...Selamat membaca✨...
"Boleh keluar sekarang, tuan Hamzah. "
Hamzah merapikan pakaiannya, hari ini ia pergi untuk tes lagi, itupun karena perintah dari Yunita, jika ia tidak melaksanakan perintah dari Yunita, maka ia akan terus terusan mendengar tuntutan dari Yunita terus menerus.
"Bagaimana? Tidak berubah kan? " tanya Hamzah.
"Hasil tes masih sama, tuan Hamzah masih perjaka. " jelas dokter.
Hamzah merasa dipermalukan, dirinya seperti dipertaruhkan harga dirinya, sudah dewasa saja namun dirinya masih harus menuruti tuntutan dari Yunita.
"Dikiranya saat diperiksa, saya tidak malu apa? " gerutu Hamzah.
"Ah, kita hanya mengikuti perintah dari nyonya Yunita saja, tuan. " ucap asisten Hamzah.
"Kamu sama saja seperti menghianati saya, mungkin kamu lebih mendukung mama saya ketimbang saya sendiri, Gio. " ucap Hamzah.
"Tidak tuan, hanya meyakinkan saja. " ucap Gio.
Sesampainya di parkiran, Gio membukakan pintu mobil untuk tuannya, dan Hamzah memasuki mobil, kemudian asistennya masuk dan mobil mulai berjalan.
"Tuan, sebelumnya nona Tiara sudah memberitahukan saya, untuk menyampaikan langsung kepada tuan untuk mengajak makan malam direstoran yang sudah dipesan sebelumnya oleh nona Tiara. " ucap Gio.
"Ya, terimakasih informasinya. Sekarang, kembali pada pekerjaan. " ucap Hamzah.
Di sebuah minimarket yang tak jauh dari sekitar pasar, Hanna dan Yunita bersama di dalam minimarket tersebut, kali ini Hanna diminta untuk memilih beberapa barang yang diinginkan oleh Hanna dengan troli belanjaan yang sudah di dorong.
"Ambil barang barang yang kamu mau, biar nanti mama yang akan bayar semuanya. " ucap Yunita.
Asisten Yunita membantu mengambil beberapa barang yang pastinya diperlukan oleh Hanna, sedangkan Hanna masih berpikir terlebih dahulu dengan barang barang yang akan dipilihnya.
"Bu, seharusnya ibu tidak usah repot repot traktir Hanna untuk beli semua ini, Hanna bisa beli sendiri kok. " ucap Hanna.
"Tidak apa, demi calon anak dan menantu saya, saya tidak sungkan akan membelikan peralatan rumah untuk kamu. Lagipula kalau kamu beli sendiri, pasti hanya akan ambil 1 atau 2 produk saja. " ucap Yunita.
Selesai memilih barang barang yang sudah ada di troli belanjaan, kali ini asisten Yunita mendorongnya ke arah meja kasir, memberikan kartu kredit milik Yunita kepada kasir, hampir tiga kantong besar Hanna dapatkan dari traktiran dari calon mertuanya.
"Angkat ke dalam mobil, kita anterin Hanna sampai ke rumahnya. " ucap Yunita.
Yunita dan Hanna masuk ke dalam mobil mewah tersebut, kemudian diikuti oleh asisten Yunita untuk masuk ke mobil, tujuan mereka kali menuju ke tempat tinggal Hanna.
Mobil mewah tersebut akhirnya berhenti di depan sebuah gang yang cukup sempit, sebatas hanya motor saja yang bisa lewat ke dalam, Hanna meminta untuk berhenti di depan gangnya saja.
"Barang barangnya akan dibawa sama ajudan saya, kamu tunjukkan saja rumahmu ya. " ucap Hanna.
"Bu, sekali lagi Hanna mengucapkan terimakasih banyak, ibu sudah membelikan Hanna peralatan, dan juga sempat mengantarkan Hanna ke kontrakan. " ucap Hanna.
"Tidak apa, memang seperti itu seorang calon mertua untuk calon menantunya, sudah, sekarang pergilah. " ucap Yunita.
Hanna dengan beberapa ajudan dari Yunita berjalan menuju ke kontrakan milik Hanna, jaraknya tidak terlalu jauh, sehingga dengan cepat para ajudan itu juga pergi dari jalur gang tersebut menuju ke mobil, kemudian pergi.
"Amal apa ya yang udah aku buat, selalu saja dapat keberkahan seperti ini? " tanya Hanna pada dirinya.
Hanna perlahan memasukkan ketiga kantong besar itu ke dalam kontrakannya, hatinya sangat senang, untuk hampir seminggu itu merupakan hari keberuntungan nya.
"Kemarikan hasilnya, Gio. "
Hamzah dan asistennya berjalan ke arah dalam rumahnya, Gio mengeluarkan kertas yang diminta oleh Hamzah, memberikannya kepada Hamzah dan tetap mengikuti tuannya itu dari belakang.
"Sudah, kamu kesana, saya ingin berbicara dengan mama saya dahulu. " ucap Hamzah. "Baik tuan. "
Hamzah dan Gio berlawanan arah, Hamzah menyusul ke arah Yunita yang tengah duduk bersantai, dirinya berdeham dan membuat Yunita menoleh ke arahnya.
"Hamzah, sudah pulang ternyata. " ucap Yunita.
Tanpa basa basi, Hamzah menyodorkan kertas tersebut kepada Yunita.
"Lihatlah. "
Hamzah memberikan hasil tes dari rumah sakit kepada Yunita, Yunita kemudian mengambil surat tes tersebut, ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Good boy, mama sangat senang hasilnya tetap sama. " ucap Yunita.
Raut wajah Hamzah masih tidak senang, ia disuguhi minum oleh pelayan di rumah, duduk di sofa yang lain namun masih menghadap ke arah Yunita.
"Hamzah, mama akan menjodohkan kamu dengan wanita pilihan mama. " ucap Yunita.
Hamzah yang tengah menikmati secangkir kopi kemudian tersedak, dirinya terkejut ketika mamanya itu secara tiba-tiba menjodohkan dirinya dengan pilihan mamanya sendiri.
"Mah, ini tidak lucu ya mah, Hamzah tidak pernah melanggar apa yang sudah mama atur, tapi mengapa masalah jodoh mama lagi yang mengaturnya? Mama lupa bahwa saya sudah punya pacar, yaitu Tiara? " tanya Hamzah.
"Wanita murahan itu? Saya tidak yakin dia masih perawan. " tanya Yunita.
"Mah, apa masalahnya? Tiara itu masih perawan, selama kami berpacaran, kami tidak pernah berbuat seperti itu, karena saya sendiri saja harus terbelenggu dengan tes yang selalu mama tuntut kepada saya! " jawab Hamzah.
"Saya masih tidak yakin, kamu pikirkan saja, mana ada wanita perawan selalu memakai baju yang hampir telanjang seperti yang sering dia kenakan? Dari penampilan luarnya saja, dia sudah tidak termasuk kriteria menjadi menantu saya, Hamzah. Enak saja, anak saya masih perjaka, harus dapat wanita yang tidak jelas pergaulannya seperti dia. " ucap Yunita.
Darah Hamzah mendidih, dirinya benar-benar marah, karena wanita yang sangat ia cintai itu dihina oleh pemikiran kolot dari mamanya.
"Mau bagaimanapun, saya tidak akan mau menikahi wanita yang tidak jelas asal usulnya darimana! Saya tidak ingin berpaling dari Tiara, dirinya adalah cinta saya satu satunya! " tegas Hamzah.
Yunita meminum secangkir teh miliknya, kemudian menaruh cangkir tersebut di atas piring kecil.
"Saya akan membuat dua pilihan kepada kamu, Hamzah. " ucap Yunita.
Hamzah tampak tidak menggubris tawaran tersebut, sedangkan Yunita masih tetap pada pendiriannya itu.
"Jika kamu menerima perjodohan yang mama berikan kepada kamu, mama akan membebaskan kamu dari tes keperjakaan dan kamu boleh mengambil alih perusahaan utama maupun cabang usaha lainnya. Namun, jika kamu menolak perjodohan yang mama berikan kepada kamu, mama tetap akan mengontrol kamu, dan juga jaminan kesejahteraan hidup kamu akan mama ambil hingga kamu hanya bisa hidup dari usaha kedua yang tengah kamu dirikan. "
Pilihan yang berat untuk Hamzah, namun dirinya sendiri enggan harus hidup kekurangan dari usaha kedua yang tengah dirinya dirikan, gengsinya terlalu besar untuk berjuang sendiri, karena selama ini dirinya hidup dalam kemewahan dan selalu memanjakan wanita yang ia cintai dengan biaya yang terbilang tidak murah untuk gaya hidupnya.
...----------------...
"Ini stok untuk beberapa hari kedepan, yang ini dibagiin buat tetangga yang datang. "
Hanna tampak sibuk menyisihkan barang barang yang ia beli, tak lama setelahnya, bu Sania akhirnya mampir ke kontrakannya.
"Halo Hanna, saya mampir. " sapa bu Sania.
"Eh, bu Sania, ayo bu masuk. " ucap Hanna.
Bu Sania menatap ke arah ketiga kantong plastik yang tengah dirogoh oleh Hanna.
"Wah, belanjaannya banyak sekali, borong ya, Han? " tanya bu Sania.
Hanna tersenyum, ia menyisihkan beberapa bahan belanjaannya tadi kepada bu Sania.
"Loh, kenapa Hanna? " tanya bu Sania.
"Ibu juga ambil ya, saya nggak bakal habis kalau cuma sendirian yang pakai. " jawab Hanna.
"Terimakasih banyak ya, Hanna, saya yakin belinya banyak begini pasti dari tabungan kamu, kan? Jadi nggak enak saya. " ucap bu Sania.
"Sebenarnya bukan saya yang membelinya, bu. " ucap Hanna.
Bu Sania menoleh langsung ke arah Hanna.
"Loh, kalau bukan kamu, terus siapa? " tanya bu Sania.
Hanna tersenyum, ia menunjukkan gigi gingsul nya karena masih malu malu mengungkapkan yang sebenarnya.
"Hanna dibelikan sama ibunya Hanna dan calon mertuanya Hanna, bu. " jawab Hanna.
Bu Sania mengangguk paham, setelah beberapa detik kemudian, ia kembali mencerna ucapan yang keluar dari mulut gadis berumur 18 tahun itu.
"Hah, mertua?! "
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments