Persiapan

...Selamat membaca✨...

Keesokan harinya, Hanna telah disiapkan untuk pakaian dan riasan dari Desi, akhirnya keputusan dari Hanna semalam disetujui oleh Redo dan Desi, walaupun mereka akan tetap memantau keadaan keponakan mereka yang terbilang sangat muda, mengambil keputusan yang begitu berat, yaitu menikah muda.

"Cantiknya. " puji Desi.

Hanna tersenyum dengan pujian yang diberikan oleh bibinya, baju gaun brokat berwarna magenta muda sebatas lutut itu sangat manis dikenakan, dirinya juga kagum dengan gaun tersebut.

"Hanna nggak pernah pakai baju sebagus ini, paman. " ucap Hanna kagum atas pemberian pamannya.

"Anggap saja hadiah dari bibi dan paman buat kamu, apalagi kamu sekarang mau ketemuan sama keluarga calon suami kamu. Kamu harus berpenampilan menarik, masalah biaya jangan khawatirkan, nenek kamu sudah titipkan sama paman dan bibi di sini. " ucap paman Redo.

"Makasih ya, paman dan bibi, Hanna senang banget dengan pemberian sama kehadiran kalian buat keputusan seberat ini. Hanna janji, Hanna bakal wujudkan janji Hanna semalam, bahwa pernikahan muda ini akan Hanna buat sebuah keluarga kecil bahagia yang Hanna sendiri harapkan. " ucap Hanna.

"Amin, semoga do'amu terjawab. " ucap Desi.

Kali ini Hanna tidak sempat memasak, namun paman dan bibi Hanna memesan beberapa masakan bahkan makanan lainnya untuk di suguhkan jika keluarga calon suami keponakannya itu datang.

"Han, jangan lupa berani suguhkan minuman, bibi tidak akan membantu kamu, biarkan kamu yang melakukannya sendiri. " ucap bibi Desi.

"Baik bi, Hanna tahu. " ucap Hanna.

Sepanjang menunggu kedatangan keluarga dari calon suami Hanna, Hanna, bibi Desi dan paman Redo duduk mengobrol, sesekali juga mereka menanyakan pukul berapa sekarang, hampir setengah jam mereka mengobrolkan masalah tersebut.

Disaat bibi Desi dan paman Redo mengobrol dengan serius, disaat itulah Hanna sesekali menatap ke arah luar kontrakannya, tidak ada sama sekali seseorang yang ia nantinya terlihat dari kejauhan, bibi Desi mendekat dan memegang bahu Hanna.

"Kenapa Han? " tanya Desi.

"Kemana ya mereka? Apa mereka terlambat ya? "

Raut wajah Hanna terlihat khawatir, Desi juga tahu bahwa sekarang keponakannya itu tentu merasa khawatir sekarang, karena persoalan kali ini adalah yang sangat serius untuk menentukan masa depannya Hanna sendiri.

"Bi, gimana ini? " tanya Hanna.

"Nggak papa, Han, yakin aja kalau calonmu sebentar lagi datang. " jawab Desi.

"Hanna juga berharap seperti itu. "

"Kalau memang calonmu tidak datang sama sekali, kamu ikut pulang bersama kami saja, Hanna, masalah calon suami, paman bisa cari saat di kampung sama kenalannya paman. " ucap Redo.

"Apa sih pak? Jangan bikin Hanna khawatir, kasihan keponakan kita sekarang. " ucap Desi.

"Maafkan paman, Han. " ucap Redo.

Hanna menganggukkan kepalanya, ia juga ingin menyerah, mungkin ucapan kemarin adalah iming-iming semata dari Yunita, namun ia juga ingin sekali bisa bersama dengan Yunita, baginya Yunita sangat menyayanginya seperti seorang ibu.

"Bi, rasanya gerah pakai baju ini, Hanna lepas saja ya. "

Tiba-tiba Hanna ingin mengganti pakaiannya, tentu saja Desi terkejut mendengar nya, secara Hanna sudah didandani dan dirias dengan cantik oleh nya, dan itu juga menjadi titik puncak menyerahnya dari keponakannya itu.

"Hanna, kenapa? " tanya Desi.

"Hanna rasa calon Hanna gak bakal datang kesini, bi, Hanna terlalu tinggi berharap sama keputusan yang mustahil itu. " jawab Hanna.

Desi hanya bisa mengangguk setuju dengan keinginan dari Hanna, ia merangkul bahu keponakannya itu menuju ke kamarnya.

"Permisi. "

Suara yang dikenal oleh Hanna, Desi dan Redo menatap ke arah pintu luar, Hanna melepas rangkulan Desi kemudian berjalan ke depan pintu rumah kontrakannya.

"Bu Yunita?! "

Seketika perasaan maupun raut wajah Hanna berubah, ia sangat senang, yang sangat ia nantikan akhirnya datang, kini tampak berbeda dengan mengajak Hamzah beserta asisten Yunita.

"Maaf kalau lama, apa kamu menunggu nya terlalu lama? " tanya Yunita.

Hanna menggelengkan kepalanya, senyumnya melebar dan tak lupa ia bersalaman dengan Yunita.

"Tidak bu, ayo masuk, ada paman dan bibi saya di dalam. " ucap Hanna.

Hanna mempersilahkan Yunita dan Hamzah untuk masuk ke dalam kontrakannya, tak lupa pamit terlebih dahulu, kemudian masuk ke dalam dan berjumpa dengan Redo dan Desi.

"Selamat siang, maaf kalau nunggunya lama. " ucap Yunita.

"Tidak apa, silahkan duduk. " ucap Redo dan Desi.

Hanna langsung berjalan ke dalam dapur, ia masih ingat dengan perintah dari Desi sebelumnya, akan menyajikan dan menghidangkan minuman kepada keluarga calonnya.

"Selamat datang dikediaman keponakan kami, sebelumnya mohon maaf jika jamuan hingga hidangan kami hanya seperti ini. " ucap Desi.

"Tidak apa, begini sudah cukup. " ucap Yunita.

Hanna membawa nampan berisi segelas teh dan minuman lainnya, ia menjamu kedatangan keluarga calonnya, tak henti henti wajahnya tersenyum saat tengah menjamu tamunya itu.

"Duduklah, Hanna. " ucap Redo.

"Baik, paman. " ucap Hanna.

Hanna duduk di samping Desi, sedangkan Yunita dan Hamzah duduk berhadapan dengan keluarga Hanna.

"Sebelumnya, terimakasih sudah menerima kedatangan kami, dengan maksud tujuan kami ingin melamar anak dari bapak dan ibu ini. Dengan adanya pertemuan ini, semoga terjalin hubungan yang baru antara anak anak kita nantinya. " ucap Yunita.

"Mengenai rencana dari Hanna kemarin, kami selaku wali dari Hanna, menerima lamaran dari keluarga saudara Hamzah ini. Beserta kesiapan dari keponakan kami ini, kami memutuskan untuk merestui rencana pernikahan dari Hanna dan Hamzah nantinya. "

Yunita tersenyum, ia memegang tangan Hamzah dan menepuk-nepuk pelan tangan anaknya itu.

"Terimakasih sudah menerima lamaran keluarga kami, sepenuhnya kami akan bertanggungjawab dengan Hanna. Kami yakin, anak kami, Hamzah, akan selalu menjaga bahkan merawat Hanna, sebagaimana selayaknya seorang suami yang menjaga istrinya dalam membina rumahtangga. "

Kata kata manis maupun janji keluar dari mulut Yunita, wanita itu tampak tengah mengunggulkan anaknya di depan keluarga Hanna, Hanna hanya terfokus kan kepada Yunita, ia tidak sabar ingin memiliki sosok ibu yang mana wanita di depannya lah yang sebentar lagi akan menjadi ibunya.

"Saya sangat berharap, semoga keluarga dari ibu bisa menerima bahkan menjaga Hanna seperti yang sebelumnya tadi disampaikan. " ucap Redo.

"Berapa mahar yang dapat kami berikan untuk keluarga dari Hanna ini? " tanya Yunita.

Redo menghela nafasnya.

"Seberapapun yang ingin anda berikan kepada keluarga kami itu terserah, namun kami sangat meminta sekali dengan keluarga saudara Hamzah ini, jaga anak kami, bimbing dia. Kami tahu, Hanna banyak butuh untuk dibimbing, bahkan memutuskan untuk bisa menikah muda itu juga merupakan keputusan dia yang kami tidak tahu tujuannya untuk apa selain ingin membuat sebuah keluarga kecil yang dia inginkan, tapi semoga keinginan tersebut bisa diwujudkan bersama dengan dibantu dan dibimbing. " jelas Redo.

"Percayakan Hanna kepada kami, kami akan selalu menjaga Hanna, dan akan membimbing Hanna, saya sebagai ibu mertuanya dan anak saya yang akan menjadi suaminya, akan selalu memperhatikan Hanna. " ucap Yunita.

Kedua belah pihak saling setuju, Yunita meminta Hamzah untuk mengeluarkan sebuah kotak cincin, Hanna dipersilahkan untuk mendekat ke arah Hamzah, Yunita tersenyum melihat kedua calon itu saling bertatapan, Hamzah dan Hanna saling memasangkan cincin tersebut, mereka sudah resmi bertunangan sebelum nantinya akan resmi menikah.

Selesainya pada lamaran tersebut, Yunita dan Hamzah pamit untuk pulang terlebih dahulu, setelahnya Redo dan Desi berencana akan pulang pada malam hari, namun Hanna meminta kepada paman dan bibinya untuk bisa menemaninya selama 2 hari kedepan, ia tidak ingin sesingkat itu untuk berpisah kepada paman dan bibinya, karena ia juga merindukan kedua walinya.

...----------------...

"Bagaimana? Apakah bisa untuk sekarang saya akan seluruhnya memegang perusahaan utama? "

Hampir beberapa hari berlalu, Hamzah secara terus menerus meminta kepastian atas janji yang di ucapkan oleh Yunita, Yunita menggelengkan kepalanya dan menaruh tasnya di sofa.

"Hamzah, mama minta kamu berhenti sekarang! "

"Ada apaan sih? Pulang pulang kok ribut? " tanya Amelia.

Yunita dan Hamzah menatap ke arah Amelia yang tengah memakan buah yang sudah dipotong, keduanya masih berdiri dan berhadapan.

"Mah, saya berhak meminta apa yang sudah dijanjikan sebelumnya. Tapi sekarang, mana? Apa itu sekedar omong kosong saja? " tanya Hamzah.

"Menikah saja belum, kenapa sudah menuntut sekarang? " tanya Yunita balik.

"Masalah apaan sih? Perusahaan lagi? " tanya Amelia.

"Ya, tentu saja! Mama sudah memberi pilihan, dan saya sudah mengambil keputusan yang salah! Jika ingin perusahaan itu saya yang pegang, saya harus menikah dengan gadis yang tidak jelas asal usulnya! Lamaran saja diwakilkan oleh wali, orangtuanya saja tidak tahu di mana! " tegas Hamzah.

"Hamzah, berhenti memberontak sekarang, kembali teruskan apa yang ingin kamu kerjakan sekarang, jangan buat mama berubah pikiran karena kamu. " perintah Yunita.

Hamzah menatap kesal dengan Yunita dan pergi dari Yunita, sedangkan Amelia yang menyaksikan hal tersebut hanya terdiam dengan konflik yang terjadi di depannya.

"Wah, rekor baru, keributan yang kurang dari 30 detik! " ucap Amelia.

"Mel, mama pusing dengan adikmu itu, apa dia tidak tahu yang sudah mama pilih untuk dia itu bisa menjadi yang terbaik untuk dia sendiri? " tanya Yunita. Amelia mengangkat kedua bahunya.

"Idk, bagi Amel dia gak tau tujuan dari mama sendiri, yang jelas mama banyak sabar aja ngehadapin dia. " ucap Amelia.

Yunita menggelengkan kepalanya, ia menarik dan menghela nafasnya, kemudian mengambil tasnya untuk segera menaiki lift rumahnya menuju ke ruangannya.

Amelia yang melihat keributan tersebut sudah terbiasa, ia tidak heran dengan Hamzah dan Yunita yang selalu egois dalam berpendapat, dirinya memilih diam saja untuk memperhatikan mama dan adiknya itu.

"Nona Amelia, apa tadi tuan Hamzah lewat disini? " tanya Gio.

Amelia menatap ke samping, Gio mencari keberadaan Hamzah, dirinya sempat terpisah dari tuannya karena baru saja memiliki urusan di luar rumah.

"Ke ruangannya tuh, susul sana. " jawab Amelia.

"Baik, terimakasih nona. " ucap Gio.

Sepanjang malam, Hanna terus terusan menatap cincin yang ia kenakan, selama ini ia hanya mengenakan cincin murah yang selalu pudar warnanya, namun sekarang ia sudah mengenakan cincin yang sangat besar tanggungjawabnya dan menentukan masa depannya.

"Lihat apaan sih, keliatannya serius banget tuh? "

Hanna menatap ke depan pintu kamarnya, Desi melihatnya yang selalu menatap cincin yang ia kenakan, dirinya malu terlihat sangat bahagia dengan cincin lamaran yang melingkar di jari manisnya.

"Lihat cincinnya ya? " tanya Desi.

"Ya, Hanna saja tidak percaya dengan ini. Hanna sebentar lagi akan jadi istri orang. " ucap Hanna.

Desi hanya tersenyum, ia mengelus rambut keponakannya itu.

"Han, nanti setelah nikah, akan banyak yang kamu hadapi. Jangan terus terusan memikirkan bahwa menikah itu mudah, akan banyak yang kamu hadapi nantinya. " ucap Desi.

"Seperti apa, bibi? " tanya Hanna.

"Bibi tidak bisa menjelaskannya, setiap perjalanan hidup pernikahan itu pastinya berbeda-beda, kamu akan menemukan perjalanan pernikahan kamu sendiri nanti. " jawab Desi.

Hanna menganggukkan kepalanya, tak lama setelahnya ia menguap, Desi tahu bahwa keponakannya itu mengantuk.

"Sudah, sekarang kita tidur, bibi juga sudah mengantuk. " ucap Desi.

Hanna mengangguk, Desi mendekat ke arah kasur, keduanya berbagi tempat tidur, tak lama setelahnya keduanya akhirnya tertidur bersama.

...----------------...

Beberapa hari berlalu, selepas pulangnya Redo dan Desi, Hanna disibukkan oleh perencanaan dan persiapan untuk acara serta hari pernikahannya dengan Hamzah.

Persiapan berupa prewedding maupun hari pernikahan sudah siap, kali ini sesi foto prewedding untuk pelengkap acara pernikahan nantinya, selesainya mengikuti sesi foto prewedding, Hanna dan Hamzah dipersilahkan untuk beristirahat sembari mengganti pakaian.

Hanna yang merasa gerah memilih untuk segera mengganti bajunya, sedangkan Hamzah masih dengan jas dan kemeja prewedding yang masih rapi di badannya, ia memilih keluar ruangan dengan fokus menatap layar ponselnya.

"Saya sudah selesai. "

Hamzah berbalik ke arah belakang, Hanna berdiri di belakangnya, tak lama setelahnya Gio meminta kedua orang itu untuk beralih ke tempat lainnya.

Gio mendahului kedua calon pasangan tersebut, membukakan pintu mobil penumpang untuk Hanna dan Hamzah, kemudian beralih ke arah kursi kemudi.

"Sekarang kita ke toko cincin. " ucap Gio.

Hanna menganggukkan kepalanya, ia duduk dan diam di sebelah Hamzah, sedangkan Gio selaku asisten Hamzah menanyakan tentang letak toko cincin yang sudah dipesankan oleh Yunita untuk Hamzah dan Hanna datangi.

Setelah sampai di toko cincin, Hanna dan Hamzah mulai melihat beberapa cincin yang ada di dalam lemari tersebut, mereka juga ingin segera mengukur cincin yang akan dikenakan saat hari pernikahan tiba, itu juga karena Hamzah tidak ingin terlalu lama dengan Hanna, ia merasa risih dengan gadis itu.

"Silahkan menunggu terlebih dahulu. "

Pengrajin cincin pernikahan tersebut meninggalkan kedua calon pasangan itu, Hamzah dan Hanna menunggu di ruangan tersebut.

"Siapa nama lengkapmu? "

Hamzah kali ini bersuara, Hanna menoleh ke sampingnya.

"Nama saya Hanna Aprilia, bisa panggil saya Hanna saja. " ucap Hanna.

"Pendidikan terakhir? " tanya Hamzah.

"Emmmm, saya hanya lulus sampai SMP saja, pak. " jawab Hanna ragu.

Setelah mendengar jawaban dari Hanna, Hamzah tersenyum miring, sesekali tatapan remeh ia sodorkan ke arah Hanna.

"Lulusan SMP? Serendah itu selera mama saya ternyata, percuma saja saya mengejar gelar Magister, jika dijodohkan dengan wanita yang hanya lulusan SMP saja. Kalah jauh dari pacar saya, setidaknya dia sudah pernah sarjana dan sekarang akan mengejar gelar Magister juga di luar negeri. "

Hanna akhirnya direndahkan oleh Hamzah, calon suaminya itu sendiri merendahkan dirinya lewat pendidikan terakhir yang pernah dicapai, ia sendiri menjadi sedih ketika mendengar celaan hingga hinaan yang keluar dari mulut Hamzah, hingga hatinya sedikit ngilu mendengar ucapan menyakitkan tersebut.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!