Menjumpai

...Selamat membaca✨...

Sebuah bangunan mewah terlihat megah dari kejauhan, dan setelahnya sebuah mobil mahal memasuki perkarangan bangunan tersebut, seorang pria dewasa keluar dari mobilnya dan berlari ke dalam bangunan mewah tersebut.

"Dimana mama saya? "

"Sekarang nyonya Yunita berada di ruang santai, tuan Hamzah. " ucap salah satu asisten.

Pria dewasa itu bernama Hamzah Aditya Saputra, pria berumur 28 tahun, dengan penampilan gagah, bermata tajam dengan alisnya yang tebal, hidung mancung, rambut belah samping dan tubuh bidangnya serta tingginya 182 cm, membuatnya menjadi pria dewasa yang ideal serta tampan.

"Apa sih, Hamzah? "

Yunita yang tengah bersantai sambil meminum tehnya kemudian menyahuti Hamzah, anaknya itu memanggilnya dari mencari keberadaannya.

"Mama, are you okay? "

Hamzah mendekat ke arah Yunita, memegang bahu dan bertanya keadaan ibunya itu, sementara Yunita menghempaskan tangan anaknya.

"Saya baik baik saja, kamu seperti dikejar penjahat saja. " ucap Yunita.

Hamzah menghela nafas lega.

"Saya dengar, mama kecopetan, bagaimana? Sudah telepon polisi? " tanya Hamzah.

"Tidak perlu, lagipula barang barangnya aman aman saja, kamu tidak usah khawatir, kalau hilang pun, tasnya bisa mama beli. " jawab Yunita.

Hamzah akhirnya duduk di samping sofa Yunita, ia duduk dengan menyilangkan kedua kakinya, dan meletakkan tangannya di dagunya.

"Bagaimana dengan tesnya? Kamu tidak lupa untuk periksa minggu kemarin, bukan? " tanya Yunita.

Hamzah berdecak, nafasnya seketika ia hela dengan kasar, dirinya benar-benar kesal dengan pertanyaan dari Yunita.

"Berhentilah mah! Saya sudah lelah setiap bulan harus bolak-balik periksa ke rumah sakit hanya untuk tes perjaka saja! Saya merasa seperti seorang wanita saja, yang memastikan bahwa saya tidak pernah melakukannya! " tegas Hamzah.

"Lebih bagus, setidaknya anak laki-laki saya tidak pernah gonta-ganti wanita di luar sana. Mama memang membebaskan kamu untuk mengurusi bisnis kamu yang ada di beberapa daerah bahkan urusan ke luar negeri, namun jangan harap mama menyuruh kamu melepaskan keperjakaan kamu dengan wanita yang belum sah menjadi istri mu. " jawab Yunita.

Walau bagaimanapun Hamzah memberontak atas tindakan tersebut, namun Yunita tahu bagaimana cara membuat anaknya itu tidak bertindak seenaknya.

Dari semenjak Hamzah mulai khitan, Yunita selalu membawa Hamzah untuk periksa keperjakaan nya ke rumah sakit, sengaja dirinya membawa anaknya kesana agar Hamzah tidak pernah sama sekali terjerumus pergaulan bebas di luar.

"Mama kira lucu, jika terus terusan milik saya harus diperiksa orang lain? Saya malu, saya seperti dilecehkan oleh orang lain, yang hanya ingin memeriksakan keperjakaan saya! " tegas Hamzah sekali lagi.

"Memberontak lah sesukamu, tetapi selagi kamu belum menikah sama sekali, maka kamu akan tetap berada dalam pengawasan mama! " balas Yunita.

Hamzah menggeram kesal, ia langsung bangkit dari sofa, menghentakkan langkah kakinya dengan perasaannya yang terlanjur emosi menuju ke arah tangga. Saat tengah menaiki tangga, Hamzah berpapasan dengan seorang perempuan, namanya Amelia Putri Aditya, wanita berumur 31 tahun, merupakan anak pertama dan juga kakak perempuan Hamzah.

Secara penampilan, dirinya memang mirip dengan Hamzah, mereka juga hanya dua bersaudara, kesibukan mereka juga hampir serupa, sering keluar negeri, namun bedanya Hamzah ke luar negeri untuk berbisnis, sementara Amelia untuk melanjutkan perkuliahan mengejar gelar pascasarjana setelah hampir dua tahun yang lalu ia sempat berhenti karena bercerai dengan suaminya.

"Mama lagi? " tanya Amelia.

"Terus, siapa lagi? " tanya Hamzah balik.

Amelia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, ia memegang bahu Hamzah seraya menepuk-nepuk nya.

"Mama punya tujuannya tersendiri kalik, nggak usah ngedumel gitu deh, lagipula lu cocok buat pemeriksaan terus, barangkali selain tes keperjakaan, bisa sekalian lu di tes kesehatan. " ucap Amelia.

"Pemikiran kolot! Saya ini laki-laki, mau bagaimana pun saya berhubungan, saya tidak meninggalkan bekas sedikitpun! " tegas Hamzah.

"Yaelah dek, mama nggak sebodoh itu kalik, lu mau berhubungan itu pasti ninggalin bekas, pemikiran lu yang salah sebenernya. " ucap Amelia dengan santai.

"Apa itu? " tanya Hamzah.

"Penyakit! "

Amelia menjawab dengan spontan di depan Hamzah, wanita itu tertawa terbahak-bahak dengan jawabannya, sementara Hamzah menatap tidak senang ke arah kakaknya dengan nafasnya yang dihela dengan kasar, ia menghempaskan tangan Amelia sambil menggerutu kesal.

"It's not funny! " jawab Hamzah.

Hamzah melangkahkan kakinya dengan dihentak kembali, Amelia terdiam, kemudian ia tersenyum dan tertawa ketika melihat ekspresi adiknya itu.

"What's wrong? Aku beneran bukan? " tanya Amelia pada dirinya sendiri.

Amelia berjalan ke bawah, senyumnya masih tidak pudar, ia berhasil membuat adiknya kesal dengan jawabannya.

Di dalam ruangan yang penuh akan buku di lemari, serta meja kerja utama, Hamzah menutup pintu ruangannya itu dengan keras, melemparkan jasnya ke arah sofa, dan menghempaskan tubuhnya ke sofa.

"Saya lelah sekali hari ini... " keluh Hamzah.

Hamzah memejamkan matanya, matanya terpejam dengan helaan nafas yang kembali dikeluarkan dengan kasar, tak lama setelahnya ponsel miliknya berdering.

Hamzah mengambil ponselnya, nama yang tertera di layarnya adalah seorang yang ia cintai, Hamzah mengangkat teleponnya.

'Hello honey, i miss u, bagaimana kabar kamu disana, sayang? ' tanya seorang wanita.

"Saya baik baik saja, saya harap kamu juga begitu, my sweetheart. " jawab Hamzah.

'You so sweet, aku baik baik aja disini, sekaligus kangen juga. '

Hamzah mengingat ucapan Yunita, rasa tekanan itu perlu ia diskusikan kepada wanita yang bernama Tiara itu.

"Tiara, kapan kamu akan menyelesaikan pascasarjana kamu di luar negeri? " tanya Hamzah.

'Kenapa? Aku baru jalan setahun disini buat lanjutin S2 aku, sabar dong. ' jawab Tiara.

"Iya, masalahnya mama saya selalu bertanya soal keseriusan saya dengan kamu. Mama selalu saja menuntut saya untuk terus terusan tes keperjakaan saya, dan dia akan melepaskan tuntutan itu ketika kita sudah menikah. Kamu tahu, saya sudah lelah dengan semua itu, saya ini pria dewasa yang normal. " jelas Hamzah.

'Kamu kok masih aja ngelakuin tes yang mama kamu saranin itu? Kamu udah dewasa, sayang, kamu harus punya keputusan kamu tersendiri, Zah. ' ucap Tiara.

"Kalau kamu mau hidup sengsara, saya akan lakukan untuk kamu. "

Hamzah mematikan ponselnya, ia menaruh lagi ponselnya di sofa dan menyenderkan tubuhnya, ditatapnya langit-langit ruangannya dengan nafasnya yang berat.

...----------------...

Beberapa hari berlalu, Hanna kembali pada aktivitas nya lagi, walaupun kejadian beberapa hari yang lalu merupakan keberuntungan untuknya, namun ia harus mencari uang lagi untuk kebutuhannya sehari-hari disertai dengan menabung.

"Terimakasih banyak, bu. "

Hanna mengangkut lagi keranjang kuenya, ia menjajakan kembali dagangannya kepada orang lain.

Saat tengah menjajahkan dagangannya, Hanna berpapasan dengan seseorang yang ia jumpai beberapa hari yang lalu.

"Hanna. "

"Eh? "

Hanna akhirnya bertemu lagi dengan Yunita, wanita paruh baya itu tengah berpapasan dengannya, bedanya dari hari sebelumnya, sekarang wanita itu bersama dengan gadis lainnya, terlihat bahwa gadis tersebut adalah asisten Yunita.

"Lagi lagi kita bertemu, apa kabar? " tanya Yunita.

Hanna langsung meletakkan keranjang kue dagangannya ke bawah, mengibaskan tangannya ke celananya, dan bersalaman dengan Yunita.

"Bu, apa kabar? Sedang belanja sekarang? " tanya Hanna.

"Baik baik saja. Ya benar, saya sedang berbelanja kebutuhan makanan di rumah, sekalian mau ketemu kamu lagi, barangkali kita bisa bertemu lagi, hal yang bagus bukan? " tanya Yunita.

"Ibu bisa saja. Mau beli kuenya, bu? " tanya Hanna.

"Boleh, saya mau lihat dulu. " jawab Yunita.

Saat tengah melayani Yunita, perut Hanna tiba-tiba keroncongan, gadis itu tidak sempat sarapan terlebih dahulu karena dirinya sempat bangun kesiangan dan hanya sempat menyusun kue jualannya saja.

"Lapar kamu? " tanya Yunita.

Hanna tersenyum malu, ia menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Ya sudah, mau pergi sarapan sama saya tidak? Saya traktir. " tawar Yunita.

"Ah, tidak usah bu, saya jadi merepotkan ibu saja. " ucap Hanna.

Yunita menarik tangan Hanna, ia tetap meminta Hanna untuk menerima tawarannya, dan dagangannya diangkat oleh asisten Yunita, akhirnya Hanna mengikuti Yunita ke tempat makan yang berada tak jauh dari sekitaran pasar.

Di warung nasi uduk, Hanna dan Yunita duduk bersama, mereka tengah menikmati makanan yang sudah dipesan, kemudian memakannya dengan lahap.

"Hanna sekarang umurnya berapa? " tanya Yunita.

Hanna yang tengah memakan makanannya kemudian menatap ke samping.

"Umur Hanna baru 18 tahun bu. " jawab Hanna.

"Hanna masih sekolah? " tanya Yunita.

Mendengar pertanyaan tentang sekolah, Hanna memelankan kunyahan makanannya, dirinya seketika sendu ketika ditanyai tentang pendidikan.

"Hanna sekolah hanya sebatas tamatan SMP bu, sebelumnya Hanna mau lanjut untuk sekolah sampai SMA, tapi secara biaya Hanna masih kekurangan, dulu saja saat SMP, Hanna hanya dapat lengseran baju dari tetangga Hanna saja. " jelas Hanna.

Yunita mengangguk paham, ia merasa sedih atas apa yang dialami oleh gadis tersebut, ingin meraih cita-cita nya namun tidak bisa karena terhalang biaya.

Pikiran singkat yang mendadak, secara tiba-tiba Yunita teringat dengan anak bungsunya, yaitu Hamzah, anak laki-laki nya itu yang kini berumur 28 tahun belum sama sekali menikah, alhasil ia memiliki ide.

"Oh iya, sebelumnya maaf jika pertanyaan kali ini akan membuat Hanna mungkin tidak nyaman. " ucap Yunita.

"Ya, ada apa, bu? " tanya Hanna.

"Apakah Hanna sebelumnya punya pacar? " tanya Yunita.

Hanna mengerutkan keningnya, ia menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kearah Yunita.

"Hanna sama sekali nggak pacaran, bu. Lagipula mana mungkin ada cowok yang suka sama Hanna bu, Hanna kurang menarik soalnya. " jawab Hanna dengan nada guyonan.

Yunita merasa bahwa itu adalah kesempatan yang bagus, ia menggeserkan kursinya lebih dekat ke arah Hanna, dan kemudian memegang kedua tangan Hanna.

"Hanna, bagaimana kalau kamu ibu jodohkan dengan anak ibu? " tanya Yunita.

Hanna terkejut dengan ucapan Yunita, secara tiba-tiba Yunita menjodohkannya dengan anak dari Yunita itu sendiri.

"Hanna masih ragu ragu, bu, Hanna belum pernah bertemu anak ibu. " ucap Hanna.

"Iya, tidak apa, kalau kamu bisa menerima perjodohan yang ibu tawarkan sama kamu, nanti kamu akan bertemu sama anak ibu. Tenang saja, anak ibu itu sangat baik, dia juga penurut, ibu yakin dia juga pasti mau menerima perjodohan yang ibu tawarkan kepada dia juga. " jelas Yunita.

Hanna masih bimbang, dirinya saja orangnya tidak enakan, apalagi jika menolak orang baik seperti Yunita, ditambah lagi dirinya juga sudah mulai nyaman bisa mengenal wanita tersebut.

"Kalau kamu menerima perjodohan dari ibu, ibu bakal jamin, ibu bakal sekolahin kamu, masalah biaya biar ibu yang tanggung. " ucap Yunita.

Hanna masih berpikir keras, namun Yunita masih tidak menyerah juga.

"Ibu juga bersedia untuk mengangkat kamu sebagai anak sekaligus menantu ibu. "

Hanna yang mendengar kata seorang 'ibu', dirinya langsung menatap penuh harap, itulah yang kini diinginkan olehnya, seseorang yang rela memberikan kasih sayang kepadanya dan dirinya akan merasakan kasih sayang seorang ibu.

"Bagaimana? " tanya Yunita.

Tanpa berpikir panjang, Hanna langsung menganggukkan kepalanya.

"Ya, Hanna mau diangkat jadi anaknya ibu. " jawab Hanna.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!