri sambil memegang keranjang kuenya.

"Semoga kena! "

Hanna melayangkan keranjangnya dengan ancang-ancang, setelah pencopet itu berlari mendekat ke arahnya, layangan keranjang tersebut akhirnya mengenai pencopet tersebut tepat pada bawah perut.

Pencopet berhasil dilumpuhkan, beberapa warga yang berlari tadi kemudian menangkap pencopet tersebut, ditambah lagi ibu ibu yang berteriak kecopetan kini mengambil tasnya dengan seorang gadis yang berada di sampingnya sekarang.

"Bagaimana isinya, nyonya? Tidak ada yang hilang kan? " tanya seorang gadis kepada ibu ibu tersebut.

"Syukurlah, semuanya aman. " jawab ibu ibu tersebut.

"Bu, bagaimana? Tidak ada yang hilang kan? " tanya Hanna meyakinkan.

Ibu ibu tersebut kemudian tersenyum, sambil membawa tasnya ia menggenggam kedua tangan Hanna dan mengucapkan banyak terimakasih.

"Sebelumnya, terimakasih banyak ya dek, karena kamu, tas saya beserta isinya sekarang kembali lagi kepada saya. "

"Iya bu, sama sama. " ucap Hanna.

"Oh ya, perkenalkan, nama ibu adalah Yunita. Salam kenal, terimakasih sudah membantu saya tadi. "

Wanita paruh baya itu bernama Yunita, dengan menyodorkan tangannya ke arah Hanna, dirinya juga tersenyum ketika berhadapan dengan Hanna.

"Oh iya, salam kenal bu. "

Yunita kemudian sadar, dirinya melihat berbagai macam kue yang sudah berceceran di tanah.

"Dagangannya jatuh dek. " ucap Yunita.

Hanna baru menyadari, bahwa kue kue dagangannya sudah berceceran dimana-mana, karena membantu Yunita yang kecopetan, membuatnya tidak berpikir panjang langsung memukulkan pada pencopet yang sudah tertangkap oleh warga tadi.

"Waduh. "

"Berapa harga semua kuenya, biar saya bayar? " tanya Yunita.

"Ah, tidak usah, bu, lagipula ini ulah saya sendiri kok, asal lempar dagangan saja. " tolak Hanna.

Yunita tanpa berpikir panjang memberikan beberapa lembar uang yang ada di tasnya tadi, menyodorkan kepada Hanna, namun Hanna terus saja menolaknya.

"Nggak usah bu, murni kesalahan saya kok tadi. " ucap Hanna.

"Tidak, kamu sudah membantu saya, anggap saja balas budi saya sama kamu. Tolong, diambil ya. "

Yunita menarik tangan Hanna, menaruh uangnya di tangan Hanna, dan menyuruh Hanna untuk langsung menyimpannya.

"Terimakasih ya bu, saya banyak banyak berterimakasih sama ibunya. "

Tidak lupa Hanna langsung bersalaman dengan Yunita, dan berkali-kali ia mengucapkan terimakasih kepada wanita paruh baya itu, hari itu merupakan rezeki yang tak terhingga untuknya.

"Harusnya saya yang berterimakasih sama kamu, kalau nggak ada kamu, mungkin tas saya nggak akan kembali dokumen penting di dalamnya. " ucap Yunita.

Hanna sebelumnya izin dengan Yunita, kedua orang itu berpisah, sementara Hanna memilih untuk langsung pulang saja, karena dirinya juga percuma untuk menjual dagangannya lagi, toh semua kuenya jatuh ke bawah.

...----------------...

Perjalanan Hanna menuju ke kontrakannya lumayan memakan waktu, walaupun dirinya menaiki angkutan kota, namun masih juga dirinya akan berjalan masuk ke gang sempit menuju ke kontrakannya.

Sebuah kontrakan bedengan berwarna merah muda terlihat dari jauh, riuh tawa para anak anak yang tengah bermain di sekitar kontrakan, hingga beberapa tetangga lainnya sedang melakukan aktivitas mereka masing-masing sebagai seorang ibu rumah tangga.

"Hanna. "

Hanna dipanggil dari belakang, gadis itu berbalik dan melihat seorang wanita yang tidak asing lagi di matanya, merupakan pemilik kontrakan yang tengah ia tempati sekarang.

"Bu Sania, ibu memanggil saya? " tanya Hanna.

"Iya, siapa lagi coba? "

Hanna teringat sesuatu, maksud dari kedatangan pemilik kontrakan tersebut karena menagih uang sewa, Hanna baru ingat bahwa hari ini dirinya mendapatkan uang untuk bisa membayarnya.

"Ini bu, bayaran kontrakannya. "

Hanna memberikan uang yang dikumpulkan dari dagangannya untuk membayar uang kontrakannya, pemilik kontrakan tersebut mengambil beberapa uang yang diberikan oleh Hanna, kemudian mengembalikan sisa yang ada.

"Ini buat kamu, Hanna. " ucap bu Sania.

Hanna terkejut, dirinya diberikan sedikit uang dari bayaran kontrakannya kepada bu Sania.

"Bu, saya bayar kontrakannya sama ibu, kenapa ibu ngasih sisanya sama saya? " tanya Hanna.

"Hanna, selama ini kan kamu selalu bantu ibu buat bebersih halaman kontrakan, kadang juga beresin rumah ibu, jadi nggak papa kok kamu ibu kasih uangnya, lumayan buat kamu jajan. " jelas bu Sania.

Hanna yang awalnya menolak kembali seperti dirinya menerima uang dari Yunita, tangannya ditarik untuk menerima uang tersebut.

"Ambil ya, ibu kasih untuk kamu. "

"Bu, sebelumnya terimakasih banyak ya, Hanna jadi nggak enak sama ibu, ibu orangnya baik banget sama Hanna. " ucap Hanna.

"Iya, sama sama, Hanna. Kalau begitu, saya permisi ya. "

Bu Sania kemudian meninggalkan bedengan milik Hanna dan beralih pada penghuni lainnya, sedangkan Hanna menyimpan kembali sisa uang tersebut, ia benar-benar sangat bersyukur hari ini, karena dirinya yang menemukan keberuntungan untuk hari ini.

...****************...

Terpopuler

Comments

Atika Norma Yanti

Atika Norma Yanti

Harus tetap semangat💪

2024-01-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!